Kisah Seorang Pencuri yang Berakhir Menjadi Dewa Kekayaan
Perjalanan Gunnidhi, seorang yang dipenuhi ambisi untuk meraih kemakmuran dengan cara mencuri, namun takdir membawanya menjadi Dewa Kekayaan, Kubera. Kisah ini menggambarkan ketekunan, keserakahan, pengampunan, dan kebijaksanaan yang perlahan mengubah jalannya dari kegelapan menuju kemakmuran abadi.

Dahulu kala, di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pencuri bernama Gunnidhi, la dikenal sebagai seorang pria yang terampil dalam mencuri pakaian, makanan, dan uang untuk mencari nafkah sehari- hari. Setiap malam, ia merencanakan aksinya dengan cermat untuk memastikan ia mendapatkan cukup bahan pangan dan uang yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.
Suatu hari, Gunnnidhi melihat sebuah kuil Dewa Siwa sedang dibangun di desanya. kuil ini dirancang sangat indah dan memiliki ukuran yang sangat besar, dan di dalamnya terdapat banyak harta karun serta uang sumbangan dari penduduk desa. Gunnidhi secara rutin mengunjungi lokasi tersebut untuk memeriksa pembangunan kuil tersebut.
Setelah kuil tersebut selesai dibangun, Gunnidhi merasa kagum dengan betapa besar dan indahnya kuil tersebut. Namun, selain kekaguman, ia juga merasakan dorongan yang kuat untuk mendapatkan semua kekayaan yang terkumpul di dalam kuil. la berpikir, jika ia bisa mencuri semua uang dari kuil tersebut, ia tidak perlu mencuri lagi selama sisa hidupnya.
Betapa besar dan indahnya kuil Dewa Siwa (sumber: koleksi pribadi)
Setelah beberapa bulan, suatu malam, Gunnidhi mulai menyusun rencana cerdik untuk mencuri uang dari kuil tersebut. la mengamati dengan cermat semua detail keamanan dan sistem penjagaan di kuil. Gunnidhi pun berjalan menuju kuil dengan strategi yang jitu untuk mencuri semua uang. Namun sialnya, angin kencang mematikan semua lampu saat ia memasuki kuil.
Namun, ia juga sangat bertekad dan berpikiran kuat untuk menyalakan semua lampu lagi dan duduk di dekat sudut yang gelap. Namun sekali lagi, angin bertiup dan meniup semua lampu, lalu ia bangkit lagi dan menyalakannya satu per satu. Hal yang sama terjadi lagi dan lagi, tetapi Gunnidhi, tanpa kerutan di dahinya, terus menyalakan lampu.
Setelah mencoba berulang kali dan menghadapi kegagalan yang tak terhitung jumlahnya, Gunnidhi akhirnya merasa putus asa. la memutuskan untuk membakar semua pakaiannya, ia berharap bahwa dengan cara ini ia bisa menghindari gangguan dari angin dan berhasil mengambil uang yang diinginkan.
Gunnidhi membakar semua pakaiannya (sumber: koleksi pribadi)
Dengan dedikasi dan pengabdiannya, Dewa Siwa terkesan dan tiba- tiba muncul di hadapannya. la tersentak, jatuh di kaki Dewa Siwa, dan mulai menangis, "Maafkan aku, Tuanku, aku tidak akan melakukan ini lagi!" Mendengar hal ini, Dewa Siwa tersenyum dan berkata, "Jangan minta maaf, anakku! Kau telah melakukan apa yang harus kau lakukan. Meskipun aku terkesan dengan tekadmu untuk semua kekayaan ini, di kehidupanmu selanjutnya, kau akan dikenal sebagai "Dewa Kekayaan", Maharaja Kuber. Tathastu"
Dewa Kubera sebenarnya adalah putra dari Saint Vishrava, seorang resi yang terkenal karena kebijaksanaannya, dan Ilavida, seorang wanita bangsawan. Kubera lahir dalam keluarga yang memiliki latar belakang kebaikan dan spiritualitas tinggi. Sebagai putra sulung dari Vishrava, Kuber mewarisi takhta dan dikenal sebagai penguasa kekayaan. la diberi tanggung jawab untuk mengelola semua kekayaan alam semesta dan sering digambarkan sebagai dewa yang murah hati serta adil dalam membagikan harta. Di bawah pemerintahannya, kekayaan dunia dikelola dengan keseimbangan dan keadilan.
Namun, kehidupan Kubera berubah ketika ayahnya, Vishrava, menikah lagi dengan Kaikesi, seorang putri Asura (raksasa). Dari pernikahan tersebut, lahirlah tiga putra: Rahwana, Meghnath (atau Indrajit), dan Kumbhkaran, serta seorang putri bernama Surpanakha. Kaikesi, sebagai keturunan Asura, memiliki garis keturunan yang sangat berbeda dari Ilavida, dan anak-anaknya, khususnya Rahwana, mewarisi sifat-sifat raksasa yang keras dan penuh ambisi.
Meskipun Kubera dan Rahwana adalah saudara, mereka hanya bersaudara tiri, karena berasal dari ibu yang berbeda. Meskipun Kuber tumbuh dengan nilai-nilai kebajikan dan kesucian, Rahwana dan saudara-saudaranya tumbuh dalam bayangan kekuatan Asura yang berambisi tinggi dan penuh nafsu kekuasaan. Perbedaan inilah yang memicu permusuhan di antara mereka seiring berjalannya waktu.
Kisah antara Kubera dan Rahwana mencapai puncaknya ketika Rahwana, dengan ambisinya yang tak terbendung, mulai merasa iri terhadap kekuasaan Kubera. Pada saat itu, Kubera berkuasa atas kerajaan Lanka, yang dikenal dengan sebutan "Sone ki Lanka" atau Lanka Emas. Pulau Lanka ini terkenal akan kekayaannya yang melimpah dan keindahannya yang tiada tara. Di bawah pemerintahan Kubera, Lanka menjadi simbol kemakmuran, tempat yang dipenuhi dengan emas dan permata, serta berkilauan di bawah sinar matahari.
Namun, Rahwana yang memiliki sifat angkara murka dan keinginan tak terbatas untuk memiliki kekuasaan, tidak bisa menerima kenyataan bahwa saudaranya menguasai negeri seindah itu. la menginginkan Lanka untuk dirinya sendiri dan merasa bahwa ia lebih layak untuk memerintah. Oleh karena itu, Rahwana memutuskan untuk mengambil alih Lanka dengan kekerasan. la menggunakan kekuatan dan tipu muslihat untuk menggulingkan Kubera dari takhtanya. Rahwana tidak hanya merebut kekayaan dan kekuasaan Lanka, tetapi juga mengusir Kubera dari negerinya sendiri.
Dewa Rahwana (sumber: koleksi pribadi)
Pengusiran ini membuat Kubera pindah dari Lanka dan mencari perlindungan di tempat yang suci dan penuh kedamaian. la memilih untuk menetap di sebuah lokasi dekat Pegunungan Kailash, rumah dari Dewa Siwa, yang dikenal sebagai pelindung spiritualnya. Di sini, Kubera membangun istananya sendiri yang dikenal sebagai "Alaka," sebuah tempat yang sama indah dan megahnya dengan Lanka. Alaka, yang terletak di wilayah utara pegunungan Himalaya, menjadi pusat kekayaan dan kemakmuran yang baru, di mana Kubera tetap menjalankan tugasnya sebagai Dewa Kekayaan dengan penuh kebijaksanaan.
Meskipun kehilangan Lanka, Kubera tidak menyimpan dendam terhadap Rahwana. Sebaliknya, ia hidup dalam ketenangan dan terus memberikan kekayaan kepada mereka yang membutuhkannya. Ini mencerminkan kepribadian Kuber yang penuh kebijaksanaan dan pengampunan, yang tidak tergoda oleh balas dendam atau ambisi duniawi.
Sementara itu, Rahwana yang sekarang menguasai Lanka memerintah dengan tangan besi dan ambisi besar. Di bawah pemerintahannya, Lanka tetap menjadi negeri yang kaya dan kuat, tetapi diwarnai dengan kekejaman dan perang. Rahwana, dengan kekuatannya yang tak terbatas, memicu banyak konflik, termasuk penculikan Dewi Sita, istri Rama.
Kisah Kubera dan Rahwana ini bukan hanya tentang pertarungan antar saudara, tetapi juga tentang bagaimana kekayaan dan kekuasaan dapat dipandang dari sudut yang berbeda. Kubera, meskipun memiliki kekayaan yang melimpah, tidak pernah diperbudak oleh kekuasaan. Sebaliknya, ia melihat kekayaannya sebagai alat untuk membantu orang lain dan menjalankan tugas ilahi. Di sisi lain, Rahwana yang terobsesi dengan kekuasaan akhirnya membawa kehancuran bagi dirinya sendiri.
Di akhir cerita, Rahwana akhirnya dihancurkan oleh Dewa Rama dalam pertempuran epik, mengakhiri pemerintahan tiraninya di Lanka. Meskipun Rahwana kehilangan segalanya, Kubera tetap menjalankan tugasnya sebagai penjaga kekayaan, melambangkan bahwa kekayaan sejati tidak datang dari ambisi atau keserakahan, tetapi dari pengelolaan yang bijaksana dan hati yang penuh kasih
Pertempuran epik Rahwana dengan Dewa Rama (sumber: koleksi pribadi)
Dikenal sebagai "Dewa Uang", Dewa Kubera disembah pada festival Dhanteras yang penuh keberuntungan. Dhan berarti uang, dan teras berarti hari. Festival ini dirayakan sebelum Diwali untuk menyambut semua kebaikan dan kemurnian di rumah kita. Selain itu, diyakini bahwa Dewa Kubera dan Dewi Lakshmi harus disembah bersama. Jadi, ketika Dewa Kubera memberkati kita dengan kekayaan yang melimpah, itu bisa membuat kita menjadi egois. Oleh karena itu, menyembah Dewi Lakshmi akan memberi Anda keberuntungan dan membuat Anda tetap waras ketika Anda dihujani dengan kekayaan dan keberuntungan.