Pura Tap Sai : Tempat Berstananya Dewi Saraswati, Sri, dan Laksmi Sebagai SanghHyang Tri Upa Sadana

Bali yang sering disebut sebagai "Pulau Seribu Pura" memang merupakan destinasi yang sangat religius dan penuh dengan unsur-unsur spiritual. Setiap sudut pulau ini dihiasi dengan kuil-kuil Hindu yang beragam, mencerminkan kekayaan budaya dan kerohanian Bali. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa Bali telah menjadi tujuan wisata yang sangat populer. Salah satu tempat yang mulai menarik perhatian wisatawan Hindu adalah Pura Pajinengan Tap Sai karena, Suasana yang menyejukkan, patung-patung dan kolam pemelukatan disana dihiasi lumut dan air begitu jernih, dan pura ini sangat jauh dari pemukiman manusia sehingga memerlukan kesabaran untuk menuju kesana yang membutuhkan perjuangan sehingga tujuan kita kesana menjadi lebih berarti.

Oct 10, 2023 - 06:06
Sep 27, 2023 - 13:55
Pura Tap Sai :  Tempat Berstananya Dewi Saraswati, Sri, dan Laksmi Sebagai SanghHyang Tri Upa Sadana
Pura Tap Sai (sumber : koleksi pribadi)

Nama yang sangat unik ini menjadi kesan pertama orang-orang yang pertama kali mendengarnya, walaupun terkesan seperti nama dari Negri China, ini tidak ada hubungannya sama sekali.  Arti Tap Sai itu sendiri berasal dari kata “metapa sai sai” yang berarti bertapa atau bersemedi setiap hari yang konon memang Pura ini tempat untuk bertapa atau bersemedi. Pura yang berlokasi di kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem di lereng Gunung Agung ini belum ada sumber pasti akan sejarah kapan pura ini bediri, namun sejak penemuannya pada awal tahun 2000-an, upacara besar keagamaan baru mulai diadakan sejak 2014 hingga saat ini yang membuat pura ini dikenal dan sering di kunjungi.

pemandangan dari Pura Tap Sai (sumber : koleksi pribadi)

Ini sering dikunjungi oleh masyarakat Bali terutama yang memiliki usaha karena pura ini beristananya Tri Upasadana atau Ida Bhatara Rambut Sedana yang disimbolkan Pis Bolong atau uang bolong, yang dimana Beliau sebagai tiga Dewi Kemakmuran dan Kesejahteraan. Disinilah masyarakat meminta petunjuk untuk usaha mereka yang dijalani atau akan dijalani agar mendapat kelancaraan dan kesuksesan.Shang Hyang Tri Upasadana Dimana Tiga Dewi itu yakni, Dewi Saraswati sebagai dewi ilmu pengetahuan, Dewi Sri sebagai sumber kemakmuran, dan Dewi Laksmi sebagai pemberi rezeki, kekayaan, dan keseimbangan natural spiritual.

Pada Kanista Mandala ada empat buah pelinggih yaitu Palinggih Ratu Penyarikan Sakti, palinggih Ratu Gede Mekele Lingsir, palinggih Widyadara-Widyadari, dan palinggih Pengayengan Bhatara dalem Ped. Dimana Palinggih yang paling mencolok yaitu Palinggih Ratu Gede Mekele Lingsir dimana palinggih ini berupa sebuah batu besar dengan tulisan aksara (huruf) Bali kuno. Selanjutnya, persembahyangan melanjutkan ke palinggih Widyadara-widyadari, dan dari sana menuju palinggih Pengayengan Ratu Dalem Ped. Ritual ini kemudian berlanjut ke Pura Beji, di mana orang dapat melaksanakan melukat (membasahkan badan dengan air suci) dengan menggunakan Tirta Bang.

Palinggih Ratu Gede Mekele Lingsir (sumber : koleksi pribadi)

Dalam kawasan Pura Pajinengan Gunung Tap Sai, terdapat tiga sumber air suci, yaitu Tirta Bang, Tirta Putih, dan Tirta Selem. Tirta Bang dapat ditemukan di Pura Beji, sementara Tirta Putih masih harus didatangi dengan mendaki karena belum mengalir ke bawah. Tirta Selem, bagaimanapun, dapat ditemukan di pusat mandala utama pura. Semua ini adalah bagian dari upacara persembahyangan yang penting di Pura Pajinengan Gunung Tap Sai.

Selanjutnya memasuki kawasan Madya Mandala dimana terdapat palinggih Ganesha yang dimana beliau disebut sebagai Sang Hyang Ganapati dimana beliau sebgai Pelindung dan Kesejahteraan semua makhluk hidup, makannya beliau senantiasa dibuatkan arca disetiap saat kita memasuki pintu depan rumah masyarakat Bali karena beliau sebagai pelindung secara skala dan Niskala. Yang membuat di area pura ini sangat menarik terdapat pohon besar yang disakralkan yang berada di belakang palinggih Ganesha yang di percaya sudah berumur hampir 100 tahun.

Kawasan Madya Mandala (sumber : koleksi pribadi)

Setelah itu kita akan memasuki kawasan Utama Mandala, disinilah kita bisa melihat palinggih Tri Upasadana, Dimana Palinggih beliau bisa kita lihat disana. Disinilah kawasan utama pura ini yang dimana berada paling puncak dan melakukan proses persembahyangan terakhir. Selain itu terdapat juga pelinggih Lingga Yoni dimana palinggih ini sangat unik di mana palinggihnya dililiti akar pohon besar yang dimana palinggih ini sebagai tempat memohon keturunan atau anak yang merupakan salah dua tujuan orang kesini untuk di anugrahi keturunan yang belum kunjung datang, dimana kita harus menghaturkan 11 batang dupa (yang disimbolkan sebagai 11 tahapan persembahyangan) pada saat melakukan permohonan. Serta yang terakhir dilanjutkan persembahayangan di palinggih Ida Betari Ratu Niang Bungkut yang dimana sosok arca beliau berwujud nenek yang dimana kita berdoa akan ketenangan hati serta keselamatan layaknya sifat dari seorang nenek yang senantiasa menyayangi cucu-cucunya.

Ida Betari Ratu Niang Bungkut (sumber : koleksi pribadi)

Dari sini kita belajar ada makna menarik dari banyaknya tahapan dalam proses persembahyangan di Pura Pajinengan Tap Sai ini, yaitu ketekunan dan kesabaran serta hati yang tulus iklas, yang membuat kita secara tidak langsung melakukan itu yang dimana bagaimana kita dalam mencapai sebuah kesuksesan. Begitu berartinya makna ini jika kita sadar yang mengajarkan kita selain berdoa dan minta petunjuk kepada Yang Kuasa, kita lupa untuk melakukan perjuangan dan disiplim dalam menjalankan sesuatu untu mencapai kesuksesan.