Daun Awar-awar: Manfaat yang Jarang Diketahui oleh Masyarakat

Di dalam tradisi pengobatan tradisional Bali, daun awar-awar dikenal memiliki beragam manfaat kesehatan. Salah satu praktisi yang mengkaji khasiat dan manfaat dari daun awar-awar dalam Usadha Taru Pramana, yaitu sebagai obat tuju, obat untuk diare dan obat digigit ular poleng atau belang

Dec 14, 2023 - 06:12
Dec 27, 2023 - 19:46
Daun Awar-awar: Manfaat yang Jarang Diketahui oleh Masyarakat
Daun Awar -awar (Sumber : Koleksi Pribadi)

Daun awar-awar, atau dalam bahasa ilmiahnya Ficus septica, adalah tanaman liar yang tumbuh luas di wilayah Bali, khusunya daerah pedesaan yang biasanya digunakan untuk makanan bagi sapi. Masyarakat di Bali banyak yang tidak tahu akan tanaman awar – awar ini, karena tanaman ini sering dikatakan bisa memicu gatal – gatal. Padahal tanaman ini memiliki manfaat pengobatan yang sangat banyak. Hal ini dikatakan dalam Usadha Taru Pramana yang dibukukan oleh Sri Jumadiah yaitu awar – awar bisa untuk obat tuju, ngutah mising dan obat digigit ular poleng atau belang.

 

Daun Awar - awar (Sumber : Koleksi Pribadi)

Dalam pengobatan tuju, dikatakan : titiang taru awar – awar, daging titiang panes, daun dumalada, babakan panes, getah panes, akah tis, anggen tamba tuju brahma, babakan tiang anggen loloh, ra madu, yeh asaban cenana. Artinya yaitu mengobati tuju brahma yang diambil yakni babakan atau keringkan batangnya yang dijadikan loloh atau obat minum. Babakan awar – awar ini kemudian dicampur dengan madu dan air cenana.

 

Untuk obat ngutah mising dikatakan : titiang wit awar – awar, daging dumalada, getah putih anget, akah dayuh, yan wenten anak ngutah missing, ambil titian makasami, ra kelapa matunu, isen mapanggang, santen kane, tahap. Artinya yaitu untuk pengobatan ngutah missing (diare), digunakan semua bagian awar – awar yang diisi dengan kelapa bakar, isen panggang, santen kane dan tahap.

 

Daun Awar - Awar (Sumber : Koleksi Pribadi)

Sementara untuk obat gigitan ular poleng atau belang yang digunakan adalah awar – awar brahma atau awar – awar yang warnanya agak kemerah – merahan. Dalam lontar dikatakan : titiang taru awar – awar brahma, daun titiang panes, babakan muang akah panes. Titiang dados angge tamba jatma gutgut lelipi poleng, ambil muncuk titiang, makanti ring mesui warirang bang, ulig, anggen ngurapin besehnia. Artinya dalah digunakan untuk pengobatan gigitan ular belang yaitu daunnya. Dicampur dengan mesui, belerang merah, lalu digerus dan dipakai untuk dioleskan kebengkak bekas gigitan ular tersebut