Ngaturan Pakelem Dalam Ritual Bali

Ngatur Pekelem adalah ritual sakral masyarakat Bali yang bertujuan menjaga harmoni antara manusia, alam, dan kekuatan ilahi. Dilakukan di perairan suci, ritual ini mencerminkan filosofi Tri Hita Karana, mengajarkan keseimbangan hidup, dan menghormati alam. Selain melestarikan tradisi, Ngatur Pekelem juga relevan dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan di era modern.

Feb 2, 2025 - 11:00
Jan 9, 2025 - 15:23
Ngaturan Pakelem Dalam Ritual Bali

Bali, yang dikenal sebagai Pulau Dewata, tidak hanya memikat dengan keindahan alamnya tetapi juga dengan kekayaan tradisi dan budayanya. Salah satu tradisi sakral yang memiliki nilai spiritual mendalam adalah Ngatur Pekelem. Ritual ini merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat Bali yang menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan kekuatan ilahi

Secara etimologis, istilah "Ngatur Pekelem" terdiri dari dua kata, yaitu "ngatur" yang berarti memberikan atau menyampaikan, dan "pekelem" yang merujuk pada persembahan yang dilarung atau dipersembahkan ke dalam air. Ritual ini dilakukan untuk memohon keselamatan, keseimbangan, dan keharmonisan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) melalui manifestasi-Nya sebagai Dewa Baruna, penguasa lautan, serta roh-roh penjaga alam. 

Rangkaian Prosesi Ngatur Pekelem (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Ngatur Pekelem biasanya dilakukan di pantai, danau, atau sumber air suci lainnya. Air, dalam kepercayaan Hindu Bali, dianggap sebagai elemen suci yang mampu membersihkan serta menghubungkan manusia dengan dimensi spiritual yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pelaksanaan ritual ini sering kali menyentuh aspek-aspek spiritual, ekologis, dan filosofis yang sangat mendalam.


Tradisi Ngatur Pekelem telah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan di Bali. Ritual ini sering kali dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat agraris yang hidup berdampingan dengan alam. Ketika alam memberikan tanda-tanda ketidakseimbangan seperti bencana alam, kekeringan, atau wabah penyakit, masyarakat Bali percaya bahwa hal itu adalah bentuk komunikasi dari alam semesta yang perlu direspon dengan ritual persembahan. Ngatur Pekelem menjadi salah satu cara untuk "menyeimbangkan" kembali energi alam yang dianggap terganggu. Dalam teks-teks lontar seperti Lontar Yadnya Prakerti dan Lontar Sundarigama, disebutkan bahwa ritual ini merupakan bagian dari upacara Bhuta Yadnya yang bertujuan untuk menenangkan roh-roh alam dan menjaga harmoni antara manusia dan lingkungannya. 

Sesajen Yang berisi Canang dan Daksina (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Pelaksanaan Ngatur Pekelem melibatkan beberapa tahapan yang dilakukan dengan penuh kehikmatan. Berikut adalah tahapan-tahapan utamanya Persiapan Sarana Upacara Persiapan sarana upacara menjadi langkah awal yang sangat penting. Sarana ini meliputi berbagai jenis banten (sesajen), seperti:Pejati: Sesajen utama yang berisi simbol-simbol alam semesta, Daksina Lambang penghormatan kepada Tuhan,Canang sari Persembahan harian untuk memohon restu dan keseimbangan. 

Selain itu, dalam skala besar, hewan seperti ayam, itik, atau babi dapat digunakan sebagai simbol persembahan. Hewan-hewan ini dipilih berdasarkan aturan tertentu yang terdapat dalam teks suci Hindu Bali.Lokasi pelaksanaan Ngatur Pekelem biasanya dipilih berdasarkan elemen air. Laut, danau, atau mata air suci sering menjadi tempat yang dipilih, karena air dianggap sebagai elemen yang mampu membawa persembahan menuju alam spiritual. Lokasi ini juga ditentukan berdasarkan petunjuk dari pemuka agama atau melalui proses ngayah (meditasi spiritual)

Ilustrasi Prosesi Ngatur Pekelem (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Pelaksanaan ritual dipimpin oleh seorang pendeta atau pemangku. Doa-doa khusus dilantunkan untuk memohon restu dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi-Nya. Persembahan berupa hewan atau banten kemudian dilarung atau dilepaskan ke dalam air sebagai simbol pengembalian energi kepada alam semesta. 

Setelah semua persembahan dilarung, ritual ditutup dengan doa syukur. Doa ini ditujukan agar tujuan dari ritual tercapai, yaitu terciptanya keharmonisan, keselamatan, dan keseimbangan bagi seluruh makhluk hidup. Ngatur Pekelem bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga manifestasi dari filosofi Tri Hita Karana, yang menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara tiga aspek kehidupan: manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Melalui ritual ini, masyarakat Bali diajarkan untuk selalu bersyukur, rendah hati, dan menghormati alam sebagai pemberi kehidupan. 

Makna filosofis lainnya adalah pengingat akan pentingnya keseimbangan dalam hidup. Ketika manusia terlalu banyak mengambil dari alam tanpa memberi kembali, ketidakseimbangan akan terjadi. Ngatur Pekelem adalah bentuk "pengembalian" energi positif kepada alam semesta.
Ritual ini juga mencerminkan sikap saling menghormati antara manusia dengan kekuatan-kekuatan yang ada di alam semesta. Dalam pandangan masyarakat Bali, kekuatan alam bukanlah sesuatu yang dapat dikendalikan sepenuhnya oleh manusia, melainkan harus dihormati dan dijaga agar harmoni tetap terjaga. 

Ida Sesuhunan Bhatara Sakti Pura Dalem Delod Tukad (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Di era modern, nilai-nilai yang terkandung dalam Ngatur Pekelem tetap relevan, terutama dalam menghadapi tantangan lingkungan seperti perubahan iklim dan kerusakan ekosistem. Ritual ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan alam, menghormati keberadaan elemen-elemen alam, dan hidup selaras dengan lingkungan. 

Selain itu, Ngatur Pekelem juga menjadi bagian dari pelestarian budaya Bali. Melalui ritual ini, generasi muda diajarkan untuk mencintai dan menjaga tradisi leluhur, sehingga nilai-nilai spiritual dan ekologis yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan relevan sepanjang zaman.Tidak hanya bagi masyarakat Bali, Ngatur Pekelem juga menjadi pesan universal tentang pentingnya keselarasan hidup. Dalam skala global, ritual ini dapat dijadikan inspirasi untuk menjaga keseimbangan ekosistem, merawat kelestarian sumber daya alam, dan membangun hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan. 

Dalam melestarikan tradisi seperti Ngatur Pekelem, peran masyarakat adat dan pemerintah sangatlah penting. Masyarakat adat memiliki tanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai asli dari ritual ini, sementara pemerintah dapat membantu dalam hal regulasi dan pendanaan agar tradisi ini tidak tergerus oleh modernisasi. Selain itu, ritual seperti Ngatur Pekelem dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya yang mendidik, asalkan dilakukan dengan tetap menjaga kesakralannya.


Berbagai program pelestarian budaya, seperti pelatihan generasi muda dan dokumentasi ritual, juga diperlukan agar tradisi ini tidak hilang. Pemerintah daerah Bali, melalui Dinas Kebudayaan, telah berupaya menjadikan tradisi seperti Ngatur Pekelem sebagai warisan budaya yang diakui secara nasional dan internasional. 

Ngatur Pekelem adalah salah satu wujud nyata dari kebijaksanaan lokal masyarakat Bali dalam menjaga harmoni dengan alam. Ritual ini tidak hanya sarat makna spiritual, tetapi juga mengandung pesan moral dan ekologis yang sangat relevan untuk kehidupan modern. Melalui Ngatur Pekelem, masyarakat Bali mengingatkan dunia akan pentingnya menjaga keseimbangan dan keselarasan antara manusia, alam, dan kekuatan ilahi. 

Dengan menjaga tradisi seperti Ngatur Pekelem, Bali tidak hanya melestarikan budaya leluhur, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam upaya menjaga keseimbangan ekosistem global. Ritual ini adalah pengingat bahwa kehidupan manusia tidak terpisahkan dari alam, dan menjaga alam adalah bentuk penghormatan tertinggi kepada Sang Pencipta. Pelaksanaan Ngatur Pekelem bukan hanya sekadar kewajiban ritual, tetapi juga sebuah tindakan nyata dalam menjaga keberlanjutan kehidupan di bumi.