Keindahan Tersembunyi Air Terjun Langgahan
Air Terjun Langgahan merupakan air terjun yang menyimpan banyak keindahan yang tidak diketahui oleh banyak orang. Air terjun yang sudah dibuka selama 3 tahun ini menawarkan kearifan alam yang memukau dan dijadikan tempat untuk berfoto dan membuat video vlog.
Air Terjun Langgahan merupakan air terjun yang terletak di Desa Langgahan, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, Bali yang memiliki pesona alam yang begitu luar biasa, mulai dari air terjun yang indah dan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara, hingga hal menarik lainnya yang ada di air terjun ini.
Namun ada hal menarik yang ada di air terjun Langgahan yang berada di Kecamatan Kintamani ini. Ketika saya berangkat dari kos Jimbaran menuju ke air terjun Langgahan yang memakan waktu sekitar 2 jam 45 menit yang dipandu menggunakan Google Map. Ketika saya sampai disana, saya masih bingung, mengapa jalanan ini berbatu dan rusak? Setelah saya berbicara dengan petani yang berada di Desa Langgahan, ternyata memang disini adalah tempat air terjun Langgahan, namun hanya bisa berjalan kaki ketika ingin bepergian menuju ke air terjun tersebut. "Jika ingin bepergian ke air terjun Langgahan yang bisa diakses oleh sepeda motor, maka pergilah ke air terjun Langgahan lagi satunya yang jalan aksesnya melewati desa Langgahan", ucap petani yang pulang dari sawah di Desa Langgahan.
Begitu saya mengingat kembali apa yang dikatakan oleh petani di Desa Langgahan, saya masih kesulitan untuk mencari air terjun Langgahan yang sesungguhnya. Akhirnya saya bertanya kepada pemilik warung di desa tersebut, dan akhirnya menunjukkan arah menuju ke air terjun Langgahan. Setelah saya mendapatkan arah menuju ke air terjun tersebut, saya pun berangkat dan dengan kecepatan sepeda motor yang normal sekitar 50 sampai 60 km/jam saya menelusuri jalan tersebut. Dan ketika saya melewati jalanan tersebut, terdapat jalan curam yang berisi tebing di sekitar dan ada papan peringatan “Hati-Hati Rawan Tanah Longsor” yang menjelaskan bahwa di jalan itu terjadi tanah longsor, tapi untungnya saya melewati jalanan tersebut tanpa adanya hujan.
Namun, masalah baru datang lagi ketika saya melihat ada dua buah jalan yang berada di depan saya, namun untungnya ada seorang ibu yang sedang mengambil bunga di dekat jalan. Saya pun bertanya kepada ibu itu, dan pada akhirnya ibu yang mengambil bunga menunjukkan arah untuk pergi ke air terjun Langgahan.
Begitu saya melewati area desa tersebut, saya disuguhkan dengan pemandangan yang indah dan desa Langgahan tersebut berada setelah saya melewati area persawahan. Tetapi saya masih ragu untuk pergi ke area jalan tersebut, sehingga saya bertanya kepada salah satu penduduk yang tinggal disana. Setelah diberikan arah oleh salah satu penduduk yang tinggal disana, saya langsung menuju ke tempat air terjun. Ketika saya melewati jalanan disana, bulu kuduk saya sedikit merinding dikarenakan jalanan yang sepi sekali dan curam sehingga saya harus lebih waspada terhadap jalanan yang ekstrim.
Setibanya disana, saya melihat tanda "Selamat Datang di Waterpark Langgahan Village" yang menandakan bahwa inilah tempat yang bisa dilalui oleh sepeda motor yang ingin menuju ke air terjun. Lalu saya melihat bule yang baru saja selesai berwisata di air terjun, sekitar empat orang bule yang pulang dari air terjun. Dan setibanya di air terjun, saya disambut hangat oleh seorang penjaga air terjun Desa Langgahan yang berjaga disana.
Untuk tiket masuk bagi wisatawan lokal dikenakan sepuluh ribu rupiah dan dua puluh ribu rupiah untuk wisatawan mancanegara atau internasional. Saya pun terpesona ketika sudah masuk ke dalam air terjun dan melihat air yang begitu mengalir deras di tebing itu. Setelah saya menikmati pemandangan air terjun, saya pun bertanya kepada penjaga tempat air terjun tersebut dan didapatkan informasi bahwa air terjun Langgahan mempunyai dua rute, rute pertama hanya bisa diakses dengan berjalan kaki sedangkan rute kedua bisa diakses oleh sepeda motor. Selain itu, air terjun yang saya kunjungi merupakan air terjun yang tidak hanya dijadikan oleh tempat wisata, namun tempat ini juga dipakai untuk melis atau melukat. Nama air terjun yang saya kunjungi yaitu “Waterpark Langgahan Pelisan Kangin” dan air terjun ini dikelola oleh Bumdes.
Sejuknya Air Terjun Langgahan Pelisan Kangin (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Nama Pelisan dalam kalimat “Waterpark Langgahan Pelisan Kangin” diambil dari kata “lis” yang artinya melis (pembersihan diri dari unsur negatif). Biasanya ketika hari raya besar Agama Hindu seperti hari raya Galungan dan Kuningan, Saraswati, Banyu Pinaruh banyak orang datang kesini untuk melukat agar mendapatkan anugrah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa sekaligus terhindar dari unsur negatif pada diri manusia. Dan tempat ini juga dijadikan sebagai penetral atau menghapus kekuatan ilmu hitam yang merasuki tubuh korban yang terkena santet. Ketika saya berbicara dengan penjaga air terjun Langgahan, ia menjelaskan kepada saya bahwa pernah ada kejadian dimana tamu dari Yogyakarta sengaja datang ke tempat ini untuk melepaskan pengaruh ilmu hitam yang ada di tubuhnya. Tetapi, sebelum masuk ke air terjun, setan yang bersemayam di dalam dirinya enggan memasuki air terjun tersebut sambil menangis, ucap sang penjaga air terjun tersebut.
Aliran Air Terjun Langgahan Pelisan Kangin (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Disana terdapat dua spot yang ada di air terjun tersebut, yaitu Langgahan Spot 1 dimana tempat orang sering melakukan ngelis atau melukat dan juga jalur utama untuk melihat air terjun secara langsung. Sedangkan Langgahan Spot 2 merupakan area yang dipenuhi oleh batu, namun air disana cukup deras. Untuk jam buka air terjun ini dimulai dari jam delapan pagi sampai jam tujuh malam Waktu Indonesia Tengah, namun kata seorang penjaga air terjun disana mengatakan bahwa jam tutup air terjun ini tidak menentu, bisa jam lima ataupun jam enam sore.
Setelah saya berbicara dengan seorang penjaga air terjun disana, saya pun pulang di malam hari. Dan di malam hari udara di Kintamani begitu dingin dan banyak embun sehingga pandangan jalan sedikit berkurang dan badan saya kedinginan ketika pulang mengendarai sepeda motor sendirian. Namun saya kembali ke kos di Jimbaran dengan keadaan selamat.