Biyukukung: Kue Manis Khas Bali dari Tepung Beras dan Gula Merah yang Memanjakan Lidah

Biyukukung adalah kue tradisional Bali berbahan tepung beras, gula merah, daun bambu, dan pisang kayu, dengan rasa manis lembut dan tekstur kenyal. Kue ini memiliki peran penting dalam upacara adat Mabiyukukung, sebuah ritual agraris untuk memohon kesuburan padi kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dibungkus daun bambu, Biyukukung melambangkan kesederhanaan, harmoni dengan alam, dan rasa syukur masyarakat Bali.

Dec 27, 2025 - 06:29
Dec 26, 2025 - 21:15
Biyukukung: Kue Manis Khas Bali dari Tepung Beras dan Gula Merah yang Memanjakan Lidah
Biyukukung (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Biyukukung: Kue Manis Khas Bali dari Tepung Beras dan Gula Merah yang Memanjakan Lidah
Biyukukung: Kue Manis Khas Bali dari Tepung Beras dan Gula Merah yang Memanjakan Lidah

Pulau Bali bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga kekayaan kulinernya yang begitu memikat. Salah satu kue tradisional khas yang layak untuk dicicipi adalah Biyukukung, camilan manis yang terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung beras, gula merah, daun bambu, dan pisang kayu. Kue ini memiliki rasa manis yang lembut dengan tekstur kenyal, membuatnya menjadi salah satu makanan yang tak hanya lezat tetapi juga penuh nilai budaya.

Dalam masyarakat Bali, Biyukukung memiliki kedudukan istimewa. Tak hanya disajikan sebagai kudapan sehari-hari, kue ini juga sering menjadi bagian dari berbagai upacara adat, termasuk upacara Mabiukukung. Upacara Mabiyukukung merupakan salah satu ritual unik di Bali yang tertuju pada sektor agraria, khususnya dalam hal kesuburan padi. Upacara ini bermakna sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar padi yang sedang mengandung di sawah dapat tumbuh dengan subur, berhasil, dan selamat.

Bahan-Bahan untuk Membuat Biyukukung

Bahan Biyukukung (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)

Keunikan Biyukukung terletak pada penggunaan bahan-bahan tradisional yang mudah ditemukan di Bali dan sekitarnya. Berikut bahan-bahan yang Anda butuhkan:

  • 200 gram tepung beras
    Tepung beras menjadi bahan utama yang memberikan tekstur lembut dan kenyal pada kue ini.
  • 150 gram gula merah
    Gula merah disisir halus untuk menghasilkan rasa manis alami khas Biyukukung.
  • 4 lembar daun bambu
    Digunakan sebagai pembungkus alami, daun bambu memberikan aroma segar dan menjadi bagian dari filosofi keberlanjutan alam.
  • 2 buah pisang kayu
    Pisang kayu (dikenal juga sebagai pisang tanduk atau sejenis pisang keras) dipilih karena teksturnya yang tidak mudah hancur saat dimasak, memberikan rasa manis dan gurih yang khas.

Langkah-Langkah Membuat Biyukukung

Proses pembuatan Biyukukung cukup sederhana, namun memerlukan ketelitian untuk menjaga cita rasa dan teksturnya. Berikut langkah-langkah pembuatannya:

1. Persiapan Awal

  • Siapkan Bahan:
    • Kupas pisang kayu dan dihancurkan. Jika memungkinkan, gunakan pisang yang belum terlalu matang agar tetap kokoh setelah dimasak.
    • Sisir gula merah hingga halus, lalu larutkan dengan sedikit air. Masak hingga gula mencair sempurna, kemudian saring untuk memisahkan kotoran.

2. Membuat Adonan Tepung Beras

  • Campurkan tepung beras dengan sedikit air secara bertahap, aduk hingga adonan menjadi lembut. Pastikan konsistensi adonan tidak terlalu cair, sehingga mudah dibentuk. Masukan pisang yang telah dihancurkan, lalu aduk hingga merata. Lalu masukkan gula merah yang telah dicairkan ke dalam adonannya.

3. Membungkus dengan Daun Bambu

  • Ambil selembar daun bambu yang telah dicuci bersih dan dilayukan di atas api kecil agar lebih lentur.
  • Masukann adonan yang sudah dicampurkan tadi
  • Lipat daun bambu hingga membentuk bungkusan kecil yang rapat. Gunakan tali bambu atau benang dapur untuk mengikatnya agar tidak terbuka saat dikukus.

4. Proses Pengukusan

  • Siapkan kukusan dan panaskan air hingga mendidih.
  • Letakkan bungkusan Biyukukung di atas kukusan dengan posisi tidak saling menempel agar matang merata.
  • Kukus selama 30–40 menit hingga adonan mengeras, pisang matang, dan aroma harum gula merah serta daun bambu tercium.

5. Penyajian

  • Setelah matang, angkat dan biarkan dingin sejenak. Buka bungkusan daun bambu dengan hati-hati agar tidak merusak bentuk kue. Sajikan Biyukukung dalam keadaan hangat untuk menikmati cita rasa terbaiknya.

Biyukukung dan Filosofi dalam Upacara Mabiukukung

Biyukukung (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)

Nama Biyukukung sendiri terinspirasi dari keindahan dan kesederhanaan alam Bali. Hal ini selaras dengan makna filosofisnya dalam upacara adat mabiukukung. Dalam ritual ini, masyarakat Bali memberikan persembahan kepada leluhur dan dewa-dewa sebagai bentuk rasa syukur atas keberkahan yang telah diberikan.

Biyukukung yang terbuat dari bahan alami seperti tepung beras dan gula merah melambangkan kesederhanaan hidup yang tetap dipenuhi rasa syukur. Daun bambu yang digunakan sebagai pembungkus mencerminkan harmoni dengan alam, sementara pisang kayu dan gula merah menjadi simbol manisnya kehidupan dan keberlanjutan.

Upacara Mabiyukukung adalah ritual agraris unik di Bali yang bermakna permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar padi tumbuh subur dan berhasil. Diibaratkan sebagai asmara antara Bhatara Sri dan Bhatara Wisnu, upacara ini didasari petunjuk Lontar Bhagawan Sukra dan dilakukan saat padi berusia tiga bulan. Sarana upacara meliputi Banten Sorohan, Penguritan, Penjor Biyukukung, dan lainnya, yang dilaksanakan di area pintu air persawahan.

Fungsi utamanya adalah memohon kesuburan dan rasa syukur kepada Tuhan. Selain itu, upacara ini memiliki fungsi sosial karena melibatkan gotong-royong masyarakat Bali. Ritual ini mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan, sekaligus memperkuat nilai-nilai religius dan sosial.