Menemukan Keajaiban Alam di Bali: Bunut Bolong, Pohon Unik dengan Lubang Misterius
Bunut Bolong yang terletak di Desa Manggissari, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali ini adalah pohon kuno yang unik di Bali dengan lubang besar di bagian dasarnya yang berfungsi sebagai jalan. Pohon ini dianggap suci oleh penduduk setempat dan memiliki sejarah misterius, ditemukan selama masa penjajahan Belanda. Meskipun mitos dan larangan, banyak wisatawan mengunjungi pohon ini untuk mengagumi keindahan alam sekitarnya. Upaya untuk merapikan atau menebang pohon ini selalu diikuti dengan kematian misterius, yang membuatnya tetap dilestarikan.
Bunut Bolong bisa dikatakan sebagai salah satu pohon tertua yang ada di Bali. Pohon ini juga termasuk tengara alam yang disucikan oleh masyarakat setempat. Diperkirakan usia dari pohon ini sudah lebih dari satu abad.
Ciri khas dari Bunut Bolong ini pada bagian bawah pohon yaitu pada akar akarnya, terdapat lubang besar serta terdapat jalan yang dapat dilintasi oleh mobil hingga truk, dimana pohon ini memiliki diameter sekirar 15 meter dan tinggi sekitar 20 meter. Lubang inilah yang dijadikan akses jalan umum bagi masyarakat di Desa Manggissari, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali.
Bunut Bolong dipercaya oleh penduduk setempat memiliki kekuatan magis dan tempat bersemayamnya roh-roh leluhur. Bunut Bolong merupakan pohon suci yang namanya diberikan karena karakteristik unik yang dimiliki oleh pohon ini. Kata “Bunut” merupakan kata Bali yang memiliki karakteristik menyerupai dengan pohon beringin, dan kata “Bolong” yang berarti “Lubang”, sehingga Bunut Bolong berarti pohon Bunut yang memiliki lubang didalamnya.
Lubang pada Bunut Bolong (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Pohon Bunut ini menyerupai pohon beringin, hanya saja akarnya yang dapat tumbuh menjadi batang baru yang berbentuk aneh dan menarik menjadikan ciri khas pada pohon ini. Lubang yang terdapat pada Bunut Bolong seakan-akan menjadi sebuah terowongan yang membelah jalan raya dibawahnya.
Menurut warga setempat, tidak diketahui secara persis kapan pohon Bunut ini tumbuh ataupun ditanam. Hanya saja menurut Nyoman Suardana, sesepuh setempat, pohon ini ditemukan pada zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu para penjajah datang ke wilayah tersebut dan mempekerjakan masyarakat pribumi atau sering kita dengar dengan kerja rodi, untuk membuat akses jalan ke Buleleng sehingga kendaraan penjajah dapat melintas.
Pohon Bunut Bolong ini sedari awal sudah memiliki lubang, tapi hanya sebagai akses jalan setapak. Pada zaman Belanda, pohon ini dilubangi lagi untuk memperbesar akses jalan agar kendaraan penjajah dapat melintas. Pada saat proses melubangi pohon tersebut, banyak pekerja yang dipekerjakan meninggal. Tubuh pekerja yang sudah meninggal dikumpulkan pada pohon beringin yang berada di sebelah pohon Bunut Bolong, yang saat ini berada di sebelah warung.
Pohon Beringin Tempat Mengumpulkan Tubuh para Pekerja (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Karena banyaknya korban yang meninggal, Bunut Bolong akhirnya disakralkan oleh masyarakat sekitar. Di bawah pohon sempat dibuatkan angsagan (tempat sembahyang), yang kemudian dipindah dan dibuatkan padmasana di sebelah selatan pohon Bunut Bolong bernama pura Pujangga Sakti. Pohon ini juga dipakaikan kain hitam putih kotak-kotak, sebab masyarakat setempat meyakini bahwa pohon tersebut terdapat penunggunya. Agar penunggu pohon Bunut Bolong tidak mengganggu serta agar wisatawan yang belum pernah ke tempat ini tidak bersikap sembarangan, maka dibangunlah padmasana tersebut.
Terdapat beberapa mitos yang berkembang di lingkungan setempat, yang dapat memberikan berkah atau malapetaka bagi orang yang melewatinya. Ada beberapa larangan yang harus ditaati oleh pengunjung, rombongan pengantin yang pantang melewati jalan pada Pohon Bunut Bolong tersebut, karena dipercaya apabila dilanggar maka pernikahan pengantin dikhawatirkan gagal baik sebelum atau sesudah upacara pernikahan. Hal ini juga berlaku bagi pasangan yang berbulan madu agar tidak melewati jalan tersebut karena dikhawatirkan hubungan pasangan tersebut tidak akan harmonis lagi. Mitos lainnya menyatakan bahwa apabila terdapat salah satu pihak dari pasangan ingin bercerai, lalu sengaja melewati jalan pada pohon tersebut, maka salah satu pihak dari pasangan tersbut akan dipisahkan oleh ajal. Selain pernikahan, rombongan kematian juga tidak diperkenankan untuk melewati jalan tersebut.
Percaya atau tidak, tapi masyarakat setempat telah mengalami hal-hal mistis tersebut ketika melanggar hal yang sudah disebutkan tadi. Masyarakat setempat menganggap hal ini sudah seperti kutukan. Namun, semakin berkembangnya zaman, kepercayaan tersebut perlahan mulai menghilang dikarenakan banyak sekali wisatawan yang berbulan madu dan pasangan yang melewati jalan pada Pohon ini.
Meskipun begitu, warga setempat tetap tidak akan pernah berani untuk melanggarnya. Masyarakat memilih melewati jalan lain sehingga dibuatkanlah jalan alternatif disebelah pohon Bunut Bolong, hal ini tentunya demi keselamatan apabila terdapat rombongan pengantin.
Akses Jalan Alternatif di Bunut Bolong (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Selain mitos yang beredar, menurut warga sekitar, sudah terdapat banyak upaya untuk merapikan serta berencana menebang pohon Bunut Bolong ini. Upaya tersebut dilakukan agar Bunut Bolong terlihat lebih rapi dan tidak membahayakan orang orang yang melintas dibawahnya. Hanya saja setiap upaya tersebut dilakukan, selalu saja terdapat pekerja yang meninggal secara misterius. Sehingga upaya tersebut dihentikan dan hingga saat ini Bunut Bolong dibiarkan begitu saja sebagaimana mestinya.
Bunut Bolong tak hanya berdiri sendiri sebagai tempat sakral serta objek wisata, tapi tepat disekitarnya terdapat hamparan hutan yang membentang dari selatan ke utara yang tak kalah memesonanya. Sebagai lokasi wisata, Bunut Bolong merupakan objek yang masih sangat alami. Untuk mencapai lokasi Bunut Bolong, jarak yang ditempuh apabila dari kota Denpasar sekitar 2 jam berkendara, sedangkan jarak dari pasar desa Pekutatan sekitar 11 km.