Desa Petulu: Rumahnya Para Bangau

Bali, sebuah perairan eksotis dengan pesona budaya yang mendalam dan kekayaan alam yang menakjubkan, adalah salah satu destinasi wisata paling populer di Indonesia. Namun, di antara keriuhan pariwisata di tempat-tempat seperti Kuta dan Ubud, terdapat sebuah desa kecil yang belum banyak dikenal oleh para wisatawan. Desa ini adalah Petulu, yang terletak di bagian utara Pulau Dewata, Bali. Petulu bukan hanya tentang keindahan alam yang menawan namun juga tentang hubungan khusus antara manusia dan burung bangau, yang oleh penduduk desa dianggap sebagai makhluk suci.

Oct 24, 2023 - 06:12
Sep 25, 2023 - 21:07
Desa Petulu: Rumahnya Para Bangau

Desa Petulu (Sumber Foto: Koleksi Penulis)

Desa Adat Petulu adalah salah satu dari banyak desa adat yang masih memegang teguh tradisi dan budaya Bali yang kaya. Terletak di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, desa ini adalah titik terang yang berbeda di tengah keramaian destinasi wisata populer di Bali. Dari pusat Ubud, hanya perlu mengemudi sekitar 10 menit untuk mencapai desa ini. Petulu unik dengan cerita menarik tentang hidup berdampingan dengan Burung Bangau, juga dikenal sebagai Burung Kokokan.

Cerita tentang hubungan suci antara penduduk Petulu dan burung bangau berasal dari masa lalu yang jauh. Pada tanggal 25 Oktober 1965, warga Desa Petulu mengadakan upacara besar yang dikenal sebagai Pedanan dan Dhirgayusa Bumi di Pura Desa Petulu. Dalam rangka upacara ini, diperlukan banyak binatang sebagai bagian dari sarana upacara atau digunakan sebagai caru, dan salah satunya adalah jenis burung. Saat mereka sibuk mempersiapkan upacara ini, tiba-tiba sekelompok burung putih, sekitar 10-20 ekor, mendarat di pohon di Desa Petulu. Setelah diperhatikan lebih lanjut, ternyata burung-burung tersebut sesuai dengan kebutuhan upacara sebagai bagian dari bahan upacara (caru). Oleh karena itu, salah satu burung dari kelompok tersebut diambil untuk digunakan dalam pelaksanaan upacara.

Setelah upacara besar di Desa Petulu berakhir, burung Kokokan, atau burung bangau, kembali dalam jumlah yang lebih banyak dan berkumpul di pohon-pohon di desa. Kedatangan burung Kokokan ini dianggap oleh masyarakat Petulu sebagai tanda dari Ida Bhatara Desa dan dianggap sebagai anugerah atau pemberian. Berdasarkan keyakinan ini, burung Kokokan kemudian dijemput dan dipersembahkan oleh seluruh masyarakat dalam sebuah upacara khusus di Pura Desa.

Burung Kokokan di pohon (Sumber Foto: Koleksi Penulis)

Burung Kokokan ini kemudian dianggap sebagai makhluk yang sakral dan suci. Selain penghormatan yang diberikan dalam upacara, penduduk desa juga merenungkan pembuatan pelinggih khusus untuk menghormati burung Kokokan ini. Pelinggih tersebut terletak di Pura Desa, yang merupakan tempat suci di desa ini. Pura Desa menjadi tempat penting dalam menjalani upacara dan ritual keagamaan yang melibatkan burung Kokokan ini.

Tidak hanya melibatkan upacara-upacara besar, tetapi penduduk desa juga menggelar upacara otonan untuk burung Kokokan. Upacara otonan ini adalah bagian dari tradisi yang dijalani untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan lingkungan, khususnya hewan. Upacara ini dilakukan untuk membersihkan secara lahir dan batin, serta sebagai bentuk peringatan akan perubahan usia mereka. Upacara Otonan burung Kokokan diadakan setiap enam bulan sekali, khususnya pada Hari Raya Kuningan.

Selain upacara otonan, penduduk desa juga memiliki berbagai ritual lain yang melibatkan burung Kokokan. Salah satu ritual yang paling terkenal adalah ritual "ngarak". Pada ritual ini, penduduk desa akan membawa burung Kokokan mengelilingi desa sebagai tanda penghormatan. Ritual ini biasanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti saat perayaan hari raya keagamaan atau saat menyambut kedatangan burung Kokokan di desa.

Antara bulan Oktober hingga Maret, burung Kokokan datang ke Desa Petulu dan melakukan proses perkawinan dan reproduksi. Biasanya, mereka membuat sarang di pohon-pohon dan menetas. Dari waktu telur sampai menetas, diperlukan sekitar tiga bulan. Anak-anak burung akan belajar terbang dan mencari makan hingga mereka tumbuh dewasa.

Saat ini, jumlah burung Kokokan di Desa Petulu mencapai ratusan hingga ribuan ekor, dan mereka terlihat aktif beraktivitas setiap harinya. Meskipun ada banyak desa di sekitarnya yang mungkin menjadi tempat migrasi bagi mereka, burung-burung ini memilih untuk tetap tinggal di Desa Petulu. Pada siang hari, mereka biasanya terlihat bergerak masuk dan keluar dari desa, tetapi menjelang sore, sekitar pukul 18.00 hingga 18.30 WITA, mereka semua berkumpul kembali di Desa Petulu. Sore hari adalah waktu yang tepat untuk menyaksikan pemandangan indah burung Kokokan di Desa Petulu, terutama di luar musim migrasi mereka dari Oktober hingga Maret.

Burung Kokokan Membasmi Hama (Sumber Foto: Koleksi Penulis)

Karena berhasil memelihara dan menjaga habitat burung Kokokan dengan baik, Desa Petulu diakui oleh pemerintah dan dianugerahi penghargaan Piala Kalpataru. Penghargaan Kalpataru adalah pengakuan atas upaya dalam pelestarian lingkungan hidup di Indonesia. Desa Petulu adalah contoh nyata tentang bagaimana keterlibatan aktif komunitas dalam pelestarian alam dapat dihargai dan diakui.

Meskipun awalnya ada minat untuk memelihara burung Kokokan dan bahkan mengambil dagingnya untuk konsumsi, pengalaman menakutkan yang dialami oleh mereka yang mencoba menangkap burung-burung ini mencegah banyak orang. Sebagian besar dari hampir 50 orang yang mencoba melakukannya mengalami pengalaman menyeramkan, baik dalam mimpi maupun kehidupan nyata. Ini menjadi pertanda bahwa burung Kokokan memiliki peran spiritual yang lebih dalam dalam melindungi desa dan lingkungan mereka.

Dalam konteks spiritual, burung Kokokan dianggap sebagai pengawal atau rencang bagi Ida Bhatara, roh suci yang melindungi Pura setempat dan lingkungannya. Burung Kokokan ini berfungsi sebagai penjaga desa yang melindungi persawahan mereka dari gangguan, baik dalam hal material maupun spiritual. Pengalaman menyeramkan yang dialami oleh mereka yang mencoba menangkap burung-burung ini adalah bagian dari keyakinan kuat akan peran suci mereka dalam menjaga keseimbangan alam dan budaya di Desa Petulu.

Burung Kokokan (Sumber Foto: Koleksi Penulis)

Desa Petulu telah menjadi tujuan wisata yang populer di Bali. Namun, popularitas ini juga menimbulkan ancaman bagi keberlanjutan hubungan antara manusia dan burung Kokokan. Salah satu ancaman terbesar adalah meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa. Hal ini dapat mengganggu aktivitas burung Kokokan dan menyebabkan stres bagi mereka. Selain itu, peningkatan jumlah sampah juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan desa.

Untuk mengatasi ancaman-ancaman ini, pemerintah desa telah mengambil berbagai langkah. Salah satu langkah yang diambil adalah membatasi jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa. Selain itu, pemerintah desa juga telah melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa, diharapkan hubungan suci antara manusia dan burung Kokokan di Desa Petulu dapat terus terjaga dan berkembang di masa depan.

Desa Petulu di Bali adalah bukti hidup tentang hubungan yang dalam dan harmonis antara manusia dan alam. Burung Kokokan, atau Burung Bangau, menjadi simbol dan penjaga suci desa ini. Dengan menjaga burung Kokokan dan habitatnya, Desa Petulu tidak hanya mempertahankan lingkungan yang sehat, tetapi juga memperkaya warisan budaya Bali yang kaya. Petulu adalah peringatan bagi kita semua tentang betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam, serta tentang nilai kepercayaan dan penghargaan terhadap makhluk-makhluk yang hidup di sekitar kita. Desa Petulu adalah contoh nyata tentang bagaimana budaya, alam, dan manusia dapat hidup bersama secara harmonis, menciptakan tempat yang indah dan penuh makna.