Mengulik Misteri Pelinggih Arca Ganesha Kuno Hingga Suara Kulkul Aneh di Pura Agung Menasa

Bali adalah sebuah pulau yang menggetarkan jiwa dengan kekayaan budaya, tradisi, adat istiadat yang mendalam, dan keindahan alam yang memukau. Namun, di balik keindahan yang memukau tersebut, ada lapisan-lapisan misteri yang belum terpecahkan, rahasia-rahasia yang menggelitik rasa ingin tahu, dan cerita-cerita legenda yang menakjubkan. Salah satunya adalah Misteri Pelinggih Arca Ganesha Kuno dan Suara Kulkul Aneh di Pura Agung Menasa. 

Sep 9, 2023 - 16:37
Sep 9, 2023 - 19:26
Mengulik Misteri Pelinggih Arca Ganesha Kuno Hingga Suara Kulkul Aneh di Pura Agung Menasa
Pura Agung Menasa (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

Pura Agung Menasa adalah salah satu tempat suci peninggalan sejarah yang patut dijaga dengan baik di Bali Utara. Terletak di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Buleleng, pura ini bukan hanya menawarkan keindahan seni ukir Bali Utara, tetapi juga menyimpan misteri dan keunikan yang tak tergantikan.

Pura ini terkenal karena memiliki "Palinggih Arca Ganesha" yang diyakini telah berusia ratusan tahun. Pura ini memiliki ciri khas yang ditandai oleh pohon Kepuh setinggi 50 meter dengan batang berdiameter sekitar 1,5 meter. Pohon ini diyakini telah berdiri selama ratusan tahun dan menjadi salah satu penanda penting bagi pura ini.

Pohon Kepuh (Sumber Photo : Koleksi Redaksi) 

Ukiran khas Bali Utara yang mempesona dapat dilihat sejak memasuki areal nista mandala hingga utama mandala. Paduraksa atau gelung kori, yang terbuat dari batu paras dan telah tertutupi lumut, semakin mengukuhkan usia pura ini yang sangat tua.

Pada area utama mandala, mata akan langsung tertuju pada Palinggih Arca Ganesha yang terbuat dari batu di sisi selatan pura. Arca ini telah diteliti oleh Tim Balai Arkeologi Denpasar pada tahun 2019 dan terbukti berasal dari masa Bali Kuno yang berkembang pada akhir abad ke-12 atau awal abad ke-13. Arca Ganesha ini memiliki ciri unik, karena diyakini menjadi satu-satunya di Bali yang menggambarkan Ganesha menggendong lingga, duduk di Padma Ganda dengan mahkota gelungan rambut pusungan ke atas.

Konon, meskipun Pelinggih Arca Ganesha ini berada dibawah pohon, warga setempat mengatakan dan meyakini tidak pernah ada sampah dedaunan yang berjatuhan disekitar Pelinggih ini, atau dengan kata lain Pelinggih ini selalu terlihat bersih meskipun jarang dibersihkan oleh pengurus dari Pura ini. Namun anehnya hanya disekitar Pelinggih ini saja hal tersebut terjadi.

 

Pelinggih Arca Ganesha (Sumber Photo : Koleksi Redaksi) 

Selain Pelinggih Arca Ganesha yang sudah berusia ratusan tahun tersebut, paduraksa atau gelung kori di Pura Agung Menasa juga memiliki keindahan tersendiri dengan ukiran bermotif tumbuhan khas Buleleng. Dalam penelitian, ukiran ini diperkirakan dibangun pada tahun 1827 Masehi, menandakan usianya yang sudah cukup tua. Namun, meskipun telah ada penelitian yang dilakukan, masih belum ada catatan tertulis yang pasti mengenai sejarah Pura Agung Menasa. Para pendahulu tidak meninggalkan catatan tertulis, yang membuat penjelasan sejarahnya menjadi sulit.

Keunikan lain dari pura ini adalah adanya "Kulkul" di areal Nista mandala yang sering kali mengeluarkan bunyi. Kulkul adalah gong yang terbuat dari kayu yang dipukul untuk mengumumkan berbagai peristiwa atau informasi penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Masyarakat setempat percaya bahwa bunyi Kulkul ini merupakan pertanda adanya merana atau gering agung. Ketika Kulkul berbunyi, warga seringkali melaksanakan persembahyangan untuk memohon perlindungan agar terhindar dari bahaya. Bahkan, pada awal tahun 2020, Kulkul ini dikatakan telah berbunyi sebanyak tiga kali, yang membuat masyarakat menduga sebagai pertanda munculnya wabah Covid-19.

Kulkul di Areal Nista Mandala Pura Agung Menasa (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

Tidak hanya memiliki sejarah dan keunikan dalam seni ukir, Pura Agung Menasa juga memiliki aturan tertentu. Salah satunya adalah larangan menghaturkan sarana berwarna merah saat pujawali. Bunga, kue, atau sarana lain yang berwarna merah tidak boleh digunakan dalam upacara. Hanya warna putih dan kuning saja yang diizinkan. Meskipun risikonya tidak pasti diketahui, masyarakat setempat sangat yakin dengan larangan ini dan mengikutinya dengan sungguh-sungguh.

Masyarakat setempat percaya bahwa Pura Agung Menasa bukan hanya menjadi tempat peribadatan, tetapi juga menjadi tempat untuk memohon kesuburan dan kemakmuran. Petani seringkali melakukan persembahyangan di pura ini untuk meminta hasil panen yang berlimpah. 

Meskipun secara geografis berada di wilayah Desa Sinabun, Pura Agung Menasa disungsung oleh tiga desa di Buleleng, yaitu Desa Sinabun, Desa Suwug di Kecamatan Sawan, dan Desa Bengkala di Kecamatan Kubutambahan. Setiap desa memiliki waktu khusus saat menghaturkan pujawali. Desa Sinabun bertugas menghaturkan pujawali saat Anggarkasih Julungwangi, Desa Suwug saat Purnama Sasih Kenem, dan Desa Bengkala saat Anggarkasih Prangbakat. Konon kawitannya berasal dari Sinabun. Namun karena ada merana gering, karena pernah diserang pasukan semut merah. Itu sebabnya, sebagian penduduk desa memeilih untuk pindah ke Desa Suwug dan Desa Bengkala.

Selama ini, Pura Agung Menasa telah menjadi tempat peribadatan bagi banyak orang, tidak hanya berasal dari tiga desa penyungsung tetapi juga berasal dari luar Bali, seperti Jawa. Mereka datang ke pura ini setelah menerima pawisik atau petunjuk gaib. Bagi mereka, pura ini adalah tempat untuk memperoleh berkah, kemakmuran, dan perlindungan.