Paralaga Misteri di Balik Nama Desa Pelaga
Desa Pelaga merupakan salah satu desa wisata berbasis pertanian yang terletak di kabupaten badung, bali. Terlepas dari daya tarik pariwisata berbasis pertanian yang dimiliki oleh desa ini, Desa pelaga juga memiliki sejarah penamaan yang cukup unik. oleh karena itu artikel ini akan mengulik lebih dalam lagi sejarah dan asal muasal nama dari Desa Pelaga.
Desa Pelaga sendiri terletak di bagian utara kabupaten badung dan berjarak 45 Km dari ibukota provinsi, tepatnya di kecamatan Petang. Desa ini cukup dikenal karena menawarkan pengamalan unik bagi para pengunjungnya dengan suasana desa yang tenang dan hijau, Desa ini juga memiliki daya Tarik pariwisata berbasis pertanian karena banyak di dominasi oleh lahan hijau dan persawahan.
Selain memiliki daya Tarik wisata sendiri, desa pelaga sendiri memiliki kisah asal muasal yang tidak kalah unik, sebagian orang memang lebih mengenal desa pelaga ini dari pariwisatanya sehingga masih sedikit yang mengetahui kisah dibalik penamaan Desa Pelaga ini. Latar belakang sejarah bagaimana asal muasal nama Desa Pelaga ini dapat ditemukan pada lontar "Mendang Kemulan" yang memang ada hubungannya dengan Desa Pelaga. asal usul nama Desa Pelaga dapat dihubungkan dengan cerita yang terdapat pada lontar tersebut, cerita itu menceritakan bagaimana nama Desa Pelaga sendiri berkaitan dengan sejarah dari kerajaan Gegelang.
Sawah Desa Pelaga (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Sekitar abad IX, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Gegelang. Kerajaan tersebut dipimpin oleh raja bijaksana sehingga rakyat Kerajaan Gegelang hidup dengan makmur dan tentram. Sang raja memiliki seorang permaisuri, seorang selir dan memiliki 2 orang putra, putra tertua diturunkan dari selir sementara putra yang lebih muda diturunkan dari permaisuri. Singkat cerita saat raja gegelang sudah memasuki usia senja dan putra putranya sudah tumbuh dewasa, maka sang raja berencana untuk menurunkan tahtanya kepada anaknya. Tak lama berselang rencana tersebut akhirnya sampai ke telinga rakyat kerajaan gegelang yang pada saat. Hal itu menimbulkan keresahan di masyarakat gegelang mengenai putra yang mana yang berhak untuk menggantinya posisi ayahnya sebagai raja gegelang mengingat putra raja pertama dari keturunan selir, sedangkan putra kedua dari keturunan permaisuri. Sebagian besar masyarakat gegelang pada saat itu cenderung memilih putra raja dari keturunan permaisuri raja untuk naik tahta menggantikan ayahnya. Hingga akhirnya desas desus ini didengar oleh putra raja pertama, putra pertama raja pun merasa tersinggung dan beranggapan putra raja yang pertamalah yang berhak menggantikan kedudukan ayahnya tanpa memperhatikan keturunan permaisuri atau keturunan selir.
Oleh karena itu putra raja pertama merasa dengki dan iri hati terhadap adiknya yang merupakan keturunan dari permaisuri. Karena sudah dikuasai oleh perasaan iri dengki yang sangat kuat, putra raja pertama pun mulai memikirkan cara untuk menyingkirkan adiknya agar tidak ada lagi yang mampu menghalangi dirinya untuk bisa menggantikan tahta ayahnya. Ia pun berencana untuk membunuh adiknya secara rahasia sebelum dilangsungkan upacara yang mengangkat adiknya untuk menjadi putra mahkota dan nantinya menggantikan ayahnya untuk menjadi raja. Kemudian putra raja pertama memanggil mahapatih Kerajaan Gegelang untuk menyampaikan niat jahatnya. Pada saat itu hubungan kedua putra raja ini sangatlah akrab seolah olah tidak ada kebencian apalagi niat jahat yang ada dalam hati salah satu pihak putra raja.
Pada saat yang telah ditentukan, untuk melaksanakan niat jahatnya maka putra raja pertama mengajak adiknya berburu ke tengah hutan dengan dikawal oleh mahapatih yang telah diajak bersekongkol dengan membawa peralatan berburu. Berangkatlah kedua putra raja gegelang tersebut ke tengah hutan. sesampainya di hutan dan keadaan dirasa cukup aman untuk melaksanakan niat jahatnya maka putra raja pertama memerintahkan mahapatih yang telah diajak bersekongkol sebelumnya untuk membunuh adik bungsunya. Pada saat itu suasana hutan benar benar dalam keadaan sunyi senyap, kicauan burung pun berhenti, binatang hutan seakan enggan untuk bicara serta angin yang berhembus terhenti sejenak seakan terpaku menyaksikan kejadian pembunuhan putra bungsu raja gegelang tersebut. Setelah memastikan adiknya sudah tidak bernyawa maka mayat adiknya diseret dan ditempatkan di sebuah pohon kayu yang dalam keadaan lapuk seolah olah mati tertimbun atau tertimpa oleh pohon kayu serta ditimbuni oleh dedaunan sehingga tidak terlihat. Dengan perasaan bahwa harapannya untuk menjadi raja hampir terwujud karena penghalangnya untuk menjadi raja sudah disingkirkan, putra raja pertama bersama mahapatihnya kembali ke kerajaan dan menjaga agar kejadian itu tetap dirahasiakan.
Dikisahkan pada suatu hari tidak lama dari kejadian pembunuhan sang putra mahkota, ada seorang pemburu yang terlalu larut setelah pulang dari berburu , dengan menunggangi kuda sang pemburu menyusuri jalan yang sangat gelap dengan penuh semak-semak. hingga pada suatu tempat kudanya tidak mau berjalan lagi dan pemburu tersebut juga sudah merasa sangat lelah sehingga memutuskan untuk bermalam di tengah hutan, pemburu tersebut merebahkan badannya dan langsung tertidur pulas, pada saat menjelang subuh sang pemburu mendengarkan sabda dari dewa penguasa jagat raya, dalam gelapnya malam pemburu tersebut mendengarkan sabda yang berbunyi :
"Hai pemburu dengarkan baik baik sabdaku ini, dimana rajamu sedang dalam keadaan bingung karena kehilangan seorang putranya yang terkasih, hilangnya putra sang raja tersebut disebabkan karena mati dibunuh disebuah hutan, kejadian tersebut dapat diketahui dari kata-kata ini yaitu Pa-Ra-La-Ga, hanya sekian sabdaku segeralah pulang laporkan kepada raja"
Kata kata tersebut memiliki arti sebagai berikut, Pa artinya Putra Ida, Ra artinya Rakan Ida, La artinya Lalang Duta, Ga artinya Gegelang. dari kata Pa,Ra,La,Ga dapat diambil pengertian sebagai berikut : Putra sang raja itu mati terbunuh oleh kakaknya sendiri, sebagai pelakunya adalah seorang mahapatih yang bernama Langlang Duta dan pembunuhan itu terjadi di alas gegelang.
Setelah sabda itu lenyap, pemburu itupun langsung bangkit dan naik ke atas kudanya yang telah menunggunya dan haripun menjelang pagi. Tanpa pikir panjang pemburu itu langsung menghadap raja gegelang, setibanya sang pemburu di Keraton Gegelang yang pada saat itu sedang ada paseban agung (rapat) yang dihadiri oleh para patih, para punggawa, dan para prajurit gegelang. paseban itu membicarakan perihal hilangnya sang putra mahkota kerajaan gegelang. Dengan terbata pemburu itupun menghadap sang raja dan menceritakan tentang sabda yang didapatnya tadi malam ditengah hutan. Setelah selesai menceritakan sabda tersebut sang pemburu pun mohon ijin untuk pamit.
Mendengar pesan itu, sang raja gegelang pun langsung memerintahkan para mahapatih, punggawa serta diikuti oleh hampir seluruh rakyat gegelang untuk menyebar ke tengah hutan untuk menemukan jasad sang putra mahkota, pencarian yang melibatkan seluruh anggota dan kerabat kerajaan itupun akhirnya membuahkan hasil. jasad putra mahkota berhasil ditemukan dalam keadaan tertimbun oleh dedaunan dan pohon kayu yang sudah lapuk. Jasad sang putra mahkota langsung dibawa ke kerajaan. Saat rombongan sampai di Kerajaan Gegelang, jasad sang putra mahkota langsung dibawa menghadap sang raja. Sang Raja gegelang pun murka mendapati putra mahkotanya telah mati terbunuh, hal itu membuat raja gegelang sakit-sakitan dan akhirnya meninggal. sejak saat itu kerajaan gegelang mulai mengalami kehancuran dan akhirnya menghilang.
Perbekel Desa Pelaga (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Masyarakat yang tinggal di kawasan bekas kerajaan gegelang masih sering membicarakan kata PARALAGA yang merupakan sabda yang didengar pemburu itu, dari mulut ke mulut kata PARALAGA ini lambat laun menjadi PALAGA hingga akhirnya pun berubah menjadi PELAGA, dari situlah wilayah bekas Kerajaan Gegelang disebut Pelaga yang hingga saat ini kita kenal sebagai Desa Pelaga.