Nuasen Karya: Harmoni Dedikasi dan Kebersamaan di Desa Adat Mengwitani
Aktivitas ini tidak bisa selesai dalam sehari dua hari, melainkan akan berlangsung hampir selama satu bulan. Nanceb Salon, dengan skala besar dan kompleksitas yang tinggi, memerlukan waktu yang cukup lama untuk memastikan setiap aspek sarana upacara dipersiapkan dengan sempurna. Krama desa adat dari masing-masing banjar berpartisipasi secara bergiliran dan terus-menerus, memastikan bahwa setiap detail sarana uparengga terpasang dengan baik dan sesuai dengan tradisi. Proses ini mencerminkan dedikasi, ketekunan, dan semangat gotong royong masyarakat Mengwitani, yang bekerja tanpa kenal lelah demi kesuksesan upacara besar ini. Meski membutuhkan waktu yang lama, setiap hari yang dihabiskan dalam persiapan ini menjadi bukti nyata dari rasa kebersamaan dan komitmen mereka terhadap nilai-nilai spiritual dan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
Upacara Yadnya Agung Ngenteg Linggih, Ngusabha Desa, dan Mapahayu Nini di Pura Desa dan Puseh, Desa Adat Mengwitani, Mengwi, Badung, kini telah memasuki tahap nuasen karya. Rangkaian upacara ini yang akan mencapai puncaknya pada tanggal 5 Oktober 2024, menjadi momen penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Mengwitani.
Nuasen Karya merupakan salah satu tahap awal yang sangat penting dalam rangkaian upacara besar di Bali, termasuk Yadnya Agung Ngenteg Linggih, Ngusabha Desa, dan Mapahayu Nini. Tahap ini menandai dimulainya persiapan spiritual dan material untuk seluruh rangkaian upacara. Nuasen Karya melibatkan berbagai aktivitas seperti pembuatan sarana upacara, dan persiapan bahan-bahan yang diperlukan untuk ritual. Selain itu, tahap ini juga melibatkan doa kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk memohon izin dan restu agar seluruh rangkaian upacara dapat berjalan lancar.
Nuasen Nyamuh
Acara Nuasen Karya di Pura Desa dan Puseh Desa Adat Mengwitani berlangsung dengan khidmat pada Budha Umanis Dukut, tanggal 3 Juli 2024. Upacara ini ditandai dengan dua kegiatan utama, yaitu Nuasen Nyamuh dan Nanceb Salon. Acara ini diawali dengan doa dengan sarana upakara tertentu yang dipimpin oleh Pemangku untuk memohon keselamatan dan kelancaran acara.
Nuasen Nyamuh adalah aktivitas yang menandai dimulainya pembuatan sarana jajan samuh, sejenis kue yadnya yang diolah dalam berbagai bentuk simbolis untuk keperluan upakara. Pembuatan jajan samuh ini dilakukan oleh para Serati istri, yang memerlukan keterampilan khusus. Jajan samuh tidak hanya berfungsi sebagai persembahan, tetapi juga sebagai simbol yang merepresentasikan berbagai makna spiritual dan filosofis, yang biasanya mencerminkan isi alam semesta dan perwujudan para dewa-dewi. Proses pembuatan jajan ini melibatkan dedikasi dengan setiap bentuk dan detailnya dipersiapkan dengan seksama untuk memastikan kesakralan dan kesempurnaan dalam upacara yang akan dilaksanakan. Melalui jajan samuh, masyarakat tidak hanya menyampaikan rasa syukur dan permohonan, tetapi juga menghubungkan diri mereka dengan kekuatan kosmis dan ilahi, memperkokoh hubungan harmonis antara manusia, alam, dan para dewa.
Sementara itu, Nanceb Salon adalah aktivitas besar yang melibatkan pembuatan berbagai sarana atau tempat upacara, memerlukan sumber daya yang besar dan menurunkan krama desa adat dari masing-masing banjar dalam jumlah yang signifikan. Meskipun cuaca hujan, hal ini tidak mengurangi semangat krama desa dalam ngayah. Dengan penuh dedikasi dan rasa tanggung jawab, mereka tetap berpartisipasi membuat berbagai sarana upacara sakral (uparengga) di area pura dan sekitarnya.
Nanceb Salon
Aktivitas ini tidak bisa selesai dalam sehari dua hari, melainkan akan berlangsung hampir selama satu bulan. Nanceb Salon, dengan skala besar dan kompleksitas yang tinggi, memerlukan waktu yang cukup lama untuk memastikan setiap aspek sarana upacara dipersiapkan dengan sempurna. Krama desa adat dari masing-masing banjar berpartisipasi secara bergiliran dan terus-menerus, memastikan bahwa setiap detail sarana uparengga terpasang dengan baik dan sesuai dengan tradisi. Proses ini mencerminkan dedikasi, ketekunan, dan semangat gotong royong masyarakat Mengwitani, yang bekerja tanpa kenal lelah demi kesuksesan upacara besar ini. Meski membutuhkan waktu yang lama, setiap hari yang dihabiskan dalam persiapan ini menjadi bukti nyata dari rasa kebersamaan dan komitmen mereka terhadap nilai-nilai spiritual dan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.