Tari Rejang Pande Suci Wedana: Tari Sakral yang Meraih Pencatatan Kekayaan Intelektual

Tari Rejang Pande Suci Wedana Tihingan, sebuah tarian sakral yang diciptakan pada tahun 2016 di Pura Penataran Dalem Pande Urip Wesi Tihingan. Tarian ini memiliki makna keagamaan yang mendalam dan hanya boleh ditarikan oleh remaja perempuan dari kasta Pande. Artikel ini juga membahas latar belakang, persiapan ritual, iringan gamelan, serta fungsi sosial dan keagamaan tarian dalam konteks masyarakat Pande di Bali.

Nov 5, 2024 - 20:54
Nov 6, 2024 - 07:33
Tari Rejang Pande Suci Wedana: Tari Sakral yang Meraih Pencatatan Kekayaan Intelektual
Tari Rejang Pande Suci Wedana di Pura Penataran Pande Urip Wesi (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)

Tari Rejang Pande Suci Wedana Tihingan adalah sebuah bentuk seni tari yang memiliki makna dan nilai yang mendalam. Diciptakan pada tahun 2016 sebagai bagian dari karya ngenteg linggih di Pura Penataran Dalem Pande Urip Wesi Tihingan, tarian ini memiliki akar budaya dan nilai keagamaan yang kuat.

Latar Belakang
Tari Rejang Pande Suci Wedana Tihingan lahir sebagai hasil dari pawisik yang menyatakan "Rejang Pinaka Penyucian" oleh ida betara kawitan kepada pemangku pamucuk di Pura Penataran Dalem Pande Urip Wesi Tihingan. Inisiatif ini diambil dengan mengarahkan kelihan pura serta seluruh pengempon pura untuk menciptakan tarian yang kemudian dinamai "Suci Wedana."

Pementasan dan Uniknya Tari Rejang
Berbeda dengan tari Rejang pada umumnya di Bali, tari Rejang Pande Suci Wedana Tihingan hanya boleh ditarikan di Pura Pande dan hanya oleh Para Wanita bekasta Pande yang masih remaja (Truni Yowana Pande). Hal ini sesuai dengan awig-awig (peraturan) di pura setempat. Jumlah penari berkisar antara 5, 6, 9, dan sebelas orang, yang disebut Truni Yowana Pande atau Pawintenan Brahma Angga.

Pementasan Tari Rejang Pande Suci Wedana di Pura Penataran Pande Urip Wesi (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)

Proses Persiapan dan Makna Spiritual
Sebelum tarian dimulai, penari menjalani ritual persiapan yang melibatkan upacara segeh agung. Upacara ini dimaksudkan untuk memberikan penghormatan kepada "taksu apsari/widyadari" yang melingga pada diri penari. Pakaian atau kostum tarian ini melibatkan hiasan kepala, hiasan badan seperti ankin, lama tapih/kamen, dan saput.

Instrumen Pengiring
Tari Rejang Pande Suci Wedana Tihingan diiringi oleh seperangkat gamelan semarandana. Instrumen-instrumen tersebut mencakup trompong dan reong, kendang (wadon), gangsa, kantilan, kenyur, jublag, jegog, kempur, klentong, gong, kicik, dan gentorang.

Iringan Tari dengan Gamelan Semarandana (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)

Fungsi Sosial dan Keagamaan
Secara keagamaan, tari ini menjadi sarana wajib dalam upacara piodalan (dewa yadnya) di Pura Penataran Dalem Pande Urip Wesi, yang diadakan setiap enam bulan sekali. Tarian ini dianggap sebagai penjaga kesucian pura dan memainkan peran penting dalam mensucikan areal Pura Penataran Dalem Pande Urip Wesi. Selain itu, dalam konteks sosial, tari ini menunjukkan eksistensi dan identitas warga pande di Desa Tihingan.

Tujuan Tari Rejang Pande Suci Wedana Untuk Mensucikan Pura (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)

Makna Mendalam
Secara umum, tari Rejang Pande Suci Wedana Tihingan merepresentasikan dewi Saraswati sebagai sakti Dewa Brahma, yang turun ke bumi untuk mensucikan areal Pura Penataran Dalem Pande Urip Wesi. Namun, di dalam gerakan dan pakaian tarian ini terdapat makna khusus yang memperkuat nilai-nilai keagamaan dan budaya yang terus dijaga melalui tarian sakral ini.