Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja : Tempat Memohon Kesembuhan dan Keturunan
Pulau Bali, terkenal dengan keindahan alamnya, kebudayaan yang kaya, dan sejumlah tempat suci yang magis. Salah satu tempat suci yang jarang diketahui banyak orang adalah Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja. Tempat ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga memiliki fungsi sebagai mata air suci yang digunakan khususnya oleh Masyarakat Hindu Bali. Dalam artikel ini, kita akan mengetahui lokasi, Sejarah singkat, dan pentingnya Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja sebagai tempat untuk memohon kesembuhan dan keturunan.
Pulau Bali, terkenal dengan keindahan alamnya, kebudayaan yang kaya, dan sejumlah tempat suci yang magis. Salah satu tempat suci yang jarang diketahui banyak orang adalah Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja. Tempat ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga memiliki fungsi sebagai mata air suci yang digunakan khususnya oleh Masyarakat Hindu Bali. Dalam artikel ini, kita akan mengetahui lokasi, Sejarah singkat, dan pentingnya Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja sebagai tempat untuk memohon kesembuhan dan keturunan.
Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja atau yang bisa disebut Pura Tirta Yeh Sah terletak di Banjar Dinas Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Pura Klebutan ini berjarak kurang lebih 24 km dari pusat kota Karangasem. Waktu yang ditempuh untuk sampai ke mata air suci ini kurang lebih 51 menit apabila menggunakan kendaraan roda empat dan 48 menit apabila menggunakan kendaraan roda dua dari pusat kota Karangasem. Akses menuju mata air suci ini tidak sulit untuk dilalui dan dapat menggunakan aplikasi google maps.
Sejarah singkat mata air suci ini berkaitan dengan nama desa tersebut, yaitu Desa Muncan. Muncan berarti muncrat dalam Bahasa Indonesia. Muncrat (Muncan) disini diartikan sebagai air yang begitu besar datang (muncrat ke daerah ini) sehingga daerah ini terkikis oleh air yang begitu besar dan disebut dengan nama Belong. Belong memiliki arti yaitu lembah yang dipilih sebagai tempat penyucian oleh orang-orang suci dahulu. Belong ini juga difungsikan sebagai tempat pemelastian para pralingga ataupun alat-alat upacara yang terdapat di desa ini.
Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja pada zaman dahulu merupakan pusat mata air besar sejak tahun 1963. Pada saat erupsi Gunung Agung pada Februari tahun 1963 mata air ini sempat hilang dan tidak mengularkan air lagi. Namun seiring berjalannya waktu mata air ini kembali muncul dan dilestarikan oleh warga sekitar sebagai tempat penglungsuran tirta atau tempat penglukatan. Menurut Lontar Mantram Narayana dijelaskan bahwa ada 7 (tujuh) Sungai suci di surga dan 2 (dua) diantaranya turun kedunia menjadi sungai suci, yaitu Tukad Pakerisan yang hulunya berada di Tirta Empul Desa Tampak Siring Kabupaten Gianyar dan Tukad Yeh Sah yang berada di Pura Toya Sah Tlaga Dwaja Desa Muncan Kabupaten Karangasem.
Menurut tutur dan lontar-lontar di Pura Hulun Danu Batur, Pura Penulisan, dan Pura Toya Mampeh dijelaskan bahwa dari air suci Pakulun Bhatara Ulun Dhanu Batur diantaranya (muncrat) sebagai Tirta Sah Tlaga Dwaja dan Sahaning upacara sane katangiang ring prabhumian Bali patut kapuput dening Tirta Sah Tlaga Dwaja yang artinya segala upacara yang dilaksanakan di bumi bali ini harus di akhiri di Tirta Sah Tlaga Dwaja.
Menurut Lontar Arga Patra Puja yang Menyebutkan Puja Pamuput Upacara yaitu :
“Om sah, sah, sah, Rosah, sah lara raga danda utpata
Papa patakaning letuh, utpata upadrawa, sah saking tanana
Sah moksha tosah, ih sah, uh sah, ye nama swaha”
Sah Saking Tanana, Sah Moksah Tosah dapat diasumsikan bahwa tirta penyelesaian upacara yang sah dari surga adalah tirta dari mata air yang turun kedunia bukan dibuat oleh sulinggih ataupun pemangku tetapi dibuat sah oleh alam yaitu dari tirta klebutan Tukad Yeh Sah yang dimohon di Pura Toya Sah.
Kolam Utama Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja ini memiliki 1 kolam dengan air suci yang mengalir dari 11 pancoran secara terus menerus. Kolam tersebut adalah kolam utama yang digunakan untuk melakukan penglukatan. Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Bali khususnya Masyarakat sekitar desa muncan karena tempat ini dipercaya sebagai tempat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan memberikan kesuburan bagi pasangan yang menginginkan keturunan.
Air suci yang mengalir di Pura ini dianggap memiliki kekuatan penyembuhan. Orang-orang yang menderita penyakit serius sering datang ke Pura ini untuk melakukan ritual penyucian dengan harapan mereka akan sembuh. Menurut pengakuan salah satu warga, awalnya ia mengidap sakit diabetes. Setelah beberapa kali melukat disini, ia mengaku dirinya kini sudah sembuh dan sehat seperti sedia kala. Selain itu, Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja juga menjadi tempat yang penting bagi pasangan yang kesulitan memiliki keturunan. Mereka datang ke pura ini untuk memohon restu agar mereka diberi keturunan. Pasangan yang telah lama menantikan anak sering melakukan ritual melukat di Pura ini dengan harapan mereka untuk mendapatkan keturunan.
Tempat Persembahyangan Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Piodalan yang dilakukan di Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja ini dilakukan pada hari Anggara Kasih Juluwangi, namun pada hari-hari suci tertentu seperti purnama, tilem, ataupun bayu pinaruh masyarakat banyak yang berdatangan untuk melakukan pemelukatan disini. Masyarakat yang hendak melakukan pemelukatan di pura ini dapat membawa banten pejati dan klungah nyuh atau kelapa gading namun jika tidak, diperbolehkan hanya membawa canang sari saja.
Dalam kesimpulan, Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja adalah tempat suci atau tempat melukat yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Bali. Sejarahnya yang kaya dan perannya dalam memberikan kesembuhan dan berkah keturunan menjadikannya salah satu tempat yang sangat dihormati. Pura ini juga menjadi bagian penting dari budaya dan tradisi Bali yang harus dilestarikan dan dijaga dengan baik.