Makna dan Prosesi Upacara Rsi Bojana di Desa Adat Nyuh Aya: Sebuah Tradisi Suci dalam Karya Desa
Upacara Rsi Bojana di Desa Adat Nyuh Aya, sebuah tradisi penghormatan kepada orang-orang suci dalam agama Hindu Bali. Di Desa Adat Nyuh Aya, upacara ini bukan sekadar ritual, tetapi juga simbol dari nilai luhur dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Artikel ini menguraikan sejarah Desa Adat Nyuh Aya, yang terkait erat dengan Arya Kepakisan dan peninggalannya yang sakral. Dalam rangkaian upacara Rsi Bojana, masyarakat desa menyajikan persembahan serta tari-tarian sakral seperti Tari Rejang Dewa,
Rsi Bojana adalah salah satu bentuk persembahan suci dalam tradisi Hindu Bali, yang secara khusus ditujukan kepada orang-orang suci yang berperan dalam melancarkan seluruh rangkaian upacara besar. Persembahan ini merupakan bentuk penghormatan yang diberikan melalui Rsi Yadnya, suatu upacara khusus yang ditujukan bagi orang-orang suci dalam agama Hindu. Dalam konteks yang lebih luas, umat Hindu di Bali kerap kali mendengar istilah Rsi Bojana atau Rsi Bhojana terkait dengan pelaksanaan berbagai jenis upacara yadnya, seperti Dewa Yadnya (seperti Ngenteg Linggih), Pitra Yadnya (seperti Sawa Wedana), dan Rsi Yadnya (seperti Padiksan), yang biasanya diikuti dengan pelaksanaan upacara Rsi Bojana.
Upacara Rsi Bojana di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Secara etimologis, kata "Rsi" berarti "orang suci," yang dalam hal ini merujuk pada pemimpin atau pemuput upacara yadnya atau karya, sementara "Bhojana" berarti "rayunan" atau "makanan." Dengan demikian, Rsi Bojana dapat diartikan sebagai persembahan makanan yang diberikan untuk menghormati para pemuput yadnya yang telah berperan dalam melancarkan rangkaian upacara.
Kedatangan Sulinggih di Lokasi Upacara Rsi Bojana (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Di Desa Adat Nyuh Aya, upacara Rsi Bojana menjadi bagian penting dari karya desa, yakni rangkaian ritual adat yang melibatkan seluruh masyarakat desa. Tradisi ini tidak hanya memperkuat ikatan spiritual antara masyarakat dengan para leluhur dan orang-orang suci, tetapi juga mempererat hubungan sosial di antara sesama warga desa. Melalui upacara Rsi Bojana, masyarakat Desa Adat Nyuh Aya menjaga kelangsungan nilai-nilai tradisional mereka, memperkuat identitas budaya, dan menunjukkan rasa syukur atas berkah yang telah diterima.
Desa Adat Nyuh Aya (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Sekilas tentang Desa Adat Nyuh Aya, desa ini memiliki sejarah panjang yang sarat dengan nilai-nilai tradisi dan spiritualitas dalam budaya Bali. Berdasarkan catatan sejarah, desa ini diyakini didirikan oleh Arya Kepakisan, seorang bangsawan yang datang ke Bali pada tahun 1352 M sebagai utusan Raja Majapahit untuk mendampingi Dalem Sri Kresna Kepakisan. Setelah menjalankan tugasnya membantu menenangkan wilayah Bali, Arya Kepakisan kemudian menetap di daerah ini, yang saat itu dikenal karena adanya pohon kelapa besar yang bercahaya atau disebut Nyuh Aya. Pohon tersebut dianggap sebagai tanda suci, yang lalu menjadi nama desa ini.
Sebagai penanda desa, Arya Kepakisan membawa pohon Taru Agung atau Taru Rangsana, pohon angsana (Pterocarpus indicus) yang memiliki getah berwarna merah darah, sebuah simbol unik yang berasal dari tanah leluhurnya di Jawa Timur. Pohon ini masih berdiri tegak di Pura Kawitan Arya Kepakisan di Desa Adat Nyuh Aya, yang kini menjadi pusat spiritual bagi keturunan Arya Kepakisan, atau Prati Sentana, yang tersebar di seluruh Bali. Di Pura Kawitan ini, masyarakat desa melakukan berbagai upacara yadnya untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta menghormati roh leluhur mereka.
Tradisi di Desa Adat Nyuh Aya terus dipertahankan hingga kini melalui berbagai ritual adat, seperti upacara Rsi Bojana yang menjadi bagian penting dalam karya desa. Di desa ini, karya desa bukan hanya sekadar ritual rutin, tetapi merupakan manifestasi nilai-nilai luhur yang dijunjung masyarakat sebagai penghormatan terhadap leluhur dan sebagai wujud ketaatan mereka terhadap adat. Tradisi ini juga menjadi simbol keberlanjutan budaya dan spiritualitas yang diwariskan dari generasi ke generasi, menguatkan identitas masyarakat Desa Adat Nyuh Aya dalam kehidupan mereka.
Upacara Rsi Bojana di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Karya desa di Desa Adat Nyuh Aya merupakan rangkaian upacara besar yang melibatkan berbagai tahapan ritual untuk mempersembahkan penghormatan dan doa kepada leluhur serta memohon keselamatan bagi seluruh masyarakat desa. Berdasarkan informasi yang tercantum dalam jadwal, karya desa ini mencakup berbagai upacara, mulai dari Matur Piuning, Melasti, Mapepada Tawur, hingga acara puncak seperti Puncak Karya Pengenteg, yang melibatkan ritual besar dengan tujuan menyucikan alam dan menjaga keharmonisan kehidupan.
Salah satu komponen penting dalam rangkaian upacara ini adalah Rsi Bojana, yang dilaksanakan pada 28 Oktober 2024. Rsi Bojana adalah persembahan khusus untuk orang suci Hindu yang telah berperan sebagai pemimpin upacara atau pemuput yadnya dalam rangkaian acara ini. Acara ini biasanya dilakukan sebagai bentuk penghormatan dalam rangkaian Rsi Yadnya dengan mempersembahkan berbagai hidangan sebagai simbol penghormatan kepada orang suci. Hidangan-hidangan ini, yang disebut bhojana, merupakan wujud rasa syukur atas jasa-jasa para pemuput yang telah melancarkan upacara.
Pada tanggal pelaksanaan, Rsi Bojana diiringi dengan beberapa ritual tambahan seperti Nyineb, Mendem Bagia Pula Kerti, dan Ngaturang Jauman, yang merupakan bagian dari ritual pengantar dan penutup bagi rangkaian upacara tersebut. Ritual-ritual ini menunjukkan kesungguhan umat Hindu di Desa Adat Nyuh Aya dalam menjalankan tradisi secara penuh dan mendalam. Melalui upacara Rsi Bojana, masyarakat desa memanjatkan doa bagi kelancaran dan keberkahan, serta sebagai bentuk terima kasih atas berkat yang telah diterima.
Upacara Rsi Bojana tidak hanya menambah kekhidmatan karya desa, tetapi juga mencerminkan penghormatan yang mendalam kepada orang-orang suci yang telah mendedikasikan hidupnya bagi umat. Hal ini menciptakan harmoni antara manusia dan alam, serta memperkuat tali spiritual dalam komunitas Desa Adat Nyuh Aya.
Upacara Rsi Bojana di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Prosesi Rsi Bojana di Desa Adat Nyuh Aya merupakan momen penting dalam rangkaian karya desa, yang ditujukan untuk menghormati para orang suci yang berperan sebagai pemimpin spiritual atau pemuput dalam upacara. Suasana acara ini penuh khidmat dan semarak, karena masyarakat desa bersama-sama menyambut kehadiran para orang suci yang menjadi tamu utama dalam perjamuan suci ini.
Prosesi diawali dengan persiapan berbagai hidangan persembahan, yang ditempatkan secara teratur di area perjamuan. Hidangan ini disiapkan khusus sebagai simbol bhojana atau santapan yang dipersembahkan kepada para orang suci, sesuai dengan tradisi dalam Rsi Yadnya. Dalam suasana yang penuh hormat, para undangan yang terdiri dari orang-orang suci menerima persembahan ini sebagai bentuk penghormatan dari masyarakat desa.
Acara Rsi Bojana juga dimeriahkan dengan berbagai tari-tarian sakral khas Bali yang memiliki makna mendalam dalam upacara keagamaan. Salah satu tarian yang ditampilkan adalah Tari Rejang Dewa, sebuah tarian sakral yang biasanya dibawakan oleh para wanita desa sebagai persembahan kepada para dewa. Tarian ini diikuti dengan Tari Baris Gede, yang mencerminkan kegagahan dan jiwa kepahlawanan, serta menggambarkan rasa bakti masyarakat kepada leluhur.
Tari Baris Gede, Tari Rejang Dewa, Tari Topeng Tua, dan Tari Rejang Renteng (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Selain itu, terdapat pula beberapa tarian topeng yang memperkaya suasana upacara, termasuk Tari Topeng Tua dan Penasar. Tari Topeng Tua menampilkan karakter seorang tua bijaksana, yang melambangkan kearifan dan kebijaksanaan leluhur. Sementara itu, Penasar berperan sebagai narator yang menjelaskan kisah-kisah dalam tarian dan membawa pesan moral kepada para penonton. Tarian-tarian ini tidak hanya memperindah upacara, tetapi juga memperkuat nuansa spiritual yang mengiringi Rsi Bojana.
Keseluruhan prosesi Rsi Bojana di Desa Adat Nyuh Aya mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Bali dalam menghormati pemimpin spiritual mereka dan merayakan ikatan suci dengan leluhur serta para dewa. Melalui upacara ini, masyarakat berharap untuk mendapatkan berkah dan kelancaran dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus melestarikan warisan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.