Historis Tari Rejang Sutri : Tradisi Penolak Bala Khas Desa Batuan

Desa Batuan yang begitu lekat dengan seni dan budayanya, memiliki sebuah tradisi yang diyakini sebagai upaya penolak bala oleh masyarakat setempat. Tradisi ini dilaksanakan pada periode khusus yakni pada sasih kalima hingga kesanga. Mari jelajahi cerita di balik tradisi tari rejang sutri khas Desa Batuan.

Jan 5, 2024 - 15:06
Historis Tari Rejang Sutri : Tradisi Penolak Bala Khas Desa Batuan
Tari Rejang Sutri (Sumber : Koleksi Pribadi)

Kesenian di Bali jika di pandang dari perspektif Hindu mempunyai kedudukan yang sangat mendasar, karena kehidupan religi agama Hindu tidak bisa dilepaskan dari kesenian. Kesenian bukan hanya merupakan bentuk ekspresi artistik semata, melainkan juga berfungsi sebagai perantara atau bagian integral dari prosesi jalannya suatu yadnya atau upacara keagamaan. Dalam konteks ini, seni bukan hanya dianggap sebagai wujud keindahan visual, tetapi juga memiliki nilai sakral dan spiritual yang mendalam.

Desa Batuan, yang terletak di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, menjadi salah satu contoh kawasan yang masih kokoh dalam memelihara kesakralan tradisinya. Di Desa ini terdapat sebuah kesenian yang berkembang menjadi tradisi dan masih dijalankan sampai saat ini oleh masyarakat setempat yakni tari rejang sutri. Tari rejang sutri merupakan salah satu tari yang disakralkan oleh masyarakat di Desa Batuan. Tarian ini berbeda dengan tari rejang lainnya, dimana tari rejang sutri yang ada di Desa Batuan dipentaskan khusus pada awal sasih kalima (November) sampai akhir sasih kesanga, tepatnya saat hari ngembak geni

Pada periode dilaksanakannya tradisi ini, tari rejang sutri ditampilkan di area wantilan Pura Puseh lan Desa, Desa Batuan setiap malam mulai pukul 19.00 WITA. Tarian ini ditarikan oleh perempuan dari setiap banjar di Desa Batuan secara bergiliran tanpa adanya batasan umur tertentu asalkan tidak dalam kondisi cuntaka. Penari akan menggunakan pakaian adat madya, yang meliputi kamen, kebaya, dan selendang. Namun, ketika bertepatan dengan hari suci agama hindu seperti purnama, kajeng kliwon, dan hari-hari suci lainnya, para penari akan menggunakan pakaian dan tata rias yang lebih kompleks.

Tari Rejang Sutri (Sumber : Koleksi Pribadi)

Perbendaharaan gerak pada tari rejang sutri sangat sederhana, terdiri dari beberapa macam gerakan yang diulang-ulang menyesuaikan tempo gamelan yang cukup lambat. Penari memulai tarian mereka sepanjang wantilan, dimulai dari sisi barat, diiringi dengan seperangkat gamelan yang dimainkan oleh penduduk laki-laki dari Desa Batuan. Dengan gerakan yang sederhana, lembut dan harmonis, membuat semua warga setempat bisa menarikannya tanpa harus mempunyai kemampuan khusus dalam menari tarian Bali.

Adanya tari rejang sutri yang masih dilaksanakan sampai saat ini memiliki historis tersendiri menurut kepercayaan masyarakat Desa Batuan. Sepenggal kisah sejarah tari rejang sutri ini tertulis dalam Babad Dalem Sukawati. Dimana, adanya tari rejang sutri di Desa Batuan diyakini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap kisah pertempuran adu kesaktian I Dewa Gede Mecaling dengan I Dewa Babi pada zaman dahulu. Dalam taruhan tersebut, I Dewa Gede Mecaling kalah dan harus pergi meninggalkan Desa Batuan. Akan tetapi, I Dewa Gede Mecaling tidak terima atas kekalahannya dan berjanji akan menuntut balas dengan menebar wabah penyakit di Desa Batuan pada sasih Kalima hingga sasih Kasanga. Keresahan inilah yang menjadi awal munculnya tari rejang sutri di Desa Batuan.

Gocekan (Sumber : Koleksi Pribadi)

Serangkaian dengan dipentaskannya tari rejang sutri, setiap sore krama desa lanang atau laki-laki selalu berkumpul menggelar gocekan atau sabung ayam sebelum dimulainya tari rejang sutri. Gocekan ini diadakan di bagian utama mandala Pura Puseh lan Desa Batuan, yang dipercaya sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian I Gede Mecaling beserta pengikutnya yang sekiranya hendak mengganggu ketentraman masyarakat batuan.

Sebagai penutup dari keindahan dan historis yang terkandung dalam tarian rejang sutri Desa Batuan, kita dapat melihat betapa pentingnya keberlangsungan tradisi ini bagi masyarakat setempat. Tarian yang diwariskan secara turun-temurun ini bukan hanya menyajikan gerakan yang elok, melainkan membawa serta sejuta nilai budaya dan spiritual yang sangat bermakna. Desa Batuan, dengan gigihnya mempertahankan tari rejang sutri, menjadi penjaga keseimbangan antara keindahan seni dan nilai-nilai kultural yang turun-temurun.