Desa Adat Guwang: Menghidupkan Tradisi, Seni, dan Kearifan Lokal Bali

Desa Adat Guwang di Gianyar, Bali, memancarkan keindahan tradisi dan seni Bali yang autentik. Kearifan lokal tetap hidup dalam setiap aspek kehidupan masyarakatnya. Desa ini adalah destinasi sempurna untuk merasakan keunikan budaya Bali yang sejati.

Jan 7, 2025 - 12:00
Jan 4, 2025 - 11:41
Desa Adat Guwang: Menghidupkan Tradisi, Seni, dan Kearifan Lokal Bali
Desa Adat Guwang (Sumber Foto:Koleksi Pribadi)

Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, Desa Adat Guwang yang terletak di Gianyar tetap memancarkan pesona tradisi dan kearifan lokal Bali. Desa ini tidak hanya menjadi saksi sejarah panjang Bali, tetapi juga rumah bagi seni dan budaya yang terus hidup hingga kini. Awalnya, desa ini dikenal sebagai Desa Girang. Pada abad ke-7 atau ke-8, wilayah ini merupakan bagian dari pemerintahan bersama dengan desa-desa sekitar, seperti Desa Ketewel, Desa Rangkan, dan Desa Sukawati. Seiring berjalannya waktu, Desa Girang mengalami perubahan kepemimpinan termasuk di bawah pemerintahan tiga arya keturunan Arya Kenceng. Setelah terjadi pergantian pemimpin, terjadi pula perubahan nama dari Desa Girang menjadi Desa Guwang, yang artinya orang bijaksana. Nama ini mencerminkan harapan akan kepemimpinan yang bijak dan adil. 

Patung Garuda (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Patung Garuda merupakan simbol dari Desa Guwang, melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan keberanian. Tidak hanya sebagai karya seni, patung ini juga menjadi maskot desa yang mencerminkan semangat masyarakat dalam menjaga dan melestarikan budaya Bali. Dalam budaya BaliGaruda memiliki makna spiritual mendalam sebagai wahana Dewa Wisnu, dewa pelindung yang membawa harmoni kesejahteraan. Keberadaan patung ini di tengah desa tidak hanya menjadi ikon estetika, tetapi juga menjadi simbol perlindungan dan kesatuan masyarakat. 

Guwang Tari Barong dan Keris (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Salah satu bentuk seni budaya yang terkenal di Bali ialah tari Barong. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara Barong dan Rangda yang merepresentasikan kebaikan dan kejahatan. Penampilan tarian ini biasanya dilakukan di pura yang di iringi dengan gambelan. Di Desa Guwang sendiri, tarian ini ditampilkan setiap hari di area Pura Dalem Desa Guwang untuk memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk menyaksikan keindahan budaya Bali. Selain itu, ditampilkannya tarian ini juga bertujuan untuk menyadarkan geneasi muda untuk ikut serta dalam melestarikan kebudayaan yang ada di tengah moderenisasi saat ini. 

Mepeed (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Mepeed merupakan salah satu tradisi yang ada di Desa Guwang. Biasanya saat ada upacara pujawali di Pura Desa dan Pura Dalem Desa Guwang. Setiap enam bulan sekali, masyarakat yang berada di banjar yang mendapat giliran ngamongan akan bergabung dalam prosesi ini. Mereka mengenakan pakaian adat Bali yang berwarna cerah dengan payasan atau riasan yang bervariasi, ada yang mengenakan payas agung adapula yang mengenakan payas modifikasi. Tradisi ini diikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, yang berjalan berderet dengan suara gamelan yang mengiringi.

Desa Guwang memiliki 7 banjar dinas dan setiap piodalan, giliran ngamongan diberikan kepada banjar yang berbeda. Apabila piodalan dilaksanakan di Pura Dalem, jalur mepeed dimulai dari Pura Dalem lalu terus berjalan lurus sampai di Patung Garuda, lalu belok kenan menuju Pura Cengceng. Apabila piodalan dilaksanakan di Pura Desa, maka jalurnya akan sama, sebab Pura Desa dan Pura Dalem berada di satu jalan yang sama. Biasanya mepeed akan dilaksanakan dari jam 16.00 WITA dan tiba di Pura Cengceng sekitar satu jam kemudian. Di Pura Cengceng, para pemangku dan banjar pengamong akan nuur tirta atau menyucikan sumber air, setelah selesai mereka akan kembali ke Pura Desa atau Pura Dalem melewati jalur yang sama. 

Ukiran Bali (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Selain tradisi mepeed, Desa Guwang juga terkenal dengan seni ukir yang terus dilestarikan oleh masyarakat setempat. Keahlian ukir ini tidak hanya dipertahankan sebagai warisan budaya, tetapi juga dijadikan peluang ekonomi. Banyak seniman ukir di desa ini yang menciptakan berbagai karya seni, mulai dari patung, ukiran kayu, hingga hiasan dekoratif untuk dijual. Karya-karya tersebut seringkali menghiasi pura-pura di desa ini serta dipasarkan di Pasar Seni Guwang, tempat dimana pengunjung dan kolektor dapat menemukan berbagai hasil seni ukir yang autentik. Setiap ukiran yang dihasilkan mencerminkan ketelitian dan kreativitas yang tinggi, serta nilai estetika yang melekat pada setiap detailnya. Dengan terus berkembangnya industri seni ukir, desa Guwang berhasil mempertahankan tradisi yang telah ada selama bertahun-tahun, menjadikannya pusat seni ukir yang dihargai di Bali. 

Desa Guwang memikat dengan keindahan alam dan budaya Bali yang kental. Dari Patung Garuda hingga tari Barong, setiap sudutnya menyuguhkan pengalaman yang berkesan, mencerminkan semangat masyarakat yang menjaga dan melestarikan warisan luhur. Mepeed yang diadakan setiap enam bulan sekali saat odalan menampilkan bahwa masyarakat masih menjaga tradisi ini. Selain itu, seni ukir yang berkembang pesat di Pasar Seni Guwang menunjukkan bagaimana kreativitas tetap hidup, sambil membuka peluang ekonomi bagi masyarakat. Desa Guwang ialah gambaran kehidupan Bali yang penuh dengan kedamaian, harmoni, dan kekayaan budaya yang terjaga.