Pura Taman Ayun: Saksi Bisu Kejayaan Kerajaan Mengwi yang Indah

Pura Taman Ayun adalah situs pura bersejarah di Bali, dibangun pada tahun 1632 dan diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 2012. Pura ini memiliki tiga bagian: Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Pengunjung dapat mengakses sebagian besar pura, tetapi area Utama Mandala adalah yang paling sakral dan hanya boleh diakses oleh keluarga raja. Proses pembangunan melibatkan seorang arsitek Tionghoa bernama Tan Hu Cin Jin.

Sep 28, 2023 - 15:18
Sep 23, 2023 - 11:52
Pura Taman Ayun: Saksi Bisu Kejayaan Kerajaan Mengwi yang Indah
Gerbang Menuju Utama Mandala ( Sumber Foto : Koleksi Redaksi )

Kerajaan Mengwi dulunya pernah menguasai hamper seluruh daratan Bali dan juga daerah Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur. Namun Kerajaan Mengwi menemui akhir masa kesjayaannya disaat Raja Mengwi kesepuluh, I Sejarah pura ini dimulai pada pada tahun 1556 Saka (1634 M).  Pembangunan Pura Taman Ayun selesai pada tahun 1634, ketika raja I Gusti Agung Putu dari Kerajaan Mengwi yang pada saat itu juga memiliki beberapa nama lain "Mangapura", "Mangarajia", dan "Kawiyapura".

 

Awalnya, I Gusti Agung Putu mendirikan sebuah pura di sebelah utara Desa Mengwi sebagai tempat ibadah kepada leluhurnya. Pura tersebut awalnya dikenal sebagai Taman Genter. Ketika Mengwi menjadi sebuah kerajaan yang makmur, I Gusti Agung Putu memutuskan untuk memindahkan Taman Genter ke bagian timur dan melakukan perluasan terhadap bangunan tersebut. Pura yang telah mengalami perluasan ini resmi diubah namanya menjadi Pura Taman Ayun pada tanggal Selasa Kliwon-Medangsia bulan keempat tahun 1556 Saka. Hingga saat ini, setiap Selasa Kliwon menurut kalender Saka, pura ini menjadi tempat penyelenggaraan piodalan (upacara) untuk merayakan ulang tahun berdirinya pura.

 

Proses pembangunannya pun cukup menarik, dengan bantuan seorang arsitek keturunan Tionghoa bernama Tan Hu Cin Jin. Meskipun awalnya Tan Hu Cin Jin enggan ikut serta, ia akhirnya diperintahkan oleh penguasa Blambangan untuk terlibat dalam proyek ini. Pura Taman Ayun selesai dibangun pada tahun 1634. Pura Taman Ayun telah mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi secara besar-besaran dilaksanakan tahun 1937. Pada tahun 1949 dilaksanakan renovasi terhadap kori agung, gapura bentar, dan pembuatan wantilan yang besar. Renovasi ketiga tahun 1972 dan yang terakhir tahun 1976.

 

Pada tahun 2012, bersama dengan beberapa situs budaya lainnya di Bali, seperti Pura Ulun Danu Batur, Pura Taman Ayun diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Keputusan penetapan UNESCO adalah tanda penghargaan terhadap kebijaksanaan masyarakat global atas nilai-nilai kearifan lokal yang diterapkan oleh masyarakat Bali. Nilai-nilai ini mencakup Tri Hita Karana, yang menggambarkan keseimbangan dan harmoni antara manusia, lingkungan, dan Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu contohnya dapat ditemukan di Pura Taman Ayun.

 

Pura Taman Ayun memiliki beberapa fungsi penting. Pura Taman Ayun merupakan tempat persembahyangan khususnya warga sekitar Mengwi dan juga warga dari kabupaten lainnya saat upacara piodalan Anggara Kasih Medangsia dilaksanakan setiap 210 hari dan dihadiri oleh berbagai kalangan, terutama bagi mereka yang masih merasa memiliki hubungan dengan Kerajaan Mengwi. Selain sebagai tempat persembahyangan, juga berperan sebagai pemersatu wangsa dan memiliki peran dalam aspek sosial-ekonomi. Pura Taman Ayun juga memiliki galeri seni, miniatur pura hingga teater mengenai Sejarah dan upacara di Pura Taman Ayun. Hal ini memberikan pengunjung gambaran lebih jelas mengenai serba serbi Pura Taman Ayun dan juga tentang keragaman kepercayaan agama Hindu di Bali.

 

Nama "Taman Ayun" sendiri berarti "Taman yang Indah" dan pura ini memang salah satu yang paling indah di Bali. Halaman pura dirancang dengan rapi dan dikelilingi oleh kolam ikan yang menambah pesona tempat ini. Pura ini terbagi menjadi tiga bagian, dimulai dari yang terbawah, yaitu Nista Mandala, yang hanya dapat diakses melalui satu jembatan yang melintasi kolam dan pintu gerbang. Bagian ini adalah pintu masuk utama ke kompleks pura dan merupakan tahap pertama dalam perjalanan menuju interior pura. Nama "Nista Mandala" berasal dari bahasa Bali, di mana "Nista" berarti "terendah" atau "paling rendah" dan "Mandala" mengacu pada "alam suci" atau "wilayah yang dianggap keramat."

 

Di Nista Mandala, pengunjung akan menemukan jembatan yang menghubungkan daratan dengan bagian dalam kompleks pura. Jembatan ini melintasi kolam ikan yang mengelilingi pura, menciptakan pemandangan yang indah dan menambah kesakralan tempat ini. Sebagai tahap awal menuju pura yang lebih dalam, Nista Mandala adalah tempat di mana pengunjung mulai merasakan atmosfer keramat Pura Taman Ayun.

 

Walaupun Nista Mandala adalah bagian terendah dari pura, ini bukan berarti kurang penting. Ia adalah tahap pertama dalam perjalanan rohani menuju ke bagian yang lebih dalam dari kompleks pura ini. Bagian ini juga menyediakan pengalaman visual yang menarik dengan kolam ikan dan taman yang dirancang dengan indah. Saat memasuki Nista Mandala, pengunjung akan menemukan sebuah tugu yang terlindungi, yang merupakan linggih atau tempat bagi Siluh Rsi, penguasa roh halus di Taman Ayun.

 

 

Utama Mandala Pura Taman Ayun (Sumber Foto : Koleksi Redaksi)

 

Selanjutnya, pengunjung akan melanjutkan ke Madya Mandala, yang merupakan bagian tengah pura. Di Madya Mandala, pengunjung akan menemukan struktur arsitektural yang lebih kompleks, seperti Meru (bangunan bertingkat dengan atap ijuk yang khas) yang berfungsi sebagai tempat persembahyangan dan tempat penempatan patung-patung suci. pengunjung dapat menikmati pemandangan yang asri di sekitarnya sambil menjelajahi area ini.

 

Kemudian menuju ke bagian paling sakral, yaitu Utama Mandala, yang hanya bisa dilihat dari luar oleh masyarakat umum. Pura Taman Ayun dengan tiga tingkatan mandala ini mencerminkan tatanan spiritual dalam agama Hindu Bali serta menggambarkan penghormatan kepada leluhur dan keindahan alam sekitarnya. Sayangnya, masyarakat umum tidak diizinkan masuk ke dalam area ini, karena Utama Mandala adalah tempat persembahyangan khusus untuk keluarga raja yang datang untuk memberikan penghormatan kepada leluhur mereka.

 

Pura Taman Ayun merupakan salah satu tujuan wisata populer di Bali. Dikelilingi oleh kolam luas yang menyerupai danau, tempat ini sering menjadi tempat santai bagi penduduk sekitar pada sore hari ketika mereka menikmati memancing di kolam. Lokasinya terletak di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, sekitar 15 km dari Denpasar sehingga pengunjung dapat mencapainya dengan mudah menggunakan sepeda motor atau mobil. Untuk bantuan navigasi, pengunjung dapat membuka aplikasi Google Maps dan mencari "Pura Taman Ayun" untuk mendapatkan petunjuk rute.

 

Pura Taman Ayun adalah pura keluarga yang memiliki tiga bagian, yaitu Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Sebagian besar area Utama Mandala, yang merupakan bagian paling sakral dari kompleks pura, tidak diizinkan untuk diakses oleh masyarakat umum. Area ini digunakan secara khusus oleh keluarga besar raja untuk upacara keagamaan dan penghormatan kepada leluhur mereka. Meskipun pengunjung masyarakat umum tidak diizinkan masuk ke dalam area ini, mereka masih dapat melihatnya dari luar dan mengambil foto atau video saat berjalan di sekitarnya. pengunjung masih dapat melihat keadaan di dalam area Utama Mandala dari luar sambil berjalan di sekitarnya. Di dalam Utama Mandala, pengunjung akan menemukan bangunan suci yang lebih besar dan makam para leluhur yang dihormati. Bagian yang lebih terbuka untuk pengunjung adalah Madya Mandala, yang merupakan bagian tengah pura. Di sini, pengunjung mungkin memiliki kesempatan untuk melakukan sembahyang atau upacara keagamaan pribadi dengan hormat, selama pengunjung mengikuti aturan dan etika yang berlaku.

 

Meskipun beberapa bagian mungkin terbatas bagi masyarakat umum, Pura Taman Ayun tetap menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik di Bali dengan sejarah dan arsitektur uniknya. Tempat ini terbuka untuk umum setiap hari dalam seminggu dan menawarkan pengalaman spiritual dan budaya yang berharga. Jika pengunjung berencana untuk melakukan sembahyang atau upacara keagamaan di pura ini, pertimbangkan untuk berbicara dengan pengurus pura atau sumber lokal untuk panduan yang lebih spesifik.