Temu Tis (Curcuma purpurascens): Peranannya dalam Pengobatan Tradisional Usadha Bali
Temu tis, atau Curcuma purpurascens, adalah kunci rahasia dalam lontar Usadha Bali. Tanaman ini dipercaya mampu meredakan nyeri tubuh dan memulihkan energi, menjadikannya simbol harmoni antara kesehatan fisik dan spiritual. Yuk, telusuri lebih jauh keajaiban tanaman ini dalam pengobatan tradisional!

Lontar Usadha Tiwang membahas berbagai penyakit tradisional Bali dan penggunaannya dalam pengobatan herbal. Salah satu tanaman yang sering disebut adalah temu tis, yang digunakan dalam berbagai ramuan untuk memulihkan keseimbangan tubuh dan meredakan gejala penyakit.
Khasiat Temu Tis dalam Pengobatan Tradisional
Penggunaan temu tis dalam lontar Usadha mencerminkan pengetahuan leluhur Bali yang mendalam tentang tanaman herbal. Tanaman ini menjadi simbol kepercayaan tradisional yang menghubungkan manusia dengan alam. Khasiatnya yang luar biasa tidak hanya mengatasi berbagai penyakit fisik, tetapi juga dipercaya mampu memulihkan energi spiritual.
Temu Tis (Sumber: Koleksi Pribadi)
Lontar Usadha Tiwan mencatat beberapa penyakit yang dapat diatasi dengan temu tis. Penyakit-penyakit ini mencakup gejala mulai dari nyeri tubuh hingga ketidakseimbangan energi, menjadikannya bahan penting dalam ramuan penyembuhan tradisional.
1) Tiwang Pamali Papasanan
Penyakit ini ditandai dengan nyeri punggung yang menusuk dan sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari. Temu tis dipercaya dapat membantu meredakan gejala dengan efektif melalui ramuan tradisional.
2) Tiwang Bebai
Kondisi ini sering menyebabkan kram perut yang terasa seperti ditarik. Pengobatan menggunakan temu tis bertujuan memberikan efek menenangkan dan melancarkan pencernaan secara alami.
3) Tiwang Sasah Bangke
Gejala nyeri menusuk hingga ke punggung dapat diatasi dengan ramuan yang berbahan dasar temu tis, memberikan efek hangat dan meredakan rasa sakit.
Selain ketiga penyakit tersebut, temu tis juga digunakan dalam kombinasi dengan herbal lainnya untuk berbagai pengobatan lain, seperti pereda radang, detoksifikasi tubuh, dan pemulihan pasca-sakit.
Salah satu cara untuk mengolah dan memanfaatkan temu tis dalam pengobatan tradisional Bali adalah melalui resep yang tercatat dalam Lontar Usadha Tiwang. Salah satu resep yang disebutkan adalah untuk mengatasi penyakit yang dikenal dengan nama "Tiwang Bebai". Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti perut kram, rasa sakit di bawah perut yang terasa seperti ditarik, dan ketidaknyamanan lainnya.
Bahan-Bahan:
· Kapkap (Piper betle L.) secukupnya
· Kemiri (Aleurites moluccanus) secukupnya
· Temu tis (Curcuma purpurascens Blume) secukupnya
· Kelapa dibakar (Cocos nucifera L.) secukupnya
Bahan-Bahan Obat (Sumber: Koleksi Pribadi)
Cara Pengolahan:
- Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Kemudian cuci bersih bahan-bahan tersebut.
- Haluskan semua bahan hingga membentuk pasta.
- Aduk hingga merata untuk memastikan campuran homogen.
Cara penggunaannya adalah dengan menyembarkan atau mengaplikasikan ramuan ini pada bagian tubuh yang membutuhkan pengobatan. Proses ini menunjukkan bagaimana pengobatan tradisional memanfaatkan bahan-bahan alami yang tersedia di sekitar untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan.
Obat Tiwang Bebai (Sumber: Koleksi Pribadi)
Keunikan Temu Tis dalam Tradisi Bali
Pendekatan holistik yang diterapkan dalam pengobatan tradisional Bali menjadi daya tarik tersendiri. Temu tis tidak hanya dihargai sebagai tanaman herbal, tetapi juga sebagai simbol keterhubungan manusia dengan alam semesta. WHO menyebutkan bahwa pengobatan tradisional yang efektif mencakup integrasi antara fisik, mental, dan spiritual. Temu tis mencerminkan nilai ini dengan sempurna, menjadikan pengobatan Bali sebagai model kesehatan alami yang berkelanjutan.
Penggunaan temu tis dalam lontar Usadha juga menunjukkan bagaimana masyarakat Bali menjaga keseimbangan antara warisan tradisional dan kebutuhan modern. Proses pemanfaatan herbal yang dilakukan dengan hati-hati, diiringi oleh doa dan ritual, menjadi ciri khas yang sulit ditemukan di tempat lain.