Mengenal Desa Manggis, Desa yang Masih Kental Akan Budaya dan Tradisinya
Apa yang pertama kali terlintas dibenakmu ketika mendengar kata Desa Manggis? apakah desa ini hanya menghasilkan panen manggis? atau desa yang hanya sekedar kita lewati ketika ingin berkunjung ke suatu tempat? Bukan hanya itu yaa, walau sangat jarang terdengar oleh masyarakat awam, nyatanya Desa Manggis memiliki daya tarik tersendiri loh! mau tau? Yuk simak artikel ini!
Desa Manggis adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali, yang memiliki lokasi geografis di pesisir timur Pulau Bali, sekitar 10-15 kilometer sebelah timur kota Amlapura, ibu kota Kabupaten Karangasem. Penduduk Desa Manggis, seperti banyak desa lain di Bali, umumnya adalah orang Bali yang menganut agama Hindu dan terlibat dalam berbagai kegiatan budaya dan adat istiadat Bali. Daya tarik utama desa ini adalah pantai-pantai indahnya, seperti Pantai Manggis dan Pantai Candidasa, yang menawarkan pemandangan yang menakjubkan, air laut yang jernih, serta beragam fasilitas wisata seperti hotel, restoran, dan kegiatan air seperti snorkeling dan menyelam.
Pemungkiman Desa Manggis (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Desa Manggis, yang terletak di tengah-tengah Karangasem, adalah permata tersembunyi yang menanti untuk diungkap. Desa yang memukau ini bukan hanya tentang kebun manggis yang hijau atau pemandangan yang indah, tetapi juga tempat di mana tradisi dan semangat komunitas berkembang subur. Ini adalah tempat di mana ritme kehidupan sehari-hari masih ditentukan oleh suara upacara-upacara kuno, seperti ritual pemotongan gigi Metatah yang penuh warna yang menghubungkan masa kanak-kanak dan dewasa, dan upacara Ngaben, di mana abu menemukan perjalanan terakhirnya. Namun, apa yang membedakan Manggis adalah pendekatan uniknya dalam melestarikan tradisi melalui usaha bersama, seperti partisipasi massal dalam upacara-upacara yang tidak hanya menguatkan ikatan antar anggota masyarakat, tetapi juga menjaga cahaya budaya mereka tetap bersinar terang. Di sini, bahkan para pemuda mengenakan pakaian tradisional, mengingatkan kita bahwa di Manggis, masa lalu, sekarang, dan masa depan berdansa bersama dalam harmoni, menciptakan tapak budaya Bali yang hidup.
Proses memandikan jasad tanpa fisiknya (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Upacara Ngaben Tanpa Jasad di Desa Manggis, Karangasem, adalah sebuah peristiwa penting dalam tradisi agama Hindu Bali yang sarat dengan makna dan ritual. Persiapan untuk upacara ini dimulai ketika seorang individu meninggal dunia, dan keluarganya berkoordinasi dengan seorang pendeta setempat untuk menentukan tanggal yang paling sesuai berdasarkan astrologi Bali yang kompleks. Upacara ini jarang dilakukan karena hanya bisa dilaksanakan ketika terjadi sesuatu hal yang menghalangi upacara dalam kondisi normal dilaksanakan, dan upacara ngaben tanpa jasad ini dilakukan dengan alasan wabah COVID-19 yang masih mewabah pada saat itu. Di Desa Manggis upacara ini kerap dilakukan secara massal, selain bertujuan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan, kegiatan yang dilakukan secara massal ini juga bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antar masyarakat desa.
Proses memandikan jasad tanpa fisiknya (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Seiring dengan mendekati tanggal yang telah ditetapkan, persiapan intensif dimulai, pada hari yang telah ditentukan, keluarga dan komunitas setempat berkumpul di pura setempat membawa berbagai jenis sesajen sebagai persembahan kepada para dewa. Sesajen-sesajen ini mencakup berbagai macam makanan, bunga, dupa, dan barang-barang lain yang dianggap sebagai persembahan suci. Ini adalah langkah penting dalam menghormati roh yang telah meninggal dan memohon restu dari para dewa.
Prosesi utama dimulai dengan mengarak "Lembu" atau "Bebadak," sebuah replika binatang yang terbuat dari bambu dan kayu dan dihiasi dengan kain dan dekorasi yang indah. Lembu ini disusun dengan cermat dan diarak menuju lapangan terbuka yang telah disiapkan untuk upacara. Pada saat yang sama, pemangku (pendeta) memimpin serangkaian mantra dan doa yang sakral, yang menyertai perjalanan lembu menuju tempat pengorbanan.
Proses menghanyutkan abu ke laut (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)
Setelah lembu terbakar habis dan abunya menjadi dingin, abu tersebut dikumpulkan dan dihamburkan ke laut atau sungai. Ini adalah langkah terakhir dalam upacara Ngaben Tanpa Jasad, yang memiliki makna mendalam. Dengan menyebarkan abu ke alam air, diharapkan arwah yang telah dibebaskan dapat kembali ke alam semesta dalam harmoni dengan unsur-unsur alam.
Selain upacara yang diadakan secara massal, Pertanian dan perkebunan juga menjadi bagian integral dari kehidupan di Desa Manggis. Manggis dan jeruk, yang diproduksi dengan cinta dan keahlian oleh penduduk desa, telah menjadi produk unggulan yang terkenal. Terletak di antara pegunungan yang mempesona dan lautan yang memukau, desa ini menawarkan pemandangan alam yang luar biasa dan merupakan surga bagi pecinta alam dan penikmat keindahan alam. Apa yang membuat Desa Manggis benar-benar unik adalah harmoni yang diciptakannya antara alam, budaya, pendidikan, dan ekonomi, yang semuanya menyatu dalam satu kesatuan yang memikat.