Pesona Pura Taman Kereban Langit: Destinasi Religi yang Membawa Ketenangan Jiwa
Pura Kereban Langit adalah salah satu pura di Bali yang sarat dengan nilai spiritual mendalam dan keunikan tersendiri. Yang menjadikan pura ini begitu istimewa adalah keberadaan area Utama Mandala, yang terletak di dalam sebuah goa alami. Goa ini dengan anggun menyelimuti bagian tersuci dari pura, menciptakan suasana mistis dan sakral yang sangat terasa bagi setiap umat yang datang untuk bersembahyang.
Pura Kereban Langit terletak di wilayah Banjar Pekandelan, Kelurahan Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Pura ini merupakan salah satu tempat suci yang memiliki makna spiritual mendalam bagi masyarakat setempat. Seperti halnya pura-pura di Bali pada umumnya, Pura Kereban Langit juga terbagi menjadi tiga mandala atau area utama, yang mencerminkan tingkatan spiritual dalam tata letak bangunannya.
Pertama adalah Nista Mandala (jaba sisi), yang merupakan area terluar dari pura. Tempat ini sering digunakan oleh para pengunjung untuk persiapan sebelum memasuki area yang lebih sakral. Selanjutnya, terdapat Madya Mandala (jaba tengah). Pada area ini terdapat Kori Agung, Pelinggih Ratu Ngurah, Apit Lawang, dan Pelinggih Surya, serta bangunan fisik lainnya seperti Bale Gong, Bale Pesanekan, dan Bale Mangku. Bagian terdalam adalah Utama Mandala, area paling sakral dan suci. Pada area ini terdapat Pelinggih Ratu Gede Nyeneng, Ratu Niang, Ratu Made, Ratu Ayu, Bhatara Wisnu, Segara Batu Bolong, dan Kanjeng Ratu.
Area Utama Mandala (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Pura Kereban Langit diyakini sebagai tempat yang sangat sakral bagi masyarakat Bali, khususnya dalam hal memohon kesembuhan dan berkah kehidupan. Pura ini dikenal sebagai tempat untuk nunas tamba, yaitu memohon obat atau penyembuhan dari penyakit, baik fisik maupun spiritual. Selain itu, Pura Kereban Langit juga terkenal sebagai tempat untuk memohon keturunan bagi pasangan yang mendambakan anak. Mereka yang datang dengan hati tulus berharap agar diberi karunia keturunan yang sehat dan baik melalui doa dan persembahyangan di pura ini.
Tak hanya untuk kesehatan dan keturunan, pura ini juga menjadi tempat bagi para seniman dan atlet untuk nunas taksu atau memohon berkah agar mereka diberkahi dengan keahlian, karisma, dan energi spiritual yang memancar dalam diri mereka. Para penari, penabuh, hingga para atlet yang akan bertanding sering datang ke Pura Kereban Langit untuk memohon taksu, yang diyakini sebagai kekuatan batin yang membuat penampilan mereka penuh dengan keanggunan, kekuatan, dan keberhasilan.
Persimpangan Pantai Batu Bolong
Di area Utama Mandala Pura Kereban Langit, terdapat sebuah pelinggih Segara Batu Bolong, yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat. Pelinggih ini merupakan simbol persimpangan spiritual yang terhubung dengan Pantai Batu Bolong di Canggu.
Segara Batu Bolong (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Keterkaitan antara Pura Kereban Langit dan Pantai Batu Bolong ini berawal dari tradisi masyarakat Sading yang setiap tahun melaksanakan upacara melasti ke pantai tersebut. Namun, di masa lampau, karena keterbatasan sarana transportasi, jarak yang cukup jauh antara Sading dan Pantai Batu Bolong menjadi tantangan besar bagi leluhur mereka. Dalam keterbatasan tersebut, masyarakat Sading tetap berusaha mempertahankan tradisi dan rasa bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sebagai solusi spiritual, para leluhur kemudian membangun persimpangan suci atau simpangan Ida Bhatara di Pura Kereban Langit, sehingga umat yang tidak dapat menjangkau Pantai Batu Bolong tetap dapat melangsungkan persembahyangan dan upacara melasti dengan kekhidmatan di pura ini. Dengan adanya pelinggih Segara Batu Bolong di Utama Mandala, energi suci Pantai Batu Bolong diyakini hadir di Pura Kereban Langit, menciptakan harmoni spiritual yang abadi antara laut dan pura.
Taman Beji Kereban Langit
Salah satu area penting yang menambah kesucian dan kekhusyukan di Pura Kereban Langit adalah Taman Beji Pura Kereban Langit, sebuah tempat khusus untuk penglukatan atau melukat. Taman Beji ini berfungsi sebagai tempat penyucian diri bagi para pemedek (umat yang akan sembahyang) sebelum mereka memasuki area Utama Mandala, bagian tersuci dari pura. Penglukatan menjadi tahap penting dalam proses persembahyangan, di mana umat diharuskan membersihkan diri, baik secara lahiriah maupun batiniah, agar siap menerima berkah suci dari Ida Bhatara.
Taman Beji Pura Kereban Langit (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Taman Beji ini dilengkapi dengan lima pancoran yang masing-masing memiliki fungsi dan makna tersendiri dalam proses penyucian. Kelima pancoran tersebut adalah:
- Pancoran Pengleburan – Berfungsi untuk meluruhkan segala dosa dan energi negatif yang melekat pada diri seseorang.
- Pancoran Penglukatan – Bertujuan untuk menyucikan tubuh, pikiran, dan jiwa secara menyeluruh.
- Pancoran Prasita – Pancoran ini memohon restu dan berkah dari para dewa-dewi, agar segala niat baik yang dibawa dapat terwujud.
- Pancoran Pewintenan – Digunakan untuk mempersiapkan diri dalam menerima kesucian dan kekuatan spiritual.
- Pancoran Kemakmuran – Sebagai simbol doa untuk kesehatan, kesejahteraan, dan kelimpahan dalam kehidupan.
Setiap pemedek yang ingin melaksanakan persembahyangan di Utama Mandala diwajibkan melakukan penglukatan terlebih dahulu di Taman Beji. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa kesucian lahir dan batin sangat penting sebelum memohon tamba (penyembuhan) atau berkah dari Ida Bhatara. Jika seorang pemedek masuk ke Utama Mandala dalam keadaan kotor atau tidak suci, diyakini Ida Bhatara tidak akan memberikan tamba atau berkah yang dimohonkan.
Oleh karena itu, Taman Beji menjadi pintu gerbang spiritual yang menghubungkan umat dengan alam suci di Utama Mandala. Proses penglukatan ini tidak hanya membersihkan fisik, tetapi juga membebaskan jiwa dari segala beban negatif, sehingga pemedek dapat menjalankan persembahyangan dengan hati yang jernih dan pikiran yang tenang. Taman Beji Pura Kereban Langit dengan segala kesuciannya merupakan simbol penting dalam tradisi spiritual Bali, di mana penyucian diri menjadi awal dari segala upaya untuk mencapai harmoni dengan alam dan Sang Pencipta, serta memberikan ketenangan jiwa.