Sistem Keagamaan Desa Tenganan: Menjaga Tradisi Bali Aga Tanpa Pengaruh Majapahit

Dalam alam pemujaan yang kaya makna, Desa Tenganan di Bali memancarkan keunikan yang memesona sebagai perwakilan yang kokoh dari komunitas Bali Aga. Dengan langkah teguh melampaui pengaruh gemerlap Kerajaan Majapahit yang merayapi desa-desa tetangganya, Desa Tenganan menampilkan citra eksklusifnya. Menguatkan identitasnya, desa ini memilih jalur berbeda, menolak dengan tegas kehadiran struktur pura desa, pura puseh, dan pura dalem, memberikan kontras yang mencolok. Keberanian ini bukan sekadar bukti kesungguhan dalam memelihara kearifan budaya, melainkan juga manifesto keteguhan Desa Tenganan terhadap norma-norma keagamaan yang sering kali membentuk desa-desa di sekitarnya.

Jan 14, 2024 - 00:49
Dec 26, 2023 - 23:30
Sistem Keagamaan Desa Tenganan: Menjaga Tradisi Bali Aga Tanpa Pengaruh Majapahit
Pura Leluhur Desa Tenganan Pegringsingan (Sumber: Koleksi Pribadi)

Sistem pemujaan yang diamalkan oleh masyarakat Tenganan juga menunjukkan karakter uniknya. Berbeda dengan kebanyakan masyarakat Bali yang memberikan ritual pemujaan kepada para Dewa, masyarakat Tenganan menunjukkan penghargaan dan pemujaan kepada leluhur mereka. Tempat suci di Desa Tenganan berasal dari legenda potongan kuda Oncesrawa yang memberikan inspirasi untuk pembangunan 34 pura di wilayah ini. Pura-pura tersebut bukanlah struktur bangunan yang lazim di desa-desa Bali, melainkan diwakili oleh setumpuk batu yang mungkin mencerminkan warisan sejarah zaman megalitikum sebelum masa pengaruh Majapahit.

Salah Satu Pura Di Desa Tenganan Pegringsingan (Sumber: Koleksi Pribadi)

Pentingnya keberadaan pura-pura di Desa Tenganan sebagai representasi keagamaan terletak pada konsep kepercayaan yang bersumber dari warisan sejarah mereka. Desa ini dengan teguh mempertahankan identitasnya sebagai komunitas Bali Aga yang tidak hanya melestarikan budaya megalitikum, tetapi juga menolak dominasi pengaruh Majapahit dalam aspek kepercayaan dan praktik keagamaannya.

Desa Tenganan memiliki daya tarik tersendiri karena tidak hanya menolak norma-norma keagamaan yang umumnya diadopsi oleh masyarakat sekitar, tetapi juga tidak memiliki struktur pura yang menjadi ciri khas kebanyakan desa di Bali. Keberanian ini menggambarkan tekad Desa Tenganan dalam mempertahankan akar budaya Bali Aga mereka, yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Salah Satu Peninggalan Zaman Megalitikum Di Desa Tenganan Pegringsingan (Sumber: Koleksi Pribadi)

Pura di Desa Tenganan, yang diwakili oleh setumpuk batu, memiliki makna mendalam yang dapat merujuk pada zaman megalitikum. Pemilihan representasi ini sebagai tempat suci menegaskan kembali tekad Desa Tenganan untuk tetap setia pada akar budaya mereka yang bersumber dari masa lalu, jauh sebelum pengaruh besar Majapahit.

Dengan mempertahankan konsep keagamaan yang bersumber dari warisan sejarah, Desa Tenganan tidak hanya menjadi destinasi yang menarik secara budaya, tetapi juga menjadi tanda keberlanjutan dan keteguhan komunitas Bali Aga. Penghormatan terhadap leluhur sebagai objek pemujaan menegaskan bahwa nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang teguh oleh Desa Tenganan tetap tidak tergoyahkan meskipun berada di tengah-tengah perubahan zaman dan pengaruh luar.

Desa Tenganan mempertahankan sistem kepercayaan dan praktik keagamaannya dengan bangga sebagai bentuk perlawanan terhadap pengaruh besar Majapahit. Keunikannya dalam tidak memiliki pura desa, pura puseh, dan pura dalem menunjukkan bahwa Desa Tenganan tidak hanya menjadi penjaga warisan budaya Bali Aga, tetapi juga menjadi pionir dalam mempertahankan identitasnya di tengah arus modernisasi.

Salah Satu Pura Peninggalan Zaman Megalitikum Desa tenganan Pegringsingan (Sumber: Koleksi Pribadi)

Dalam konteks ini, tempat suci Desa Tenganan yang diwakili oleh setumpuk batu memiliki peran penting sebagai simbol keberlanjutan budaya dan keteguhan terhadap nilai-nilai leluhur. Pura-pura ini tidak hanya menjadi struktur fisik, melainkan juga wujud keberanian dan keinginan untuk melestarikan keunikan Desa Tenganan sebagai komunitas Bali Aga yang memegang teguh warisan sejarah dan budaya megalitikum.

Untuk mendapatkan pengalaman menjelajah secara virtual dari Desa Tenganan Pegringsingan, silahkan klik tombol "Click Here To See More".
diolubisss@gmail.com Seorang mahasiswa yang memiliki bakat dalam bidang fotografi, videografi dan desain grafis yang didapatnya semenjak Sekolah Menengah Kejuruan di SMKN 1 Denpasar.