Kisah Sabha Parwa: Alasan Dibalik Pengasingan Pandawa

Sabha Parwa adalah bagian kedua dari epik Mahabharata yang menceritakan tentang awal mula konflik besar antara Pandawa dan Kurawa. Dalam bagian ini, kisah berpusat pada peristiwa permainan dadu yang diatur oleh Sangkuni, di mana Yudistira, raja Pandawa, terjerumus dalam pertaruhan yang membuatnya kehilangan kerajaan, harta, saudara-saudaranya, dan bahkan istrinya, Draupadi. Peristiwa ini menandai titik penting yang memperdalam perselisihan antara kedua pihak dan menjadi awal dari perang besar di Kurukshetra.

Dec 23, 2024 - 07:48
Nov 11, 2024 - 19:59
Kisah Sabha Parwa: Alasan Dibalik Pengasingan Pandawa
Sabha Parwa (Sumber: Koleksi Pribadi)

Sabha Parwa, bagian kedua dari epik Mahabharata, adalah titik awal konflik besar antara dua keluarga yang berkuasa, Pandawa dan Kurawa, yang memuncak dalam perang besar di Kurukshetra. Kisah ini mengungkapkan intrik politik, kecemburuan, pengkhianatan, dan kehancuran moral yang terjadi di antara para pahlawan epik kuno. Cerita dimulai dengan hilangnya Pandawa yang dianggap telah mati dalam sebuah kebakaran di Istana Warnabrata. Kebakaran ini diduga terjadi akibat ulah Kurawa yang iri dan cemas akan kekuatan Pandawa yang semakin besar. Dengan Pandawa yang dianggap telah tiada, Duryodhana, putra sulung Dhritarashtra, dinobatkan sebagai putra mahkota Hastinapura.

Gambar Tanah Tandus Kandawaprasta (Sumber : Koleksi Pribadi)

Namun, Pandawa ternyata selamat dari insiden kebakaran itu dan kembali muncul setelah bertahun-tahun bersembunyi. Mereka menuntut hak atas tahta Hastinapura sebagai ahli waris yang sah. Yudistira, putra tertua Pandawa, adalah pewaris sah tahta kerajaan, namun penobatan Duryodhana sebagai putra mahkota telah dilakukan tanpa pertimbangan hak waris yang sah. Di bawah tekanan situasi yang semakin tegang, Dhritarashtra, raja Hastinapura, menawarkan wilayah pengganti bagi Pandawa untuk menghindari perselisihan lebih lanjut. Pandawa kemudian diberikan wilayah Khandavaprastha, sebuah daerah tandus yang tidak subur.

Meski wilayah itu terletak di daerah yang tandus dan tidak layak huni, Pandawa dengan tekad bulat dan bantuan arsitek para dewa, Wiswakarman, serta Dewa Indra, berhasil membangun kota megah yang dikenal sebagai Indraprastha. Kota ini berkembang pesat

menjadi pusat kemakmuran dan kebudayaan yang menyaingi Hastinapura. Keberhasilan Pandawa dalam mengubah wilayah gersang ini menjadi kota yang makmur menarik perhatian seluruh kerajaan di India. Indraprastha menjadi lambang kejayaan, prestasi, dan kekuasaan Pandawa.

Gambar Kandawaprasta Yang Sudah Dibangun Menjadi Indraprasta (Sumber : Koleksi Pribadi)

Keberhasilan Pandawa tidak hanya menjadi sumber kebanggaan bagi mereka, tetapi juga menjadi api yang membakar rasa iri dalam hati Duryodhana. Ketika Duryodhana mengunjungi Indraprastha untuk menghadiri upacara Rajasuya, sebuah upacara penobatan Yudistira sebagai raja agung, ia merasa terhina oleh kemewahan dan kekuatan yang ditampilkan Pandawa. Kemegahan istana Indraprastha, yang dibangun dengan arsitektur dewa, menakjubkan seluruh tamu, termasuk Duryodhana.

Namun, rasa kagum ini dengan cepat berubah menjadi kemarahan setelah ia dipermalukan dalam insiden yang memalukan. Dalam istana yang penuh ilusi, Duryodhana tertipu oleh lantai yang tampak seperti kolam air, dan ia terjatuh ke dalam kolam sesungguhnya. Kejadian ini disaksikan oleh Bhima dan Draupadi, yang tertawa keras melihat Duryodhana tersimpuh di kolam. Penghinaan ini membekas dalam hati Duryodhana dan memperkuat tekadnya untuk menghancurkan Pandawa.

Duryodhana kemudian berkonsultasi dengan pamannya, Sangkuni, yang terkenal dengan kelicikannya. Mereka merencanakan cara untuk menjatuhkan Pandawa tanpa harus mengangkat senjata. Sangkuni tahu bahwa Yudistira, pemimpin Pandawa, memiliki kelemahan besar—kecintaannya pada permainan dadu. Sangkuni menyarankan agar mereka mengundang Pandawa untuk bermain dadu di Hastinapura, dengan janji bahwa Sangkuni sendiri akan bermain atas nama Duryodhana. Dengan licik, Sangkuni akan memastikan bahwa Yudistira kehilangan segalanya dalam permainan ini.

Dengan rencana yang matang, Duryodhana dan Sangkuni mendekati Dhritarashtra untuk meminta izin melaksanakan permainan dadu tersebut. Dhritarashtra awalnya ragu karena mengetahui bahwa niat Duryodhana didorong oleh rasa iri dan keserakahan. Namun, Sangkuni dengan kecerdasannya berhasil membujuk Dhritarashtra agar menyetujui rencana ini. Pandawa diundang ke Hastinapura untuk menghadiri permainan dadu, yang disampaikan melalui Widura, penasihat bijaksana yang juga saudara Dhritarashtra. Meskipun Widura menentang ide ini, ia tetap menjalankan perintah rajanya dan mengundang Pandawa.

Pandawa, yang tidak menyadari niat jahat di balik permainan ini, menerima undangan dengan penuh rasa hormat. Mereka berangkat menuju Hastinapura dan disambut dengan keramahan yang besar oleh Duryodhana. Permainan dadu tampak seperti acara persaudaraan yang damai. Yudistira, meskipun awalnya merasa ragu untuk berjudi, akhirnya setuju untuk bermain setelah dibujuk oleh Sangkuni. Sangkuni meyakinkannya bahwa taruhan tetap berada dalam keluarga, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tanpa disadari, Pandawa telah berjalan ke dalam perangkap yang dipersiapkan oleh Sangkuni.

Permainan dadu dimulai, dan Yudistira segera menyadari bahwa keberuntungannya tidak berpihak kepadanya. Setiap kali dadu dilempar, Sangkuni, yang bermain atas nama Duryodhana, berhasil mengalahkannya. Dalam waktu singkat, Yudistira kehilangan harta benda dan kekayaan Pandawa satu per satu. Atmosfer di ruangan mulai berubah menjadi tegang, namun Yudistira masih belum menyerah. Ia terus berjudi, berharap bisa memenangkan kembali kekayaannya, tetapi dadu terus berpihak pada Sangkuni. Setelah semua harta benda Pandawa hilang, Yudistira nekat mempertaruhkan kerajaannya, Indraprastha, yang juga jatuh ke tangan Duryodhana.

Gambar Permainan Sangkuni dan Yudistira Bermain Dadu (Sumber : Koleksi Pribadi)

Kekalahan ini tidak membuat Yudistira berhenti. Dalam keputusasaan, ia mulai mempertaruhkan saudara-saudaranya satu per satu. Sahadewa, Nakula, Arjuna, dan Bhima dipertaruhkan di meja dadu, dan semuanya kalah. Setelah kehilangan segala harta dan saudaranya, Yudistira mempertaruhkan satu-satunya hal yang tersisa—Draupadi, istrinya. Taruhan ini mengejutkan semua hadirin, tetapi Yudistira yang telah terjebak dalam permainan tidak bisa dihentikan. Draupadi, seorang ratu yang terhormat, kini dipertaruhkan sebagai hadiah dalam permainan dadu.

Duryodhana yang penuh dendam segera memerintahkan Dursasana, adiknya, untuk menyeret Draupadi ke balairung tempat permainan berlangsung. Draupadi, yang terkejut dengan nasib yang menimpanya, menolak untuk hadir di balairung. Namun, Dursasana memaksanya dan dengan kasar menyeretnya ke hadapan para pemuka istana. Di depan seluruh hadirin, Draupadi dipermalukan. Ia dengan penuh amarah mempertanyakan apakah Yudistira, yang telah kehilangan segalanya, masih memiliki hak untuk mempertaruhkannya. Namun, Duryodhana dan saudara-saudaranya tidak peduli akan hal ini. Mereka terus mempermalukan Draupadi di depan umum.

Dursasana, dengan kejam, berusaha menelanjangi Draupadi di hadapan semua orang. Namun, Draupadi yang putus asa mengangkat tangannya ke langit dan memohon perlindungan dari Dewa Kresna. Dalam sekejap, keajaiban terjadi—kain sari Draupadi mulai memanjang tak terbatas, sehingga Dursasana tidak bisa menanggalkannya. Keajaiban ini diberikan oleh Kresna untuk melindungi Draupadi dari aib.

Gambar Krishna Yang Melindungi Drupadi (Sumber : Koleksi Pribadi)

Melihat penghinaan ini, Bhima, saudara Yudistira yang terkenal dengan kekuatannya, tidak bisa lagi menahan amarahnya. Ia bersumpah di depan semua orang bahwa suatu hari nanti, ia akan membalas dendam dengan merobek dada Dursasana dan meminum darahnya. Sumpah ini menjadi janji yang akan terwujud dalam perang besar di Kurukshetra.

Setelah menyaksikan insiden ini, Dhritarashtra akhirnya tersadar bahwa permainan telah melampaui batas. Ia memohon maaf kepada Pandawa dan mengembalikan semua harta dan kerajaan mereka yang telah hilang dalam permainan dadu. Pandawa menerima permohonan maaf ini dan kembali ke Indraprastha. Namun, meskipun kerajaan dan harta benda mereka telah dikembalikan, penghinaan yang telah mereka alami, terutama Draupadi, tidak dapat dilupakan.

Namun, rasa puas tidak pernah ada dalam hati Duryodhana. Meskipun harta Pandawa telah dikembalikan, Duryodhana masih menyimpan dendam mendalam. Bersama Sangkuni, ia kembali merencanakan permainan dadu kedua. Kali ini, taruhannya lebih besar: yang kalah harus diasingkan ke hutan selama 12 tahun, diikuti dengan satu tahun penyamaran. Dhritarashtra, yang lemah dalam menolak keinginan putranya, sekali lagi menyetujui rencana ini.

Pandawa, meskipun tahu risikonya, tidak bisa menolak undangan ini. Mereka sekali lagi bermain dadu melawan Duryodhana yang diwakili oleh Sangkuni. Seperti sebelumnya, Sangkuni memastikan bahwa Pandawa kalah dalam permainan. Yudistira, yang sudah kelelahan dan emosional, kehilangan segalanya lagi. Pandawa harus menerima nasib mereka bahwa mereka akan diasingkan ke hutan selama 12 tahun dan menjalani satu tahun penyamaran setelah itu.

Gambar Pandawa Berangkat Ke Pengasingan (Sumber : Koleksi Pribadi)

Files