Khasiat Bangle Sebagai Obat Tradisional Bali
Bali merupakan pulau yang memiliki keberagaman budaya dan tradisi yang kental, sehingga hal tersebut membuat bali terkenal bukan hanya di indonesia bahkan sampai ke penjuru dunia. Ternyata, selain dari pada budaya dan tradisi bali juga memiliki berbagai macam pengobatan tradisional bali yang disebut dengan usadha dimana dalam pembuatan usadha tersebut menggunakan berbagai macam kombinasi tanaman atau rempah-rempah yang ada di bali, salah satunya adalah Bangle, dimana bangle terdapat pada usadha dalem dan usadha tiwang. usadha tiwang berfokus pada penyakit yang memiliki beberapa gejala seperti badan meluang sedangkan usadha dalem berfokus pada penyakit dalam.
Usadha adalah ilmu pengetahuan yang membahas terkait pengobatan tradisional yang ada di bali dengan memanfaatkan kekayaan rempah-rempah yang ada dibali. Bali memiliki berbagai macam rempah-rempah yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional seperti kunyit, tabia bun, jahe, isen dan masih banyak lagi. Salah satu rempah-rempah yang sering digunakan untuk pengobatan tradisional bali adalah bangle.
Bangle adalah salah satu usadha bali yang sering digunakan untuk dimanfaatkan sebagi pengobatan tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat yang dapat membantu dalam mengobati penyakit. Hal ini sudah dipercaya oleh masyarakat bali secara turun-temurun. Pengobatan tradisional bangle merupakan salah satu pengobatan pada usadha dalem, dimana usadha dalem adalah usadha yang yang berfokus pada pengobatan penyakit dalam terutama penyakit tuju. Didalam lontar usadha dalem memuat 10 jenis penyakit tuju dengan gejala atau tanda-tanda yang berbeda seperti, penyakit gila, barah, buh, badasa, gering agung atau kusta lepra, gudig, kurap gatal dan hangus, gigitan ular, gigitan anjing, obat muka, penyakit kulit, penyakit perut.
Didalam lontar usadha dalem biasanya menggunakan berbagai macam jenis bahan rempah yang dikombinasikan dalam membuat suatu obat tradisional seperti dijadikan lulur, boreh, ramuan dan masih banyak lagi. Tanaman yang digunakan pada usadha dalem ada berbagai macam tanaman seperti adas, bangle, cempaka kuning, daun intaran, jeruk nipis, jeruk purut, kunir, lengkuas, liligundi, musi, teriketuka, kenanga, pule, pala, sembung dan masih banyak lagi rempah yang digunakan. Tanaman-tanaman atau bahan-bahan tersebut merupakan pelengkap yang digunakan untuk membuat suatu obat yang dipercaya memiliki khasiat dalam menyembuhkan penyakit.
Selain daripada usadha dalem, bangle juga tertuang dalam lontar usadha tiwang, dimana usadha tiwang berfokus pada pengobatan penyakit yang memiliki gejala seperti badan terasa meluang, sakit dan ngilu, gelisah, mata mendelik, otot kaku bahkan sampai pingsan.
Rimpang Bangle (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Bangle sendiri memiliki bentuk hampir sama seperti jahe, sehingga seringkali masyarakat salah dalam menafsirkan bangle dan jahe. Kedua tanaman ini memang mirip dan juga mengandung khasiat yang berguna dalam pengobatan tradisional. Tapi ada beberapa perbedaan yang mendasar antara bangle dan jahe adalah jahe memiliki cita rasa yang khas dan enak, sedangkan bangle tidak memiliki rasa enak melainkan sedikit pedas dan sangat pahit, bangle memiliki ukuran yang lebih besar daripada jahe dan kulit bangle lebih hitam dan sedikit berkerut dibandingkan jahe.
Didalam usadha tiwang, bangle digunakan untuk mengobati penyakit Tiwang Bangke yang dimana keadaan seseorang tergeletak seperti mayat dan Tiwang Sasah Bangke yang penyakitnya seperti menusuk-nusuk sampai kepunggung. Untuk memaksimalkan kegunaan bangle sebagi obat tradisional bali, dalam lontar usadha dalem bangle dikombinasikan dengan berbagai macam rempah-rempah yaitu untuk mengobati penyakit tuju yang tertuang dalam lontar usadha dalem dengan bunyi “Ta, wdak salwirraning tuju, sa, wwan kucubung kasyan, wwan campaka kuning, bangle, trikatuka, ulig” yang berarti Obat lulur atau boreh segala penyakit tuju sarananya adalah daun kecubung kasyan, daun cempaka kuning, bangle, trikatuka, digerus. Kemudian “Ta, edan, anembang, sa, kajanti, daringon, bwang ptak, mica, bangle, gamongan, jahe, temu ireng, sindrong, banu tuli, puhakna, astawaken” yang berarti Obat untuk gila yang suka menyanyi itu sarananya adalah kajanit, daringon, bawang merah, merica, bangle, lempuyang, jahe, temu hitam, isinrong, air yang berasal dari lubang pohon, tutuhkan dan mantrakan. Manuskrip tersebut merupakan beberapa pengobatan yang ada didalam usadha dalem dengan menggunakan bangle dan masih banyak lagi kombinasi pengobatan bahan-bahan yang melibatkan bangle. Selain daripada itu, masyarakat bali biasanya juga menggunakan bangle untuk dibuatkan boreh atau lulur yang dipercaya sebagai penurun panas, dimana dalam pembuatan boreh bangle hanya memerlukan rimpang dari bangle. Cara dalam membuat boreh bangle adalah tumbuk rimpang bangle sampai halus, kemudian campurkan dengan sedikit air, setelah tercampur maka oleskan boreh bangle ke area tubuh yang panas, maka panas badan akan lekas membaik.
Selain bangle digunakan sebagai boreh, bangle juga digunakan sebagai loloh atau jamu. Cara pembuatanya adalah rimpang bangle dicuci terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan memarut rimpang bangle, kemudian hasil parutan bangle diperas dan disaring untuk mendapatkan ekstrak dari rimpang bangle, setelah itu ditambahkan dengan bahan pelengkapnya yaitu madu dan telur bebek, campur ketiga bahan sampai tercampur merata, setelah bahan telah tercampur merata maka loloh bangle siap untuk dikonsumsi. Selain daripada kegunaan bangle sebagai obat tradisional, bangle juga digunakan sebagai pelengkap bumbu dapur yang dimana biasanya bangle berguna untuk menghilangkan bau amis, khusunya pada saat memasak daging sapi.
Bangle dengan nama latin Zingiber purpureum Roxb juga dipercaya oleh masyarakat luar bali sebagai obat penurun panas(antipiretik), Peluru Kentut(Karminatif), Peluru Dahak(ekspektoran), Pembersih Darah dan obat cacing. Dikatakan masyarakat Suku Jawa yang menetap di Sumatera Utara percaya bahwa selain sebagai penyembuh penyakit, bangle juga memiliki nilai budaya yang sangat kuat. Nilai budaya yang diterapkan secara turun temurun tersebut adalah penggunaan bangle pada bayi yang baru lahir. Gerusan bangle dioleskan pada dahi bayi yang baru lahir pada saat sore hari. Menurut pituturan dari ibu-ibu suku jawa hal tersebut dilakukan agar bayi terhindar dari gangguan buruk seperti gangguna dari makhluk halus karena bangle memiliki bau khas yang tidak disukai oleh makhluk-makhluk astral tersebut.
Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa bangle memiliki berbagai macam khasiat dan kegunaan yang dapat membantu masyarakat.Selain itu bangle juga mudah untuk didapatkan, anda hanya perlu membelinya dipasar atau bisa menanam sendiri, sehingga anda bisa meminimalisir pengeluaran untuk membeli obat-obatan modern yang khasiatnya tidak jauh berbeda.