Mengulik Misteri Pelinggih Arca Ganesha Kuno Hingga Suara Kulkul Aneh di Pura Agung Menasa
Bali adalah sebuah pulau yang menggetarkan jiwa dengan kekayaan budaya, tradisi, adat istiadat yang mendalam, dan keindahan alam yang memukau. Namun, di balik keindahan yang memukau tersebut, ada lapisan-lapisan misteri yang belum terpecahkan, rahasia-rahasia yang menggelitik rasa ingin tahu, dan cerita-cerita legenda yang menakjubkan. Salah satunya adalah Misteri Pelinggih Arca Ganesha Kuno dan Suara Kulkul Aneh di Pura Agung Menasa.
Pura Agung Menasa adalah salah satu tempat suci peninggalan sejarah yang patut dijaga dengan baik di Bali Utara. Terletak di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Buleleng, pura ini bukan hanya menawarkan keindahan seni ukir Bali Utara, tetapi juga menyimpan misteri dan keunikan yang tak tergantikan.
Pura ini terkenal karena memiliki "Palinggih Arca Ganesha" yang diyakini telah berusia ratusan tahun. Pura ini memiliki ciri khas yang ditandai oleh pohon Kepuh setinggi 50 meter dengan batang berdiameter sekitar 1,5 meter. Pohon ini diyakini telah berdiri selama ratusan tahun dan menjadi salah satu penanda penting bagi pura ini.
Pohon Kepuh (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)
Ukiran khas Bali Utara yang mempesona dapat dilihat sejak memasuki areal nista mandala hingga utama mandala. Paduraksa atau gelung kori, yang terbuat dari batu paras dan telah tertutupi lumut, semakin mengukuhkan usia pura ini yang sangat tua.
Pelinggih Arca Ganesha (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)
Selain Pelinggih Arca Ganesha yang sudah berusia ratusan tahun tersebut, paduraksa atau gelung kori di Pura Agung Menasa juga memiliki keindahan tersendiri dengan ukiran bermotif tumbuhan khas Buleleng. Dalam penelitian, ukiran ini diperkirakan dibangun pada tahun 1827 Masehi, menandakan usianya yang sudah cukup tua. Namun, meskipun telah ada penelitian yang dilakukan, masih belum ada catatan tertulis yang pasti mengenai sejarah Pura Agung Menasa. Para pendahulu tidak meninggalkan catatan tertulis, yang membuat penjelasan sejarahnya menjadi sulit.
Kulkul di Areal Nista Mandala Pura Agung Menasa (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)
Tidak hanya memiliki sejarah dan keunikan dalam seni ukir, Pura Agung Menasa juga memiliki aturan tertentu. Salah satunya adalah larangan menghaturkan sarana berwarna merah saat pujawali. Bunga, kue, atau sarana lain yang berwarna merah tidak boleh digunakan dalam upacara. Hanya warna putih dan kuning saja yang diizinkan. Meskipun risikonya tidak pasti diketahui, masyarakat setempat sangat yakin dengan larangan ini dan mengikutinya dengan sungguh-sungguh.
Meskipun secara geografis berada di wilayah Desa Sinabun, Pura Agung Menasa disungsung oleh tiga desa di Buleleng, yaitu Desa Sinabun, Desa Suwug di Kecamatan Sawan, dan Desa Bengkala di Kecamatan Kubutambahan. Setiap desa memiliki waktu khusus saat menghaturkan pujawali. Desa Sinabun bertugas menghaturkan pujawali saat Anggarkasih Julungwangi, Desa Suwug saat Purnama Sasih Kenem, dan Desa Bengkala saat Anggarkasih Prangbakat. Konon kawitannya berasal dari Sinabun. Namun karena ada merana gering, karena pernah diserang pasukan semut merah. Itu sebabnya, sebagian penduduk desa memeilih untuk pindah ke Desa Suwug dan Desa Bengkala.