Harmoni Semesta di Catus Pata: Filosofi Mendalam Patung Wisnu Murti
Di tengah gemerlap kehidupan modern Bali, sebuah simbol keagungan budaya dan spiritual kembali tegak di Catus Pata Kediri, Tabanan. Patung Wisnu Murti, yang diresmikan pada 29 November 2022, bukan hanya sebuah karya seni monumental, melainkan juga cerminan filosofi mendalam yang menghubungkan keseimbangan alam semesta dengan kehidupan masyarakat.
Patung Wisnu Murti memiliki sejarah panjang yang penuh makna. Awalnya, patung ini berdiri kokoh di Catus Pata Kediri, sebelum dibongkar pada tahun 2015 untuk memberi tempat bagi Patung Bung Karno. Namun, aspirasi masyarakat yang rindu akan simbol spiritual mereka mendorong pembangunan kembali patung ini. Melalui tangan dingin seniman lokal, I Nyoman Sudarwa dari Desa Penarukan, Kerambitan, patung ini kembali diwujudkan dengan megah menggunakan bahan beton bertulang yang tahan lama dan memungkinkan detail ornamen khas Bali.
Pembangunan patung ini melibatkan berbagai tahapan yang rumit, mulai dari perancangan ulang hingga proses pengerjaan yang detail. Setiap elemen patung dirancang dengan hati-hati untuk mencerminkan kekayaan budaya Bali dan nilai-nilai Hindu yang luhur. Upaya kolektif ini menunjukkan semangat gotong-royong masyarakat Tabanan dalam melestarikan warisan budaya mereka.
Dengan tinggi total sekitar 9 meter, terdiri dari bagian badan setinggi 6,5 meter dan tatakan setinggi 3 meter, Patung Wisnu Murti berdiri tegak menghadap ke timur. Posisi ini melambangkan penyambutan energi baru setiap pagi dan optimisme masyarakat Bali dalam menjalani kehidupan. Pemilihan arah ini juga mencerminkan makna spiritual yang mendalam, di mana timur sering diasosiasikan dengan awal kehidupan dan sumber cahaya.
Prasasti Peresmian Patung Wisnu Murti (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Patung Wisnu Murti memiliki posisi strategis dalam konsep Nyegara Gunung, yang menghubungkan energi gunung dan laut. Konsep ini terlihat jelas dalam hubungannya dengan Pura Batukaru di pegunungan dan Pura Tanah Lot di tepi laut. Harmoni antara kedua elemen ini menjadi landasan spiritual bagi masyarakat Hindu di Bali, yang percaya bahwa keseimbangan energi semesta adalah kunci kehidupan yang harmonis.
Sebagai perwujudan Dewa Wisnu, patung ini juga melambangkan pelindung dan pemelihara alam semesta. Dewa Wisnu sering digambarkan sebagai penjaga harmoni yang membawa kesejahteraan dan keberlanjutan bagi dunia. Kehadirannya di pusat Catus Pata mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan (Tri Hita Karana).
Patung ini juga menyimbolkan peran sentral Bali sebagai pulau yang dikenal dengan ajaran spiritualnya. Kehadirannya menjadi pengingat bahwa meskipun teknologi dan modernisasi terus berkembang, nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal harus tetap menjadi landasan kehidupan masyarakat.
Tampak Depan Patung Wisnu Murti (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Bagi masyarakat Tabanan, khususnya di Kediri, Patung Wisnu Murti bukan sekadar ikon visual, tetapi juga kebanggaan yang mendalam. Pembangunan kembali patung ini adalah simbol komitmen untuk melestarikan tradisi, budaya, dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh leluhur. Patung ini juga menjadi daya tarik wisata baru yang diharapkan dapat membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Dengan pemlaspasan yang dilakukan pada saat Tilem Sasih Kanem, patung ini dipercaya mampu menghilangkan energi negatif dan membawa berkah bagi seluruh wilayah Tabanan. Empat kendi yang diletakkan di dasar patung sebagai bagian dari ritual menambah elemen sakral, memperkuat makna spiritual dari karya monumental ini.
Selain aspek spiritual, patung ini juga menjadi sarana pendidikan bagi generasi muda. Kehadirannya mengingatkan mereka akan pentingnya menjaga warisan budaya dan memperkenalkan konsep-konsep Hindu yang mendalam seperti Nyegara Gunung dan Tri Hita Karana. Melalui program edukasi dan kunjungan wisata, masyarakat berharap patung ini dapat menjadi media pembelajaran yang inspiratif.
Tampak Samping Patung Wisnu Murti (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Patung Wisnu Murti kini berdiri megah sebagai saksi bisu perjalanan spiritual dan budaya masyarakat Tabanan. Dengan segala nilai yang terkandung di dalamnya, patung ini mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga harmoni semesta. Dalam setiap detailnya, ia berbicara tentang hubungan manusia dengan alam dan bagaimana tradisi dapat menjadi penuntun menuju kehidupan yang seimbang.
Kehadiran kembali Patung Wisnu Murti di Catus Pata Kediri bukan hanya simbol kebanggaan lokal, tetapi juga pengingat bagi kita semua untuk terus menghormati dan menjaga warisan budaya, demi kelangsungan harmoni antara manusia dan alam semesta.
Lebih dari sekadar monumen, Patung Wisnu Murti adalah penanda bahwa harmoni dan spiritualitas tetap menjadi inti dari kehidupan masyarakat Bali. Dalam era modern ini, simbol-simbol seperti Patung Wisnu Murti menjadi pengingat akan pentingnya mempertahankan keseimbangan antara tradisi dan perkembangan, antara lokalitas dan globalisasi, serta antara manusia dan alam.