Kisah Dewi Sati: Pengorbanan Agung Sang Dewi demi Dewa Siwa

Legenda Dewi Sati, istri pertama Dewa Siwa, sebagai simbol cinta, kesetiaan, dan pengorbanan. Istilah "Sati" berarti wanita berbudi luhur, dan dalam trradisi India, seorang wanita yang melakukan sati dipandang sebagai dewi yang langsung masuk surga. Dewi Sati, yang juga dikenal sebagai Dakshayani, merupakan dewi yang melambangkan umur panjang dan keharmonisan dalam pernikahan. Sebagai pasangan pertama Dewa Siwa, Dewi Sati terkenal karena karakternya yang penuh semangat, dengan sikap yang tegas dan menakutkan, namun juga penuh kasih dan kelembutan secara alami.

Sep 24, 2025 - 22:00
Nov 15, 2024 - 21:55
Kisah Dewi Sati: Pengorbanan Agung Sang Dewi demi Dewa Siwa
Dewi Sati menyebur ke api yajna protes terhadap penghinaan yang diterima suaminya. (Sumber: Koleksi Pribadi)

Legenda Dewi Sati, istri pertama Dewa Siwa, sebagai simbol cinta, kesetiaan, dan pengorbanan. Istilah "Sati" berarti wanita berbudi luhur, dan dalam trradisi India, seorang wanita yang melakukan sati dipandang sebagai dewi yang langsung masuk surga. Dewi Sati, yang juga dikenal sebagai Dakshayani, merupakan dewi yang melambangkan umur panjang dan keharmonisan dalam pernikahan. Sebagai pasangan pertama Dewa Siwa, Dewi Sati terkenal karena karakternya yang penuh semangat, dengan sikap yang tegas dan menakutkan, namun juga penuh kasih dan kelembutan secara alami.

Dewa Siwa sering dihubungkan dengan Dewi Parwati, istri tercintanya. Namun, Dewi Parwati sebenarnya adalah istri kedua Siwa, sedangkan cinta pertamanya adalah Dewi Sati. Sati, yang merupakan personifikasi energi perempuan ilahi, terlahir sebagai manusia atas kehendak Brahma, sang Pencipta. Ia dilahirkan sebagai putri Daksha Prajapati, yang merupakan putra Brahma, sehingga Sati juga dikenal sebagai Dakshayani. Nama "Sati" diberikan oleh Daksha karena ia adalah cucu Brahma, dan nama tersebut diambil dari bentuk feminin dari "Kebenaran", yang disebut "Sati".

Brahma, ayah dari Daksha, menginginkan Sati untuk menikahi Dewa Siwa. Ia berharap agar Sati dapat membawa Siwa keluar dari masa penebusan dosa yang sedang dijalankannya. Sejak kecil, Sati sudah mengagumi Siwa dan dengan pengabdian penuh, ia memutuskan untuk hanya menikah dengan Siwa. Meskipun banyak raja kaya dan berkuasa melamarnya, Sati menolak mereka semua karena cintanya yang tulus hanya ditujukan kepada Dewa Siwa.

Dewi Sati merayu Dewa Siwa. (Sumber: Koleksi Pribadi)

Untuk memenangkan hati Dewa Siwa, Dewi Sati melepaskan semua kenyamanan hidupnya, meninggalkan orang tuanya, dan pergi ke dalam hutan yang terpencil. Sati menyadari bahwa satu-satunya cara untuk memenangkan cinta Siwa adalah melalui penebusan dosa. Dewi Sati pun mulai berpuasa dan mengucapkan mantra suci sebagai bentuk penebusan dosa. Meskipun kondisi alam sangat ekstrem dengan cuaca dingin yang tak bersahabat, Sati tetap teguh bermeditasi demi Dewa Siwa.

Akhirnya, upaya dan pengabdian Sati membuahkan hasil. Dewa Siwa, terkesan oleh kesetiaan dan pengorbanannya, memutuskan untuk menampakkan diri di hadapannya. Sesuai dengan keinginan Sati, Dewa Siwa setuju untuk menikahinya. Sati merasa sangat bahagia, dan setelah itu ia kembali ke istananya, menunggu dengan penuh harap saat Siwa akan datang untuk menikahinya. Dewi Shakti, yang berinkarnasi sebagai Sati, merupakan avatar pertama yang lahir di dunia manusia. 

Ayah Dewi Sati, Daksha sedang melakukan yajna. (Sumber: Koleksi Pribadi)

Ketika Daksha mengadakan upacara Yajna, ia mengundang semua dewa kecuali Dewa Siwa dan Dewi Sati. Sati merasa sangat sedih karena tidak menerima undangan tersebut. Meskipun Dewa Siwa menentang keinginannya, Sati tetap bersikeras untuk menghadiri acara itu. Namun, saat tiba di istana, ayahnya, Raja Daksha, memperlakukannya dengan tidak hormat. Daksha menghina Sati dengan mengatakan bahwa putri-putrinya yang lain lebih mulia dan layak dihormati daripada Dewa Siwa dan dirinya.

Sati tidak mampu menanggung ketidakhormatan ayahnya terhadap suaminya. Kemudian Dewi Sati mendekati para sadas (daerah tempat pengorbanan di mana imam utama duduk). Sati bergemuruh: “Suami saya, Tuan Penguasa telah dihina tanpa alasan yang baik. Tidak ada kesalahan di dalam Dia. Dikatakan di dalam kitab suci bahwa mereka yang mencuri pengetahuan, mereka yang mengkhianati seorang Guru dan mereka yang mencemarkan Tuhan adalah orang yang berdosa besar dan harus dihukum.”

Dewi Sati mengorbankan dirinya ke dalam api suci. (Sumber: Koleksi Pribadi)

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Dewi Sati melemparkan dirinya ke dalam api suci yang menyala, mengorbankan dirinya sebagai bentuk protes terhadap penghinaan yang diterima suaminya. Dengan tindakan tragis ini, upacara yajna yang dilakukan oleh Daksha menjadi tercemar dan terhenti. Para undangan, yang ketakutan akan kutukan akibat tindakan Sati, segera melarikan diri dan menghilang dari tempat upacara, takut akan konsekuensi dari kemarahan dewa-dewa.

Ketika Dewa Siwa mendengar tentang kematian tragis Dewi Sati dan penghinaan yang dilakukan oleh Daksha, ia menjadi sangat marah. Dari ujung rambutnya, Siwa menciptakan makhluk perkasa bernama Veerbhadra. Veerbhadra, dengan kekuatan dahsyatnya, menyerang Raja Daksha dan merobek kepalanya, lalu melemparkannya ke dalam api suci yang sama di mana Sati mengorbankan dirinya. Namun, agar upacara Yajna tidak dibiarkan tak selesai, para dewa memutuskan bahwa Daksha harus dihidupkan kembali. Mereka kemudian menempatkan kepala kambing pada tubuh Daksha untuk mengembalikan nyawanya, dan upacara pun dapat diselesaikan.

Dengan rasa sedih yang mendalam, dewa Siwa mulai mengembara membawa mayat Sati di pelukannya. Siwa memulai tarian penghancuran alam semesta. Untuk menyelamatkan alam semesta, dan untuk menghancurkan keterikatan dengan dewa siwa ini, dewa Wisnu dengan chakra sudarshannya memotong tubuh Sati menjadi beberapa bagian. Potongan tubuh Sati jatuh di tempat yang berbeda dan ini disebut Shakti Peeths atau tempat peribadatan (kuil).

Files