Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan: Warisan Leluhur dan Sejarah Awal Kerajaan di Bali
Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan merupakan salah satu situs penting dalam sejarah dan budaya Bali. Berlokasi di Desa Pejeng, Tampaksiring, Gianyar, Pura ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat persembahyangan, tetapi juga sebagai simbol warisan leluhur yang sarat akan nilai-nilai budaya dan spiritual. Sebagai salah satu situs suci, Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan menjadi tempat persembahyangan yang jejak sejarahnya masih terasa hingga saat ini.
Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan yang terletak di Desa Pejeng Gianyar ini merupakan salah satu pura yang memiliki hubungan yang kuat dengan Sejarah Ida Dalem Tarukan, seorang tokoh penting dalam sejarah Kerajaan di Bali. Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan merupakan pusat pemujaan bagi keturunan Dalem Tarukan dan Masyarakat sekitar. Oleh karena itu, para pemedek yang melakukan persembahyangan di pura ini pada umumnya memiliki hubungan kekerabatan atau keturunan dari Dalem Tarukan.
Sejarah Ida Dalem Tarukan dan Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan
Sejarah berdirinya Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan awal kerajaan-kerajaan di Bali. Pura yang berada diwilayah yang kaya akan Sejarah dan budaya ini didirikan sebagai tempat untuk memuja dan menghormati para leluhur, khususnya Ida Dalem Tarukan yang dianggap sebagai pelindung bagi rakyatnya. Berdasarkan pada catatan lontar dan tradisi lisan, Pura ini didirikan pada masa pemerintahan Raja Dalem Tarukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang diyakini memiliki peranan penting dalam pembentukan struktur sosial dan politik di Bali.
Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Berdasarkan pada babad Dalem Tarukan, Ida Dalem Tarukan merupakan salah satu putra dari Sri Aji Dalem Kresna Kepakisan, beliau merupakan Raja yang memerintah di Bali pada sekitar abad ke- 13 dan berkedudukan di Puri Samprangan, Gianyar. Ida Dalem Tarukan memiliki empat saudara yaitu:
- Dalem Agra Samprangan,
- Dalem Ketut Ngulesir,
- Dewa Ayu Swabawa,
- I Dewa Tegal Besung.
Setelah Ida Dalem Tarukan dewasa, Ida Dalem Tarukan membangun puri di Tarukan, Pejeng, Gianyar dan memulai kehidupan bersama dengan istrinya. Salah satu cerita penting dalam Sejarah Ida Dalem Tarukan adalah ketika Rakriyan Kuda Pinandang Kajar, putra angkat dari Dalem Blambangan, sembuh dari penyakit parah setelah diberikan janji oleh Ida Dalem Tarukan untuk menikahkannya dengan Dewa Ayu Muter, putri dari Dalem Samprangan.
Hal ini memicu kemarahan Dalem Agra Samprangan yang mengirim pasukan besar untuk menyerang Puri Agung Dalem Tarukan. Mengetahui hal tersebut, Ida Dalem Tarukan memutuskan untuk mengungsi demi menghindari pecahnya perang saudara. Beliau mengungsi ke berbagai desa pegunungan, diantaranya adalah Desa Taro, Gianyar, hingga akhirnya menetap di Desa Pulasari, Tembuku, Bangli.
Makna Filosofis Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan
Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan menyimpan nilai-nilai filosofis yang dalam. Pura ini menggambarkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan yang dikenal dengan konsep Tri Hita Karana. Keberadaan pura ini juga mencerminkan pentingnya hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi saat ini.
Ngeranjing Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Lebih dari sekedar tempat ibadah, Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan juga merupakan simbol penghormatan kepada leluhur yang telah berjasa dalam membangun peradaban di pulau Bali. Kawitan yang memiliki arti asal usul atau leluhur menjadi inti dari persembahyangan di pura ini. Setiap upacara yang dilakukan di pura ini merupakan bentuk syukur dan penghormatan kepada leluhur yang diyakini memberikan berkah dan perlindungan.
Keunikan Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan
Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan memiliki beberapa aspek keunikan, salah satu keistimewaan dari pura ini adalah keberadaan patung kuda yang terbuat dari kayu. Patung ini dibuat untuk mengenang kuda kesayangan Raja Dalem Tarukan yang bernama Ki Gagak Gore. Pada tahun 1968, saat dilakukan pemugaran dan perluasan pura, ditemukan sebuah gedogan jaran (kendang kuda) yang memperkuat cerita tentang keberadaan kuda Raja Dalem Tarukan.
Penemuan ini menggagas ide untuk membuat patung kuda lengkap dengan palinggihnya, sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Raja dan kuda kesayangannya. Patung kuda ini memiliki makna yang sangat kaya dan multi interpretasi. Selain sebagai simbol kekuasaan dan penghormatan, patung ini juga menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya Bali.
Patung Kuda Ki Gagak Gore (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Pujawali di Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan jatuh pada Buda Umanis Wuku Perangbakat. Pujawali ini dilaksanakan setiap enam bulan kalender Bali atau 210 hari sekali dan berlangsung selama lima hari. Persiapan pujawali ini berlangsung selama beberapa hari sebelumnya dan diawali dengan upacara “nanceb dan macaru”. Pada saat pujawali, para pangempon pura ini, yakni para Gotra Sentana Dalem Tarukan (PGSDT) se-kabupaten Gianyar akan mendapat tugas secara bergiliran dalam mempersiapkan upacara pujawali ini.
Pura Kawitan Puri Agung Dalem Tarukan merupakan simbol dari warisan leluhur yang masih hidup ditengah masyarakat Bali saat ini. Dengan sejarah yang panjang dan peranannya yang penting, pura ini menjadi bukti bahwa Bali tidak hanya kaya akan alam yang indah, tetapi juga memiliki kekayaan budaya dan spiritual yang tak ternilai.