Legenda Dewi Mohini: Pengadukan Samudra Susu

Dalam cerita pengadukan samudra susu, untuk mencegah tirta amerta jatuh ke tangan asura yang jahat, Dewa Wisnu menjelma menjadi Mohini, seorang dewi yang sangat cantik dan mempesona. Mohini menggunakan kecantikan dan daya pikatnya untuk mengelabui para asura.

Apr 6, 2025 - 06:00
Apr 5, 2025 - 15:33
Legenda Dewi Mohini: Pengadukan Samudra Susu
Dewi Mohini (Sumber: Koleksi Pribadi)

Legenda munculnya Dewi Mohini dalam mitologi Hindu bermula dari kisah epik pengadukan samudra susu atau Samudra Manthan, yang menggambarkan perseteruan abadi para dewa (deva) dan raksasa (asura). Pada suatu masa, setiap ada asura yang gugur dalam peperangan melawan para dewa, Sukracarya selalu datang untuk menghidupkan mereka kembali. Para dewa menjadi rentan terhadap serangan para raksasa yang selalu mencari peluang untuk merebut kekuasaan.

Para dewa meminta nasihat kepada Dewa Wisnu, penjaga alam semesta, yang menyarankan mereka untuk melakukan pengadukan samudra susu guna memperoleh tirta amerta, sebuah nektar keabadian yang dapat memulihkan kekuatan dan melindungi mereka dari ancaman asura.  Namun, Dewa Wisnu mengingatkan bahwa para dewa tidak akan mampu melakukannya sendirian. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dengan para asura untuk mencapai tujuan tersebut.

Dengan kecerdikannya, Dewa Wisnu mengusulkan sebuah rencana untuk membujuk para asura agar berpartisipasi dengan menjanjikan bagian dari tirta amerta. Setuju dengan tawaran ini, para asura bergabung dan persiapan pun dimulai.

Gunung Mandara Dililit oleh Naga Basuki (Sumber: Koleksi Pribadi)

Untuk mengaduk lautan susu yang luas tersebut, mereka menggunakan sebuah gunung yang bernama Gunung Mandara dan Naga Basuki yang digunakan sebagai tali untuk melilit gunung. Namun, proses pengadukan ini tidaklah mudah karena gunung terus menerus tenggelam ke dasar lautan.

Melihat kesulitan ini, Wisnu kembali berinkarnasi sebagai Kurma, kura-kura raksasa, untuk menopang gunung Mandara di punggungnya, dan memastikan pengadukan dapat berlangsung tanpa hambatan. Para dewa memegang ekor sang naga, sedangkan para raksasa memegang kepalanya. Secara serentak, mereka memutar Gunung Mandara dengan menarik tubuh Naga Basuki. Dari pengadukan ini, muncul berbagai harta karun dari dalam lautan. Semua itu diambil oleh para dewa.

Kurma Menopang Gunung Mandara (Sumber: Koleksi Pribadi)

Ketika tirta amerta sudah muncul, para asura meminta agar benda tersebut menjadi milik mereka oleh karena para dewa sudah mendapat harta karun terlalu banyak. Untuk menunjukkan rasa adil, para dewa memberikan tirta amerta kepada para asura. Situasi ini membuat para dewa cemas karena tanpa tirta amerta, mereka tidak akan mendapatkan kembali kekuatan mereka untuk melawan para asura. Para dewa lalu memohon kepada Wisnu untuk menemukan cara agar tirta amerta dapat kembali ke tangan mereka.

Demi menolong para dewa, Dewa Wisnu mengubah dirinya menjadi Mohini, seorang wanita yang kecantikannya tak tertandingi dan mampu membuat siapa pun terpesona. Dengan rupa yang memukau, Mohini muncul di hadapan para asura yang tengah berebut tirta amerta. Mohini meminta agar para asura agar mandi terlebih dahulu sebelum menikmati tirta amerta. Karena terpikat dengan kecantikannya, para raksasa menuruti perintah Mohini.

Dewi Mohini (Sumber: Koleksi Pribadi)

Sementara mereka mandi, Mohini segera mengambil kendi tirta amerta dan membawanya dengan cepat ke hadapan para dewa, Setelah para dewa mendapatkan tirta amerta, mereka segera meminumnya secara bergantian. Saat para dewa membagi tirta amerta, salah satu raksasa bernama Rahu menyadari tipu daya Mohini. Dengan cepat, Rahu menyamar sebagai salah satu dewa dan berhasil menyusup ke barisan para dewa. Ia berhasil meneguk seteguk tirta amerta. Namun, Dewa Surya (matahari) dan Dewa Candra (bulan) mengenali penyamaran Rahu sehingga mereka segera melaporkannya ke hadapan Dewa Wisnu yang berwujud Mohini.

Dengan cepat, Mohini yang kembali menjadi Dewa Wisnu segera menghunus Cakra Sudarsana dan memenggal kepala Rahu sebelum tirta amerta bisa melewati tenggorokannya sepenuhnya. Meski tubuhnya terpisah, kepala Rahu tetap hidup karena tirta amerta yang sempat diminumnya, hanya badannya saja yang diam tak bergerak. Kepalanya disebut "Rahu" sedangkan badannya disebut "Ketu". Kini kedua nama tersebut menjadi bagian dari Nawagraha dalam astrologi Hindu. 

Kemarahan Para Asura (Sumber: Koleksi Pribadi)

Setelah membagikan seluruh tirta amerta kepada para dewa, Mohini menghilang, meninggalkan para asura yang marah dan menyadari bahwa mereka telah tertipu. Kemenangan ini mengembalikan kekuatan para dewa, yang kemudian mengalahkan para asura dalam pertempuran besar yang menyusul. Para dewa, yang kembali memiliki kekuatan mereka, mampu menjaga keseimbangan alam semesta dan melindungi dunia dari kekacauan yang diakibatkan oleh ambisi para asura.

Kehadiran Mohini sebagai manifestasi ilusi dan kecerdikan menunjukkan bahwa kekuatan bukan hanya terletak pada fisik, tetapi juga pada kecerdasan dan strategi yang cerdik. Sosok Mohini dalam legenda ini melambangkan daya tarik, kecerdasan, dan ilusi (maya) yang dapat digunakan untuk melindungi kebenaran dan menegakkan keadilan, bahkan dalam situasi yang paling berbahaya.

Files