Pura Kerta Kawat: Melacak Sejarah Panjang dan Warisan Budaya Bali

Tersembunyi di perbukitan Buleleng, Pura Kerta Kawat memancarkan aura tak terjamah. Konon, mereka yang datang memohon berkah kepada Ida Bhatara Hakim Agung sering pulang membawa sesuatu yang tak terduga. Apa yang sesungguhnya terjadi di balik gerbang megahnya, terutama saat Purnama Kapat? Hanya segelintir yang tahu, namun semakin banyak yang kembali, mencari jawabannya.

Nov 8, 2024 - 14:15
Nov 9, 2024 - 21:09
Pura Kerta Kawat: Melacak Sejarah Panjang dan Warisan Budaya Bali
Pura Kerta Kawat (Sumber Foto: Koleksi Redaksi) 

Pura Kerta Kawat berada di Dusun Banyu Poh, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Letaknya sekitar 50 kilometer dari Kota Singaraja, dan sekitar 30 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk, pintu masuk utama bagi mereka yang datang melalui jalur laut dari Pulau Jawa. Jika Anda berangkat dari Bandara Ngurah Rai, perjalanan menuju Pura Kerta Kawat memakan waktu sekitar 3,5 jam. Namun, meskipun jaraknya cukup jauh, perjalanan ke pura ini dipenuhi dengan keindahan alam. Sepanjang jalan, Anda akan disuguhi pemandangan hutan hijau Bedugul, lengkap dengan tingkah laku kera-kera yang tinggal di sana, serta lahan-lahan perkebunan dan persawahan yang dikelola oleh penduduk Kecamatan Seririt dan Banjar. Semua ini menjadikan perjalanan terasa menyenangkan dan tidak membosankan.

Lokasi Pura Kerta Kawat memang agak terpencil dan sedikit jauh dari jalan raya utama. Setelah menemukan penunjuk arah di simpang tiga jalan raya, pengunjung hanya perlu berjalan sejauh 600 meter ke arah selatan untuk mencapai pura ini. Posisi yang jauh dari keramaian kendaraan di jalan raya memberikan ketenangan tersendiri bagi para pengunjung yang datang untuk beribadah, sehingga mereka dapat fokus tanpa terganggu oleh kebisingan kendaraan yang berlalu-lalang.   

Pura Kerta Kawat memiliki berbagai keunikan yang membuatnya berbeda dari pura-pura lain di Bali Utara. Hal pertama yang menonjol adalah Candi Bentar di depan pura, sebuah bangunan gerbang yang megah dan dipenuhi dengan ukiran khas Bali. Di belakang candi bentar ini, pemandangan perbukitan yang terjal dan alami menambah kesan dramatis sekaligus menawan. Hal ini menciptakan kombinasi yang indah antara arsitektur pura dan latar alam yang asri.

Pura Kerta Kawat (Sumber Foto: Koleksi Redaksi) 

Keunikan lainnya dapat dilihat dari bentuk pelinggih-pelinggih atau tempat pemujaan yang ada di dalam pura. Walaupun terletak di Bali Utara, bentuk pelinggih di Pura Kerta Kawat memiliki kesamaan dengan yang ada di Bali Selatan. Ini adalah ciri khas yang jarang ditemui di pura-pura lain di daerah ini. Selain itu, dari segi tata letak, pura ini berbeda dengan kebanyakan pura di Bali yang biasanya dibagi menjadi tiga bagian: jaba pisan (halaman luar), jaba tengah (halaman tengah), dan jeroan (halaman dalam). Pura Kerta Kawat tidak memiliki halaman tengah, sehingga ketika Anda memasuki pura, Anda langsung berada di jeroan atau bagian paling suci dari pura.

Satu lagi hal yang membuat Pura Kerta Kawat istimewa adalah fungsi spiritualnya. Pura ini didedikasikan untuk pemujaan kepada Bhatara I Dewa Mentang Yuda, yang kini lebih dikenal sebagai Ida Bhatara Hakim Agung, dewa yang dipercaya mengatur dan melimpahkan kesejahteraan serta keadilan bagi dunia. Karena itulah, banyak orang, terutama mereka yang ingin meraih jabatan atau telah menyelesaikan tugas di pemerintahan, datang ke sini untuk memohon restu. Mereka percaya bahwa selain mengandalkan kemampuan diri sendiri, penting juga untuk memohon berkah, petunjuk, dan bimbingan dari Yang Maha Kuasa demi mencapai kesuksesan dalam karir mereka. Para pejabat sering datang ke pura ini untuk memantapkan langkah mereka dalam menjalankan tugas pemerintahan.

Aturan memasuki Pura Kerta Kawat sama seperti aturan di pura-pura lainnya di Bali. Pengunjung diwajibkan mengenakan pakaian yang sopan, termasuk menggunakan kain dan selendang. Selain itu, perempuan yang sedang menstruasi dilarang masuk ke area pura, sebagaimana tradisi yang berlaku di tempat-tempat suci Hindu.

Pura Kerta Kawat juga dikenal karena daya tariknya bagi para pejabat dan mereka yang ingin meraih jabatan. Pura ini diyakini sebagai tempat yang sakral, di mana pengunjung bisa memohon kesejahteraan dan keadilan. Ida Bhatara I Dewa Mentang Yuda, atau yang dikenal dengan sebutan Ida Bhatara Hakim Agung, bersemayam di sini dan dianggap memiliki kekuatan untuk memberi berkah kasukertan atau kesejahteraan dunia.

Sama seperti Pura Pulaki, Pura Kerta Kawat merupakan salah satu peninggalan Danghyang Dwijendra, seorang rohaniwan besar dari Jawa Timur yang datang ke Bali pada abad ke-16. Dalam sejarah Bali, Danghyang Dwijendra dikenal sebagai tokoh penting dalam penyebaran agama Hindu di pulau ini, dan Pura Kerta Kawat merupakan salah satu tempat yang terkait dengan perjalanan spiritualnya.

Pura Kerta Kawat (Sumber Foto: Koleksi Redaksi) 

Pura ini tidak hanya dikunjungi oleh orang-orang dari Bali Utara, tetapi juga oleh penduduk dari Bali Selatan, Bali Tengah, dan bahkan pengunjung dari luar Bali. Selain pejabat, banyak orang yang datang ke sini untuk memohon keselamatan dan berkah lainnya. Pura ini dianggap sebagai tempat yang cocok untuk memohon petunjuk ilahi, terutama bagi mereka yang ingin memastikan langkah mereka dalam menjalankan tugas, baik di pemerintahan maupun di sektor swasta. Orang-orang yang datang ke pura ini merasa bahwa keahlian semata tidak cukup untuk mencapai tujuan mereka. Oleh karena itu, mereka menggabungkan usaha duniawi dengan upaya spiritual.

Meski demikian, keberadaan Pura Kerta Kawat belum banyak dikenal secara luas, bahkan informasi dari warga sekitar yang bertanggung jawab atas pemeliharaan pura ini masih terbatas. Pura ini diempon oleh penduduk desa pakraman di seluruh Kecamatan Seririt dan Gerokgak, khususnya penduduk yang tinggal di sebelah timur Cekik dan sebelah barat Tukad Saba. Mereka bertanggung jawab atas perawatan pura serta penyelenggaraan berbagai upacara keagamaan di sini.

Piodalan, atau upacara besar di Pura Kerta Kawat, diselenggarakan bersamaan dengan Pura Agung Pulaki selama tujuh hari, dengan puncak acara pada saat Purnama Kapat. Setelah piodalan di Pura Pulaki, upacara di Pura Kerta Kawat diadakan dua hari kemudian. Selain itu, terdapat beberapa pura lainnya di sekitar Pura Pulaki, yang juga mengikuti jadwal upacara yang serupa.

Secara keseluruhan, meskipun bangunan di Pura Kerta Kawat tidak banyak, terdapat palinggih pokok yang menjadi tempat berstana Ida Bhatara Hakim Agung. Selain itu, ada pula Padmasana sebagai tempat pemujaan Ida Bhatara Luhuring Akasa, serta Bale Sidang, yang dipercaya sebagai tempat untuk mengadakan sidang rohani.