Menelusuri Pesona Pura Luhur Pakendungan dalam Tradisi Bali
Pura Luhur Pakendungan, yang terletak di sebelah barat Pura Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, dibangun pada tahun 1408 Masehi (Saka 1330). Pura ini selesai sebelum kedatangan Dang Hyang Nirarta, seorang pendeta suci yang juga dikenal sebagai Dang Hyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh. Ketika tiba di Desa Beraban, Dang Hyang Nirarta mengajarkan berbagai ilmu keagamaan dan keahlian kepada masyarakat setempat.
Pura Luhur Pakendungan dipuja oleh umat Hindu sebagai tempat memohon kemakmuran. Ida Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Sadhana Tra dipuja di pura ini sebagai penjaga kesejahteraan Desa Beraban dan sekitarnya. Pura ini juga memiliki peran penting dalam bidang pertanian, dipercaya sebagai pelindung tanaman dari hama dan penyakit. Jika terjadi wabah atau hama yang menyerang, masyarakat setempat akan menggelar upacara di Pura Luhur Pakendungan untuk menetralisirnya.
Pohon Sakral Pura Luhur Pakendungan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pura Luhur Pakendungan memiliki sejarah yang sangat kental dengan kisah keris pusaka sakti, Ki Baru Gajah. Keris ini diberikan oleh Dang Hyang Nirarta, seorang tokoh spiritual besar di Bali, kepada Bendesa Sakti, pemimpin desa setempat. Keris Ki Baru Gajah dipercaya memiliki kekuatan luar biasa yang mampu mengusir berbagai hama dan penyakit yang kerap kali mengancam hasil panen masyarakat. Selain itu, keris ini dianggap sebagai simbol perlindungan bagi masyarakat Desa Beraban dan sekitarnya, terutama dalam menjaga keseimbangan alam dan kesuburan tanah. Nama keris ini, "Ki Baru Gajah," mengacu pada legenda di mana keris ini digunakan untuk mengalahkan sosok mistis Ki Bhuta Babahung, yang digambarkan sebagai makhluk dengan kepala gajah. Saat ini, keris sakti ini disimpan dengan penuh penghormatan di Puri Kediri, Kabupaten Tabanan, dan dianggap sebagai salah satu pusaka penting yang memiliki nilai spiritual tinggi bagi masyarakat setempat.
Pura Luhur Pakendungan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Setiap 210 hari sekali, pada Hari Raya Kuningan, sebuah tradisi yang sangat sakral diadakan di Desa Beraban. Tradisi ini dikenal dengan sebutan Ngerebeg, di mana keris Ki Baru Gajah diarak dari Puri Kediri menuju Pura Luhur Pakendungan. Arak-arakan ini tidak hanya sekadar prosesi keagamaan, tetapi juga simbolis perjalanan spiritual yang melibatkan jarak sejauh 11 kilometer, ditempuh dengan berjalan kaki. Tradisi Ngerebeg ini menjadi kesempatan bagi masyarakat Kediri untuk menghaturkan rasa syukur kepada kekuatan sakti keris Ki Baru Gajah, dengan harapan mendapatkan perlindungan dari segala bentuk gangguan, baik hama tanaman maupun kekuatan negatif lainnya yang bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dalam perjalanan ini, masyarakat menunjukkan solidaritas dan kekuatan kebersamaan dalam menjaga adat dan tradisi leluhur mereka
Madya Mandala Pura Luhur Pakendungan (Sumber: Koleksi Pribadi)