Misteri Tirta Suci: Pura Taman Beji Cengana dan Legenda 5 Bidadari Cantik Penjaga Kesucian Pura Beji
Pura Taman Beji Cengana merupakan Pura dengan adanya Beji yang terletak di Desa Adat Darmasaba Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Pura ini diyakini dijaga oleh 5 Bidadari cantik yang berstana di Pura tersebut. Di samping itu, masyarakat Desa Adat lokal dan warga dari luar desa percaya bahwa pancoran di Pura juga memberikan berkah penyembuhan bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam kesehatan mental atau gangguan spiritual.

Pura Taman Beji Cengana merupakan Pura dengan adanya Beji yang terletak di Desa Adat Darmasaba Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Pura ini diyakini dijaga oleh 5 Bidadari cantik yang berstana di Pura tersebut. Di samping itu, masyarakat Desa Adat lokal dan warga dari luar desa percaya bahwa pancoran di Pura juga memberikan berkah penyembuhan bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam kesehatan mental atau gangguan spiritual.
Sejarah singkat dari Pura Taman Beji Cengana ini berawal dari konon salah satu tetua di Desa Darmasaba akan membangun rumah. Dirinya kala itu harus mencari bahan bangunan, salah satunya berupa batu paras. Ketika mencari batu paras di tepi sungai, secara tidak sengaja terlihatlah sumber Tirta. Setelah menemukan sumber Tirta tersebut, orang tersebut kemudian membuat pancoran dengan menggunakan sebatang bambu.
Pura Taman Beji Cengana (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Kemudian, diceritakan bahwa pada masa pemerintahan wilayah Darmasaba, penguasanya bernama Ki Bendesa. Ki Bendesa memiliki hobi memancing dan menyiapkan bubu di tepi sungai. Beliau sering melewati area yang sebelumnya disebut sebagai taman pancoran pada saat itu.
Setiap pagi, Ki Bendesa menemukan bahwa bubu yang telah dipasangnya di sungai selalu diganti dengan daun pandan. Penuh rasa penasaran, Ki Bendesa akhirnya mencoba mencari tahu siapa yang sebenarnya mengganti pancoran yang telah dipasangnya. Dengan bersembunyi dan mengintip, beliau akhirnya menemukan bahwa yang mengganti pancoran tersebut adalah sekelompok wanita cantik yang dikenal sebagai Dedari, sedang mandi di pancoran.
Akhirnya, Ki Bendesa mencuri salah satu selendang wanita tersebut dan menjadikannya istrinya," dijelaskannya. Selama menikah dengan wanita cantik tersebut, Ki Bendesa lambat laun menjadi kaya. Pada masa itu, banyak tamu yang datang ke kediaman Ki Bendesa. "Setiap kali tamu datang, Ki Bendesa bisa menyediakan hidangan untuk mereka," katanya.
Pura Taman Beji Cengana (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Namun, ceritanya mengisahkan bahwa istri Ki Bendesa memberikan pesan agar suaminya tidak membuka tempat menanak nasi miliknya. "Hanya satu pesan saat istri pergi ke pasar, Ki Bendesa tidak boleh membuka tempat menanak nasi itu. Namun, karena rasa penasaran, Ki Bendesa melanggar larangan istri dan membuka tempat menanak nasi itu," dijelaskannya.
Ketika tempat menanak nasi itu dibuka, Ki Bendesa terkejut menemukan sehelai padi dan sehelai bulu ayam. Lama-kelamaan, Ki Bendesa tidak lagi bisa menyajikan hidangan untuk tamu-tamunya. Setelah kejadian itu, padi di tempat penyimpanan tersebut habis. Kemudian, selendang milik istri Ki Bendesa akhirnya ditemukan di bawah batu dan ketan hitam.
Sang istri pun berkeinginan pergi ke surga, namun anaknya ingin mengikuti ibunya. Namun, sang ibu memberi pesan, "Jika kamu ingin mencari ibu, carilah ibu di sumur." "Anaknya akhirnya tercebur ke sumur dan meninggal," katanya. Sumur tempat anak tersebut terjatuh akhirnya dibuatkan pelinggih, yang didirikan di Jeroan Mangku Dalem, Desa Adat Darmasaba, diberi nama Ratu Alit.
Cerita lainnya terkait keberadaan Pura Taman Beji Cengana berkaitan dengan perjalanan Sang Dang Hyang Niratha. Dia datang untuk melakukan pertapaan dengan maksud mencari aspirasi. Lama kelamaan, tempat tersebut digunakan sebagai tempat pertemuan. Dari cerita tersebut, kononlah muncul nama Desa Darmasaba.
Pura Taman Beji Cengana (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Ini ada kaitannya dengan Pura Buda Manis yang dibangun oleh Kebo Iwa. Akhirnya di Desa kami sampai saat ini memiliki 4 Banjar. Banjar Peninjoan konon berfungsi sebagai tempat meninjau rapat, Banjar Cabe karena, pada saat rapat di Pura Buda Manis banyak orang yang membludak datang, Banjar Menesa, dan Banjar Darmasaba.
Dikatakan, bagi krama yang datang melukat biasanya membawa haturan berupa Pejati, tentu dengan mendatangi pemangku desa terlebih dahulu. Pemangku nantinya akan menghaturkan haturan yang dibawa oleh krama yang akan melukat.
Ditanya mengenai pantangan bagi krama yang akan tangkil, Nyoman Jinga mengatakan tidak ada. Khusus bagi wanita yang sedang datang bulan, dianjurkan untuk tidak datang tangkil ke Pura Beji Taman Cengana.