Pura Kerta Kawat: Melacak Sejarah Panjang dan Warisan Budaya Bali
Tersembunyi di perbukitan Buleleng, Pura Kerta Kawat memancarkan aura tak terjamah. Konon, mereka yang datang memohon berkah kepada Ida Bhatara Hakim Agung sering pulang membawa sesuatu yang tak terduga. Apa yang sesungguhnya terjadi di balik gerbang megahnya, terutama saat Purnama Kapat? Hanya segelintir yang tahu, namun semakin banyak yang kembali, mencari jawabannya.
Pura Kerta Kawat berada di Dusun Banyu Poh, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Letaknya sekitar 50 kilometer dari Kota Singaraja, dan sekitar 30 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk, pintu masuk utama bagi mereka yang datang melalui jalur laut dari Pulau Jawa. Jika Anda berangkat dari Bandara Ngurah Rai, perjalanan menuju Pura Kerta Kawat memakan waktu sekitar 3,5 jam. Namun, meskipun jaraknya cukup jauh, perjalanan ke pura ini dipenuhi dengan keindahan alam. Sepanjang jalan, Anda akan disuguhi pemandangan hutan hijau Bedugul, lengkap dengan tingkah laku kera-kera yang tinggal di sana, serta lahan-lahan perkebunan dan persawahan yang dikelola oleh penduduk Kecamatan Seririt dan Banjar. Semua ini menjadikan perjalanan terasa menyenangkan dan tidak membosankan.
Lokasi Pura Kerta Kawat memang agak terpencil dan sedikit jauh dari jalan raya utama. Setelah menemukan penunjuk arah di simpang tiga jalan raya, pengunjung hanya perlu berjalan sejauh 600 meter ke arah selatan untuk mencapai pura ini. Posisi yang jauh dari keramaian kendaraan di jalan raya memberikan ketenangan tersendiri bagi para pengunjung yang datang untuk beribadah, sehingga mereka dapat fokus tanpa terganggu oleh kebisingan kendaraan yang berlalu-lalang.
Pura Kerta Kawat (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)
Keunikan lainnya dapat dilihat dari bentuk pelinggih-pelinggih atau tempat pemujaan yang ada di dalam pura. Walaupun terletak di Bali Utara, bentuk pelinggih di Pura Kerta Kawat memiliki kesamaan dengan yang ada di Bali Selatan. Ini adalah ciri khas yang jarang ditemui di pura-pura lain di daerah ini. Selain itu, dari segi tata letak, pura ini berbeda dengan kebanyakan pura di Bali yang biasanya dibagi menjadi tiga bagian: jaba pisan (halaman luar), jaba tengah (halaman tengah), dan jeroan (halaman dalam). Pura Kerta Kawat tidak memiliki halaman tengah, sehingga ketika Anda memasuki pura, Anda langsung berada di jeroan atau bagian paling suci dari pura.
Pura Kerta Kawat (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)
Pura ini tidak hanya dikunjungi oleh orang-orang dari Bali Utara, tetapi juga oleh penduduk dari Bali Selatan, Bali Tengah, dan bahkan pengunjung dari luar Bali. Selain pejabat, banyak orang yang datang ke sini untuk memohon keselamatan dan berkah lainnya. Pura ini dianggap sebagai tempat yang cocok untuk memohon petunjuk ilahi, terutama bagi mereka yang ingin memastikan langkah mereka dalam menjalankan tugas, baik di pemerintahan maupun di sektor swasta. Orang-orang yang datang ke pura ini merasa bahwa keahlian semata tidak cukup untuk mencapai tujuan mereka. Oleh karena itu, mereka menggabungkan usaha duniawi dengan upaya spiritual.
Piodalan, atau upacara besar di Pura Kerta Kawat, diselenggarakan bersamaan dengan Pura Agung Pulaki selama tujuh hari, dengan puncak acara pada saat Purnama Kapat. Setelah piodalan di Pura Pulaki, upacara di Pura Kerta Kawat diadakan dua hari kemudian. Selain itu, terdapat beberapa pura lainnya di sekitar Pura Pulaki, yang juga mengikuti jadwal upacara yang serupa.
Secara keseluruhan, meskipun bangunan di Pura Kerta Kawat tidak banyak, terdapat palinggih pokok yang menjadi tempat berstana Ida Bhatara Hakim Agung. Selain itu, ada pula Padmasana sebagai tempat pemujaan Ida Bhatara Luhuring Akasa, serta Bale Sidang, yang dipercaya sebagai tempat untuk mengadakan sidang rohani.