Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan: Jejak Majapahit dalam Tradisi dan Identitas Bali
Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan merupakan pura bersejarah yang mencerminkan jejak Majapahit dalam pembentukan identitas dan tradisi masyarakat Bali. Pura ini tidak hanya menjadi tempat persembahyangan, tetapi juga pusat spiritual dan edukatif yang menanamkan nilai-nilai kepemimpinan, kesetiaan, dan keharmonisan hidup. Dengan arsitektur yang memadukan gaya Majapahit dan Bali klasik, pura ini menjadi simbol harmoni budaya serta warisan leluhur yang terus dijaga dari generasi ke generasi.

Jejak Sejarah dan Spirit Majapahit di Tanah Bali
Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan merupakan salah satu pura kawitan penting di Bali yang sarat akan nilai sejarah dan spiritualitas. Terletak di Desa Selukat, Keramas, Gianyar, sekitar 35–40 menit perjalanan dari pusat Kota Denpasar melalui jalur By Pass Ida Bagus Mantra, pura ini berada di kawasan yang asri dan tenang, menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur besar Bali yang dipercaya sebagai keturunan langsung dari Kerajaan Majapahit. Dari tempat inilah jejak Majapahit dalam pembentukan identitas dan sistem sosial Bali dapat ditelusuri. Kehadiran pura ini bukan hanya menjadi tempat persembahyangan, tetapi juga ruang refleksi akan akar budaya yang menyatukan sejarah dan kepercayaan masyarakat Bali.
Pura ini dibangun untuk menghormati Dalem Shri Nararya Kreshna Kepakisan, sosok penting yang diutus oleh Majapahit ke Bali pada abad ke-14 untuk menata kembali tatanan pemerintahan dan adat setelah integrasi Bali dengan kekuasaan Majapahit. Melalui peran beliau, sistem desa pakraman, kawitan, serta konsep Tri Hita Karana mulai berkembang sebagai landasan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Maka, setiap upacara di pura kawitan bukan sekadar ritual, melainkan juga pengingat akan nilai-nilai kepemimpinan, kesetiaan, dan keseimbangan hidup yang diwariskan dari masa silam.
Halaman Tengah Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan yang Asri dan Tenang (Sumber: Koleksi Pribadi)
Tradisi Leluhur dan Upacara di Pura Kawitan
Setiap tahun, umat Hindu dari berbagai penjuru Bali datang ke Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan untuk melaksanakan piodalan yang jatuh pada hari Sabtu Kliwon Kuningan, serta ngaturang pekelem sebagai wujud bhakti kepada leluhur. Suasana pura yang dipenuhi asap dupa dan suara kidung suci menciptakan nuansa sakral yang menyentuh hati. Umat datang tidak hanya untuk memohon keselamatan, tetapi juga untuk mengingat jati diri mereka sebagai bagian dari warisan besar Majapahit. Di tengah kemegahan arsitektur pura yang memadukan unsur Jawa dan Bali, setiap detail, dari ukiran batu hingga penataan pelinggih, mencerminkan harmoni budaya dua peradaban besar yang berpadu indah.
Menariknya, banyak generasi muda kini ikut terlibat dalam prosesi suci di pura ini. Mereka belajar menyiapkan banten, memahami makna upakara, dan menghormati leluhur dengan penuh kesadaran. Dari sini, nilai-nilai spiritual dan budaya diwariskan secara alami dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pura ini tidak hanya menjadi pusat spiritual keluarga besar keturunan Kreshna Kepakisan, tetapi juga menjadi ruang edukatif yang memperkuat pemahaman tentang asal-usul dan identitas diri sebagai masyarakat Bali yang berakar dari kebijaksanaan leluhur Majapahit.
Keluarga Besar Pengempon Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pengempon Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan
Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan diempon oleh keluarga besar keturunan Sri Nararya Kreshna Kepakisan, yang merupakan leluhur penting dalam sejarah Bali. Sebagai pengempon, keluarga besar ini memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kesucian, kelestarian, serta keberlanjutan fungsi spiritual pura. Mereka melaksanakan berbagai kegiatan upacara dan perawatan pura secara rutin, termasuk mempersiapkan piodalan yang jatuh pada Sabtu Kliwon Kuningan. Peran mereka tidak hanya sebatas sebagai penjaga fisik pura, tetapi juga sebagai pelestari nilai-nilai luhur, adat, dan ajaran yang diwariskan oleh leluhur Majapahit melalui sosok Dalem Kreshna Kepakisan.
Selain menjaga dan mengatur pelaksanaan kegiatan keagamaan, pengempon juga berperan penting dalam mempererat hubungan kekeluargaan di antara sesama keturunan Kreshna Kepakisan. Dalam setiap kegiatan di pura, baik upacara besar maupun kegiatan gotong royong, rasa kebersamaan dan tanggung jawab spiritual selalu dikedepankan. Generasi muda pun diajak aktif terlibat agar memahami makna pengempon bukan hanya sebagai tugas, melainkan juga sebagai pengabdian kepada leluhur dan warisan budaya Bali. Dengan demikian, keberadaan pengempon menjadi simbol kesinambungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam menjaga taksu dan kesucian pura kawitan ini.
Umat Melaksanakan Persembahyangan pada Piodalan di Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Arsitektur Suci yang Sarat Makna Filosofis
Keindahan Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan tidak hanya terpancar dari kesakralannya, tetapi juga dari arsitekturnya yang sarat simbol dan filosofi. Setiap bagian pura, mulai dari candi bentar hingga padmasana utama, dibangun dengan tata letak yang mengikuti konsep Tri Mandala, yaitu nista mandala, madya mandala, dan utama mandala, yang merepresentasikan perjalanan spiritual manusia menuju kesempurnaan. Ornamen-ornamen khas Majapahit tampak berpadu indah dengan gaya arsitektur Bali klasik, menunjukkan warisan budaya yang berpadu secara harmonis.
Di beberapa pelinggih, terlihat ukiran bunga teratai dan kala makara yang melambangkan keseimbangan antara kekuatan duniawi dan spiritual. Batu-batu yang digunakan pun sebagian besar merupakan batu padas alami yang telah berusia ratusan tahun, menandakan kesinambungan antara masa lalu dan masa kini. Arsitektur pura ini seolah berbicara, mengisahkan perjalanan panjang sejarah Bali yang berakar kuat pada nilai-nilai kebajikan dan keselarasan.
Deretan Pelinggih Utama dengan Arsitektur Bali Klasik Berornamen Majapahit (Sumber: Koleksi Pribadi)
Nilai-Nilai Kepemimpinan dan Filosofi Hidup Warisan Leluhur
Pura ini tidak hanya menjadi tempat sembahyang, tetapi juga sumber inspirasi tentang kepemimpinan dan filosofi hidup yang diwariskan oleh Dalem Shri Nararya Kreshna Kepakisan. Dalam ajaran-ajaran yang hidup di masyarakat Bali, beliau dikenal sebagai sosok pemimpin yang adil, bijaksana, dan berlandaskan dharma, nilai-nilai yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sosial, adat, dan pemerintahan tradisional. Semangat kepemimpinan ini tercermin dalam setiap kegiatan adat, di mana musyawarah dan kebersamaan menjadi dasar pengambilan keputusan.
Generasi muda kini terus didorong untuk memahami kembali nilai-nilai tersebut, agar mampu menjadi penerus yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki taksu, atau kekuatan spiritual dalam memimpin. Melalui kegiatan pasraman, dharmasanti, dan seminar budaya, ajaran-ajaran luhur dari leluhur Majapahit terus diajarkan agar tak hilang tergerus zaman. Nilai-nilai seperti tatwam asi (aku adalah engkau) dan paras paros sarpanaya menjadi pedoman hidup yang membentuk karakter masyarakat Bali yang harmonis dan toleran.
Pelinggih di Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan sebagai Simbol Keteguhan Ajaran Leluhur (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pura Kawitan sebagai Ruang Refleksi dan Spiritualitas Modern
Di tengah arus modernitas, Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan tetap menjadi ruang refleksi bagi umat untuk menemukan ketenangan batin. Banyak umat datang tidak hanya saat upacara, tetapi juga di hari-hari biasa untuk meditasi, sembahyang pribadi, atau sekadar mencari kedamaian di tengah keheningan pura. Suara desir angin, aroma dupa, dan cahaya matahari yang menembus sela pepohonan menciptakan suasana kontemplatif yang menghubungkan manusia dengan alam dan Sang Pencipta.
Bagi masyarakat Bali, pura kawitan bukan sekadar tempat persembahyangan, melainkan cerminan identitas diri. Dari sinilah kesadaran spiritual, rasa memiliki budaya, dan kebanggaan terhadap leluhur terus tumbuh. Pura ini menjadi bukti nyata bahwa di balik kemajuan zaman, nilai-nilai warisan Majapahit tetap hidup, menuntun masyarakat Bali untuk berjalan di jalan dharma, yaitu jalan kebenaran, kebajikan, dan keharmonisan.