Dramatisasi Apsara Apsari: Upacara Medeeng di Bali Utara
Menyelami keindahan budaya Bali Utara, kita bisa menemukan Upacara Medeeng. Persiapannya yang memakan waktu sebulan lebih menghasilkan momen-momen penuh arti, dihiasi dengan keanggunan dan kemegahan dalam pakaian adat. Parade barisan pemuda-pemudi simbolisasi apsara dan apsari, serta pasangan Dawang-Dawang yang menarik, memberikan pengalaman visual dan spiritual yang tak terlupakan sebagai warisan budaya Bali.
Medeeng adalah nama satu rangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan upacara kematian khas bali yaitu Ngaben. Upacara medeeng ini adalah upacara khas dari Buleleng, Bali Utara. Medeeng merupakan sebuah upacara yang lebih banyak melibatkan para kaum muda. Acara medeeng ini banyak memakan biaya apalagi jika riasan yang dipakai sangat mewah dan memang untuk biaya sewa pakaiannya pun juga tergolong mahal. Upacara adat medeeng ini membutuhkan persiapan waktu yang cukup lama yakni sekitar sebulan lebih.
Medeeng dilakukan sehari sebelum upacara Ngaben dengan membawa iring-iringan berupa bangkit atau wadah berukuran kecil yang biasanya diarak oleh anak-anak dan juga barisan muda-mudi secara berpasangan mengenakan pakaian adat khas Buleleng.
Para deeng umumnya diikuti oleh kawula muda, terutama mereka yang belum menikah. Mereka berpakaian upacara lengkap dengan hiasan yang serba warna keemasan. Bahkan ada juga yang menggunakan hiasan emas murni, terutama para deeng dari keluarga kaya. Mereka adalah simbolisasi para apsara (bidadara) dan apsari (bidadari) yang gagah dan cantik yang mengantar keberangkatan roh menuju nirwana.
Barisan Pemuda Pemudi Para Deeng (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pada barisan paling depan akan terlihat sepasang Dawang-dawang lanang (laki) dan wadon (perempuan) yang diusung oleh seseorang untuk mengiringi medeeng. Dawang-dawang memiliki keunikan tersendiri sehingga dapat menarik perhatian orang yang melihatnya. Pada wajah Dawang-dawang dibuat dengan rupa yang cantik dan tampan. Agar lebih feminim, Dawang-dawang wadon (perempuan) biasanya dikenakan pakaian tradisional, dilengkapi juga dengan memakai sanggul untuk menyesuaikan dengan wujud dari perempuan Bali seutuhnya. Sedangkan Dawang-dawang laki-laki dibuat dengan dandanan seperti laki-laki Bali. Dawang-dawang tersebut dibuat dengan postur tubuh yang gagah dan lebih tegap dibanding yang perempuan, menyesuaikan dengan bentuk tubuh seorang laki-laki pada umumnya.
Rupa Dawang-dawang yang cantik dan tampan tersebut membuat kesan Dawang-dawang tersebut tidak menyeramkan seperti halnya ogoh-ogoh. Dawang-dawang tersebut akan diusung dan berjalan sambil digoyang-goyangkan oleh pengusungnya, sehingga mereka terlihat seperti menari-nari.
Medeeng bukan hanya perpisahan dengan yang tercinta, tetapi juga sebuah upacara yang indah dan bentuk penghargaan pada warisan budaya yang begitu kaya di Bali Utara. Setiap langkah, warna, dan senyuman dalam upacara ini menjadi bukti hidup atas keberlanjutan kebudayaan yang memikat hati di pulau Bali.