Grihapati Awatara : Simbol Keyakinan dan Pengabdian yang Tergoyahkan
Grihapati Awatara adalah inkarnasi Dewa Siwa yang lahir dari doa pasangan suami istri Rsi Vishwanar dan Suchismati. Diberi kutukan hidup hanya tiga belas tahun, Grihapati melakukan tapa keras hingga dikenal sebagai ‘Agneeshwara’ penguasa api.
Di tanah kuno Bharata India, hiduplah seorang Rsi bernama Vishwanar dan istrinya yang setia, Shuchismati. Mereka tinggal di tepi sungai suci Narmada yang tenang. Rsi Vishwanar dikenal karena pengabdiannya yang mendalam kepada Dewa Siwa. Perasaan Rsi Vishwanar begitu lembut dan penuh kasih sayang. Ia tidak bisa menahan untuk tidak membantu orang lain. Bahkan pohon kering membuatnya sedih, Rsi Vishwanar pun merawat dengan penuh kasih sayang.
Kehidupan Rsi Vishwanar dan Istrinya di tepi Sungai Narmada (Sumber : Koleksi Pribadi)
Saat itu ada sebuah kebakaran di desa, dan seorang anak terkurung disana. Hal ini sering terjadi karena Dewa Agni sedang murka. Rsi Vishwanar tanpa ragu masuk ke gubuk dan menyelamatkan anak itu. Ia berpikir bahwa ia harus membebaskan desa ini dari murka api. Rsi Vishwanar pun bersemedi bersama anak dalam gendongannya di tengah kobaran api. Beberapa waktu kemudian hujan turun memadamkan api di desa. Rsi Vishwanar berhasil menyelamatkan desa itu dari amukan api. Namun disaat bersamaan tindakan Rsi Vishwanar mengundang amarah dari Dewa Agni.
Dalam perjalanan pulang Dewa Agni mendatangi Rsi Vishwanar Vishwanar dengan murka. Dewa Agni mengutuk Vishwanar, menyatakan bahwa ia akan dihukum karena berani menghentikan api. Kutukan tersebut menyatakan bahwa api yang terus dipadamkan oleh Vishwanar akan menjadi penyebab kematian anaknya saat berusia 13 tahun, dan tidak ada kekuatan meditasi yang bisa menyelamatkan anaknya dari nasib tersebut .
Rsi Vishwanar berpikir bahwa ia tidak akan memiliki anak karena kutukan dewa Agni. Namun Shuchismati, sangat menginginkan seorang putra, ia berharap agar Dewa Siwa sendiri lahir sebagai anak mereka. Untuk memenuhi keinginan ini, Vishwanar memulai tapa yang ketat di kota suci Kashi (Varanasi). Pengabdiannya tidak tergoyahkan, dan dia melakukan pertapaan yang berat untuk menyenangkan Dewa Siwa.
Setelah bertahun-tahun bertapa, Dewa Siwa muncul di hadapan Vishwanar, senang dengan pengabdiannya. Dia mengabulkan keinginan Vishwanar dan berjanji bahwa dia akan lahir sebagai anak mereka.
Pada waktunya, Shuchismati melahirkan seorang putra yang bercahaya, yang diberi nama Grihapati oleh Dewa Brahma. Sejak kecil, Grihapati menunjukkan kecerdasan luar biasa dan keahlian spiritual. Pada usia enam tahun, dia telah menguasai semua Veda dan kitab suci, mengejutkan semua orang dengan pengetahuan dan kebijaksanaannya.
Namun, hidup Grihapati tidak ditakdirkan untuk damai. Resi Narada, yang dikenal karena kemampuannya meramalkan masa depan, memperingatkan Rsi Vishwanar dan Suchismati bahwa Grihapati akan menghadapi ancaman besar dari Dewa Agni, dewa api. Rsi Vishwanar yang telah mengetahui hal itu hanya bisa berpasrah dan menceritakan kebenarannya kepada Suchismati. Menurut ramalan, Dewa Agni ditakdirkan untuk menghancurkan Grihapati di umurnya yang ke 13 tahun.
Grihapati Bertapa Kepada Dewa Siwa di Kashi (Sumber : Koleksi Pribadi)
Meskipun ramalan yang mengerikan ini, Grihapati menenangkan orang tuanya dan berangkat ke Kashi untuk melakukan tapa agar ia dapat menghindari kematian. Di Kashi, ia berhasil menemukan tempat yang baik. Di sana, ia memasang sebuah lingga Siwa. Kemudian ia memulai tapa dengan sungguh-sungguh di samping lingga tersebut.
Ketika mendengar tentang tindakan Grihapati, saat matahari terbenam Dewa Indra datang menghampirinya. Indra, sebagai raja para dewa, mendekati Grihapati untuk memberitahunya bahwa doanya telah didengar. Ia mengingatkan Grihapati bahwa meskipun ia merasa bahagia, ia akan segera menghadapi kesedihan akibat kutukan yang mengancam hidupnya. Dewa Indra hadir untuk memberikan dukungan ilahi dan memperingatkan Grihapati tentang bahaya yang akan datang.
Grihapati merasa bahwa ia harus menghadapi nasibnya sendiri dan menolak untuk menerima bantuan dari Indra. Setelah penolakan ini, Grihapati tetap berfokus pada doanya dan berharap agar Tuhan memberkati usahanya. Namun, penolakan tersebut membawa konsekuensi serius. Rsi Narada telah memperingatkan bahwa Grihapati tidak memiliki banyak waktu lagi dalam hidupnya karena kutukan Dewa Agni, yang akan berlaku saat ia mencapai usia 13 tahun.
Dewa Indra merasa marah karena Grihapati tidak menyadari bahaya yang mengancamnya akibat kutukan Dewa Agni, yang akan berlaku saat Grihapati mencapai usia 13 tahun. Dewa Agni memiliki kekuatan yang besar, dan penolakan Grihapati untuk menerima bantuan dari Indra dianggap sebagai tindakan yang ceroboh
Dewa Indra mencoba menyerangnya dengan Vajrayudha-nya (senjata Vajra). Grihapati menjadi cemas. Dia menuju ke sungai untuk mengambil air, melanjutkan doa kepada Siwa, memohon perlindungan dari Indra. Namun waktu berjalan begitu cepat, seketika kobaran api Dewa Agni mengelilingi Grihapati. Dewa Agni datang menghampiri Grihapati untuk memenuhi takdirnya. Namun anehnya api yang mengelilingi Grihapati adalah api dingin. Grihapati selamat dari kobaran api Dewa Agni.
Dewa Agni terheran mengapa kekuatan apinya menjadi dingin. Dewa Indra pun tersenyum. Grihapati berbalik dan menyadari bahwa Dewa Indra merupakan Dewa Siwa yang sedang menguji dirinya. Segera ia bersujud kepada Dewa Indra. Grihapati memohon kepada Dewa Siwa agar segera menampakkan wujud aslinya.
Dewa Siwa muncul memberi perlindungan kepada Grihapati (Sumber : Koleksi Pribadi)
Benar dugaan Grihapati, Dewa Indra berubah wujud menjadi Dewa Siwa. Siwa kemudian memberkati Grihapati dan berkata, “Jangan takut dengan Vajra Indra. Tidak ada Vajra yang dapat membunuhmu”. Grihapati pun dipenuhi dengan kebahagiaan.
Dewa Siwa berkata, “Grihapati berhasil melewati ujian dariku, kamu membuktikan bahwa segala sesuatu menjadi mungkin dengan kekuatan pengabdian, bahkan mengalahkan kematian”. Dewa Siwa memberinya kekebalan dari segala bahaya termasuk takdirnya yang mati di tangan Dewa Agni.
Dewa Agni yang masih kebingungan bertanya kepada dewa siwa. “Bagaimana dengan api saya yang menjadi dingin. Hal ini menghancurkan keberadaan saya sebagai Dewa Api”.
Dewa Siwa balik bertanya “Apa kesalahan ayah Grihapati sehingga kamu mengutuknya, dia hanya memenuhi tugas untuk menolong anak yang tidak bersalah. Apa kesalahan Grihapati hingga anda mengutuknya bahkan sebelum ia lahir?”.
Dewa Agni berkata, “Maafkan hamba, hamba tidak bisa menahan amarah hamba”.
Dewa Siwa berkata, “Pengendalian diri adalah apa yang diperlukan karena orang yang tidak memiliki pengendalian diri atas kekuatan akan menimbulkan masalah kedepannya”.
Dewa Siwa menjelaskan bahwa Grihapati lahir untuk mengendalikan kekuatan Dewa Agni, karena tekad pengabdiannya membuat api Dewa Agni menjadi dingin. Dewa Agni akan mendapatkan bentuk sejatinya kembali apabila ia belajar mengendalikan kekuatannya. Dewa Agni berjanji akan muncul dengan kekuatannya apabila diijinkan. Ia akan selalu memastikan batas kekuatannya. Dewa Siwa pun mengembalikan kekuatan Dewa Agni seperti semula.
Potret Grihapati Awatara (Sumber : Koleksi Pribadi)
Grihapati dianugerahkan untuk pengatur segala arah sehingga ia dapat menghentikan api menyebar ke segala arah lebih dari yang diperlukan. Sehingga Grihapati dikenal sebagai ‘Agneeshwara’. Lingga Siwa yang telah ia pasang dan sembah di Kashi kemudian dikenal sebagai Agnishwar Lingga.
Dengan demikian, keyakinan dan pengabdian Grihapati yang tak tergoyahkan tidak hanya menyelamatkannya dari ancaman besar tetapi juga mengangkatnya ke status ilahi. Dia menjadi simbol keyakinan yang tak tergoyahkan, kekuatan pengabdian, dan rahmat Dewa Siwa. Grihapati, yang sekarang dikenal sebagai Agnishwara, dihormati dan disembah oleh semua orang.