Kura-Kura lan Kembang Luhur

Alkisah seekor kura-kura bijaksana bernama Kawi rela mengorbankan bunga luhur yang sangat berharga demi menyelamatkan desanya di Bali dari kekeringan. Pengorbanannya membuka aliran air suci dari kolam ajaib, membawa kembali kehidupan dan harapan bagi seluruh desa.

Jul 18, 2025 - 06:03
Nov 13, 2024 - 18:43
Kura-Kura lan Kembang Luhur
Kura-Kura Lan Kembang luhur (Sumber: Koleksi Pribadi)

Di sebuah desa kecil di Bali, tinggal seekor kura-kura tua bijaksana bernama Kawi. Kawi adalah penjaga taman bunga luhur yang dihormati oleh penduduk desa karena dianggap membawa berkah. Taman tersebut menjadi tempat berkumpulnya penduduk untuk berdoa demi kesejahteraan.

Suatu ketika, desa mengalami kekeringan parah, mengakibatkan ladang-ladang mengering dan sumber air hilang. Penduduk desa panik dan berkumpul di pura untuk memohon kepada para dewa agar mengirimkan hujan. Suatu malam, saat merenung di taman kecilnya yang dipenuhi bunga-bunga luhur, Kawi teringat legenda tentang kolam suci di puncak Gunung Agung. Konon, kolam itu memiliki kekuatan untuk mengembalikan air yang mengalir deras dan jernih, namun hanya akan muncul bagi mereka yang niatnya benar-benar tulus.

Kawi, Sang Penjaga Kembang Luhur (Sumber: Koleksi Pribadi)

Dengan tekad yang kuat, Kawi meninggalkan kenyamanan tamannya dan memulai perjalanan berbahaya menuju kolam suci. Perjalanan itu tidak mudah. Jalan setapak berbatu dan curam, angin dingin menusuk tulang, namun langkah Kawi tetap tak tergoyahkan. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seekor burung hantu bijaksana bernama Ulan, yang menawarkan bantuannya setelah mengetahui niat baik Kawi.

Ulan, Burung Hantu Baik Hati (Sumber: Koleksi Pribadi)

"Perjalananmu tidak akan mudah, Kawi. Gua itu penuh jebakan dan makhluk berbahaya," ujar Ulan dengan tatapan tajam. Kawi mengangguk, menerima bantuan dari sahabat barunya. Bersama, mereka melewati rintangan demi rintangan, hingga akhirnya tiba di gua tempat kolam suci berada.

Dewi Kolam Suci Gunung Agung (Sumber: Koleksi Pribadi)

Setibanya di gua, Kawi terkejut mendapati kolam suci kering. Ia merasa sangat putus asa. Di hadapan kolam yang kering, tiba-tiba muncul suara lembut seorang dewi yang berkilauan di balik kabut tipis. Dewi itu memberikan syarat kepada Kawi, untuk membuktikan ketulusannya, ia harus mengorbankan sesuatu yang sangat berharga. Kawi memikirkan bunga-bunga luhur yang ia rawat dengan penuh cinta di tamannya. Meski hatinya berat, ia tahu bahwa keselamatan desa jauh lebih penting. Dengan keputusan bulat, Kawi mempersembahkan bunga luhur sebagai pengorbanan.

Aliran Air Suci Gunung Agung (Sumber: Koleksi Pribadi)

Ketika bunga tersebut diletakkan di tepi kolam, seketika air jernih mulai mengalir, memenuhi kolam yang sebelumnya kering. Cahaya lembut memancar dari air tersebut, menerangi gua yang gelap. Kawi menyaksikan keajaiban itu dengan takjub.

Saat kembali ke desa dengan membawa air suci, Kawi mendapati desa dalam keadaan rusak parah akibat kekeringan. Rumah-rumah tampak hancur, ladang-ladang retak, dan penduduk yang tersisa kehilangan harapan. Namun, Kawi tidak menyerah. Ia menuangkan air suci ke tanah desa, dan perlahan, keajaiban terjadi. Tanah yang kering mulai lembab, tumbuh-tumbuhan kembali menghijau, dan bunga-bunga baru bermekaran.

Pemandangan Desa yang Terselamatkan (Sumber: Koleksi Pribadi)

Walau desa mulai pulih, Kawi merasa kehilangan karena tidak bisa merawat taman bunga luhur yang menjadi bagian dari hidupnya. Namun, ia menemukan kebahagiaan dari kebangkitan desa dan penduduk yang berterima kasih atas pengorbanannya. Kawi menyadari bahwa terkadang, pengorbanan yang dilakukan untuk orang lain adalah harga yang perlu dibayar untuk kebaikan yang lebih besar. Setelah semua, ia merasa damai, tahu bahwa ia telah memberikan harapan dan kehidupan baru bagi desanya

Dengan demikian, walaupun kehilangan taman yang berharga, Kawi telah menemukan tujuan hidupnya dalam membantu sesama dan menjaga desa tetap hidup.

Files