Nasi Yasa: Filosofi dan Cara Membuat Persembahan Makanan Suci dalam Melakukan Yadnya
Nasi Yasa merupakan salah satu makanan tradisional masyarakat Bali yang biasanya disajikan setelah melakukan suatu Yadnya atau persembahan suci. Nasi Yasa bermakna sebagai simbol terima kasih bagi mereka yang telah menawarkan jasanya pada suatu upacara keagamaan. Komponen utama yang ada di dalam Nasi Yasa adalah nasi kuning dengan campuran berbagai macam lauk pauk.
Nasi Yasa atau Nasi "Jasa" merupakan salah satu makanan tradisional masyarakat Bali yang biasanya disajikan kepada mereka yang telah melakukan ngayah. Ngayah dalam hal ini berarti membantu bekerja dalam suatu upacara keagamaan. Nasi Yasa ini biasanya dibagikan setelah melakukan suatu Upacara besar atau melakukan suatu Persembahyangan.
Nasi Yasa terdiri dari dua kata, yaitu Nasi dan juga Yasa. Nasi merupakan makanan pokok masyarakat indonesia, sedangkan kata Yasa berasal dari bahasa jawa kuno yaitu Jasa yang memiliki arti suatu kegiatan atau perbuatan yang terpuji dan juga luhur. Sehingga, Nasi Yasa diberikan kepada orang-orang yang berjasa dalam membantu suatu upacara keagamaan. Nasi yasa memiliki komponen utama yaitu nasi kuning yang memiliki makna filosofis yang sangat dalam.
Dalam Lontar Tutur Kanda Sangakulun membahas mengenai konsep Dewata Nawa Sanga atau 9 arah penjuru mata angin yang masing-masingnya memiliki warna khusus. Warna kuning berkedudukan di arah Barat dengan Mahadewa sebagai dewa utamanya. Berdasarkan hal ini, Nasi kuning dilambangkan sebagai kemuliaan, kebijaksanaa, dan juga keagungan. Hal ini dikaitkan dengan Mahadewa yang merupakan perwujudan Kemuliaan dan Kebijaksanaan.
Komponen dan Bahan Pembuatan Nasi Yasa (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Untuk membuat Nasi Yasa diperlukan beberapa bahan-bahan utama agar filosofi serta ciri khas dari Nasi Yasa tetap melekat hingga akhir proses pembuatannya. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Nasi Yasa antara lain:
- Tamas
- Nasi Kuning
- Terong, Timun, dan Kemangi
- Telur
- Ayam
- Udang
- Ikan Teri atau Be Gerang
- Kacang, Serundeng, dan Sambal Uyah atau Garam.
Selain dari bahan-bahan di atas, dapat ditambahkan lauk pelengkap agar hasil akhir dari Nasi Yasa dapat lebih menarik. Bahan-bahan atau lauk pauk yang dapat ditambahkan adalah seperti sate ayam, gerang atau lindung, sayur pare, dan lain sebagainya. Namun, bahan-bahan yang sebaiknya ada di dalam Nasi Yasa adalah seperti yang disebutkan di atas.
Nasi Kuning dalam Pembuatan Nasi Yasa (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Proses pembuatan nasi kuning pada Nasi Yasa tidak jauh berbeda dari proses pembuatan nasi kuning pada umumnya. Untuk membuat nasi kuning pada Nasi Yasa dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Pertama-tama Siapkan beras, santan, kunyit, daun salam, dan sereh. Selanjutnya, beras dikukus selama 15-30 menit di air yang mendidih.
Siapkan santan, kunyit, daun salam, dan sereh lalu masak bahan-bahan tersebut hingga mendidih dan jangan lupa ditambahkan garam sesuai dengan selera. Setelah beras selesai dikukus, angkat beras dan campurkan atau aru dengan santan yang telah dimasak tadi. Setelah air santan menyusut, beras yang sudah tercampur dikukus kembali selama 45 menit. Jika sudah selesai dikukus, maka nasi kuning siap untuk digunakan atau disajikan.
Hasil Akhir Pembuatan Nasi Yasa (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Langkah terakhir dalam pembuatan Nasi Yasa adalah menyusun seluruh lauk pauk atau bahan-bahan yang sudah disiapkan sebelumnya ke dalam tamas. Nasi kuning disisipkan secukupnya ke dalam tamas, lalu diikuti dengan menyusun lauk pauk di atasnya seperti ayam suir, telur, dan juga ikan teri. Tidak lupa menambahkan hiasan bunga kamboja sebagai simbol keindahan dari Nasi Yasa yang telah dibuat. Penggunaan lauk-pauk yang ada di dalam Nasi Yasa juga sengaja disiapkan yang berasal dari berbagai elemen yang ada di Bali, seperti dari darat, laut dan juga sungai.
Persembahan Nasi Yasa sudah lama dikenal dalam tradisi kehidupan beragama pada desa – desa adat maupun masyarakat yang ada di Pulau Bali. Persembahan suci dalam bentuk Nasi Yasa ini, diberikan kepada mereka yang ikut serta ngayah atau membantu dalam kegiatan keagamaan, seperti dewa yadnya, pitra yadnya, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Nasi Yasa juga identik dengan hari raya Saraswati yang ada di Bali. Sehari setelah hari raya Saraswati, masyarakat Bali rutin melakukan Banyu Pinaruh atau mandi dengan air suci ke laut atau sumber mata air lainnya. Pada saat selesai persembahyangan, biasanya diberikan persembahan berupa Nasi Yasa yang berisikan berbagai lauk pauk.