Nunas Jejaton Pemiyut: Kekuatan Vibrasi Kesucian Esensi Bumi dalam Menciptakan Bahan Yadnya Agung yang Satwika

Apa sebenarnya makna "Nunas Jejaton Pemiyut"? Secara harfiah, kata Nunas berarti "memohon." Jejaton berasal dari kata dasar 'jatu' yang berarti "inti," kemudian mengalami proses morfologis (penyusunan ulang sebagian) dan penambahan akhiran -an sehingga menjadi 'jejatuan', dan mengalami proses pengkodean vokal menjadi 'jejaton'. Sementara itu, Pemiyut berasal dari akar kata "miut," yang berarti "memotong" atau "menghilangkan." Dengan prefiks "pe-" yang menunjukkan tindakan atau proses, Pemiyut secara umum merujuk pada proses penyucian atau pembersihan yang dilakukan untuk menghilangkan pengaruh negatif atau kekotoran spiritual.

Sep 1, 2024 - 20:01
Sep 5, 2024 - 12:30
Nunas Jejaton Pemiyut: Kekuatan Vibrasi Kesucian Esensi Bumi dalam Menciptakan Bahan Yadnya Agung yang Satwika
Prawartaka Karya Nunas Jejaton Pemiyut di Pura Luhur Puncak Sari, Tabanan

Selain Nunas Tirta Pemuket, rangkaian Karya Agung Ngenteg Linggih, Ngusabha Desa, dan Mapahayu Nini di Pura Desa dan Puseh Desa Adat Mengwitani—yang puncaknya jatuh pada tanggal 5 Oktober 2024—juga melibatkan ritual sakral yang sederhana namun sarat makna: Nunas Jejaton Pemiyut. Ritual ini, yang dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2024 bersamaan dengan Nunas Tirta Pemuket, melibatkan tangkil atau perjalanan suci menuju beberapa pura di Bali yang memiliki kekhasan dan relevansi khusus dengan permohonan Jejatu untuk upacara besar.

Beberapa pura yang menjadi tujuan dalam ritual ini antara lain Pura Jatiluwih di Desa Sarin Bhuawana, Tabanan; Pura Luhur Muncak Sari, Tabanan; Pura Sarwa Genep, Tabanan; Pura Pemuteran Jagat Sidakarya di Denpasar; dan Pura Dalem Taro di Desa Taro, Gianyar. Setiap pura yang dikunjungi memiliki karakteristik dan makna tersendiri, memberikan dimensi spiritual yang unik dalam rangkaian upacara ini.

Apa sebenarnya makna "Nunas Jejaton Pemiyut"? Secara harfiah, kata Nunas berarti "memohon". Jejaton berasal dari kata dasar 'jatu' yang berarti "inti," kemudian mengalami proses morfologis (penyusunan ulang sebagian) dan penambahan akhiran -an sehingga menjadi 'jejatuan', dan mengalami proses pengkodean vokal menjadi 'jejaton'. Sementara itu, Pemiyut berasal dari akar kata "miut," yang berarti "memotong" atau "menghilangkan". Dengan prefiks "pe-" yang menunjukkan tindakan atau proses, Pemiyut secara umum merujuk pada proses penyucian atau pembersihan yang dilakukan untuk menghilangkan pengaruh negatif atau kekotoran spiritual.

Pura Sarwa Genep, Tabanan

Mendak Jejatu dan Tirta Pemuput dari Pura Pemuteran Jagat Sida Karya

Nunas Empehan di Pura Gunung Raung Taro, Gianyar

Nunas Jejaton Pemiyut adalah praktik ritual dalam tradisi Bali yang melibatkan permohonan dan penerapan kekuatan spiritual dari elemen bumi. Dalam istilah ini:

  • Nunas berarti "memohon".
  • Jejaton berasal dari kata dasar 'jatu' yang berarti "inti" atau "esensi", dan dalam konteks ini, mengacu pada elemen inti dalam jumlah kecil yang memiliki kekuatan spiritual.
  • Pemiyut berasal dari kata "miut", yang berarti "memotong" atau "menghilangkan", merujuk pada proses penyucian atau pembersihan.

Berbeda dengan Nunas Tirta Pemuket, di mana yang dimohon adalah air suci untuk penyucian spiritual, dalam praktik Nunas Jejaton Pemiyut, bahan-bahan seperti beras, padi, palawija, rempah-rempah, dan sejenisnya dimohon dalam jumlah kecil. Elemen inti dalam jumlah kecil ini, yang memiliki kekuatan spiritual dan kesucian, kemudian dicampurkan dengan bahan-bahan dalam jumlah besar pada tahap upacara besar. Tujuan dari penggunaan jumlah kecil ini adalah untuk memberikan kekuatan spiritual, menghilangkan kekotoran, dan menyebarkan kesucian ke seluruh bahan upacara yang digunakan dalam jumlah besar. Dengan demikian, bahan-bahan yang jumlahnya lebih besar tersebut mendapatkan sifat satwika—yakni kualitas spiritual yang murni, harmonis, dan penuh kebaikan—sehingga siap digunakan dalam konteks ritual dan spiritual.

Dari Nunas Jejaton Pemiyut memberikan pelajaran yang begitu berharga kepada kita bagaimana praktik ritual dalam tradisi Bali mengintegrasikan kekuatan spiritual dari elemen inti ke dalam bahan-bahan upacara dalam jumlah besar. Dengan memohon elemen inti dalam jumlah kecil dan mencampurkannya ke dalam bahan yang lebih banyak, proses ini tidak hanya memastikan penyucian dan penghilangan kekotoran tetapi juga menyebarkan kesucian yang mendalam. Ini mencerminkan betapa pentingnya penerapan prinsip-prinsip spiritual dalam setiap aspek ritual, menghubungkan kekuatan ilahi dengan elemen-elemen material untuk mencapai tujuan keagamaan dan kesucian yang diinginkan.