Matelung Otonan di Puri Agung Pahang Sanur: Memaknai Kembali Ritual Manusia Yadnya

Matelung Otonan adalah ritual sakral dalam tradisi Bali yang merayakan perjalanan hidup bayi berusia 630 hari. Dilaksanakan di Puri Agung Pahang, Sanur, pada 22 Oktober 2024, keluarga mempersembahkan sesajen sebagai wujud syukur kepada leluhur. Upacara ini menguatkan keharmonisan antara bayi dan alam semesta, berharap hidup yang penuh berkah dan kebersihan batin.

Nov 21, 2024 - 11:00
Nov 21, 2024 - 07:44
Matelung Otonan di Puri Agung Pahang Sanur: Memaknai Kembali Ritual Manusia Yadnya
Persiapan Matelung Oton (Sumber: Foto Pribadi)

Pada Selasa, 22 Oktober 2024, suasana khidmat menyelimuti Puri Agung Pahang di Sanur saat keluarga berkumpul untuk merayakan Matelung Otonan, sebuah ritual sakral dalam tradisi Bali yang menandai perjalanan hidup seorang anak. Upacara ini dilaksanakan ketika bayi mencapai usia 630 hari, sebagai simbol penyucian diri dan perayaan kelahiran. Kehadiran keluarga dan pemangku yang memimpin doa memberikan nuansa spiritual yang mendalam, menegaskan harapan akan kehidupan yang penuh berkah dan kebersihan batin. Prosesi ini tidak hanya sekadar ritual budaya, tetapi juga mengukuhkan hubungan antara keluarga dengan alam semesta, serta menghapus segala karma buruk dari kehidupan sebelumnya.

Keluarga Melakukan Persembahyangan di Pantai (Sumber: Foto Pribadi)

Rangkaian acara dimulai dengan prosesi mesakap ke pasib, yang dilakukan pada pagi hari, tepatnya sekitar pukul 10.00 WITA. Dalam prosesi ini, keluarga bayi mengunjungi beberapa tempat suci di Puri Agung Pahang untuk melakukan persembahan sesaji. Melalui mesakap ke pasib, keluarga menyampaikan rasa terima kasih kepada leluhur dan Sang Hyang Widhi Wasa. Suasana yang syahdu dan khidmat ini menciptakan momen refleksi bagi semua yang hadir. Selama prosesi ini, berbagai jenis sesajen, seperti makanan, bunga, dan dupa, dipersembahkan di altar-altar suci, menggambarkan penghormatan dan harapan keluarga untuk kesehatan serta kebahagiaan sang bayi.

Sebagai bagian dari prosesi ini, keluarga yang hadir mengenakan pakaian adat Bali yang anggun, simbol penghormatan kepada tradisi dan agama mereka. Mereka membawa sesaji yang terdiri dari beraneka ragam makanan, hiasan bunga, dan dupa, semuanya diatur dengan rapi dan penuh ketelitian. Proses ini tidak hanya menjadi kegiatan ritual, tetapi juga mempererat hubungan antaranggota keluarga yang berkumpul untuk merayakan momen bersejarah ini. Momen penuh harapan ini menggambarkan betapa pentingnya dukungan dari orang-orang terkasih bagi sang bayi yang baru lahir.

Pemangku Memimpin Doa Penyucian Jiwa Bayi (Sumber: Foto Pribadi)

Setelah prosesi mesakap ke pasib, acara dilanjutkan dengan pemujaan di Pura Segara, di mana pemangku pura melaksanakan doa dan ritual yang dipimpin. Pada sekitar pukul 12.00 WITA, suasana di Puri semakin khidmat saat pemangku melakukan ritual penyucian. Doa-doa yang dipanjatkan ditujukan untuk memohon perlindungan dan keselamatan bagi bayi, serta membersihkan jiwa dari pengaruh negatif. Para anggota keluarga dengan penuh khidmat mendengarkan setiap bait doa, menghayati makna dari setiap permohonan yang disampaikan.

Prosesi ini menunjukkan betapa pentingnya peran pemangku pura dalam menjaga tradisi dan melestarikan nilai-nilai spiritual di tengah masyarakat Bali. Kehadiran pemangku pura tidak hanya sebagai pemimpin ritual, tetapi juga sebagai simbol koneksi antara manusia dan kekuatan spiritual yang lebih tinggi. Keluarga bayi pun merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap langkah upacara, menciptakan ikatan spiritual yang mendalam antara mereka dan alam semesta.

Setelah selesai dengan prosesi mesakap ke pasib dan pemujaan di Pura Segara, acara puncak tigang oton dilaksanakan sekitar pukul 15.00 WITA. Pada momen ini, pemangku Pura memimpin rangkaian doa dan persembahan untuk bayi yang dirayakan. Tigang oton berfungsi untuk menyucikan jiwa bayi dan memastikan bahwa ia terhindar dari pengaruh negatif, mendapatkan kesehatan, dan kebahagiaan dalam hidupnya. Suasana kebahagiaan dan harapan terpancar dari wajah keluarga dan kerabat yang hadir, menunjukkan dukungan serta harapan terbaik untuk sang bayi.

Suasana Tigang Oton (Sumber: Foto Pribadi)

Dalam prosesi ini, semua mata tertuju pada bayi yang terletak di pangkuan orang tua, tampak tenang dan damai. Dalam setiap bait doa yang dipanjatkan, tersimpan harapan agar sang bayi dapat tumbuh menjadi pribadi yang kuat, bijaksana, dan penuh keberkahan. Prosesi ini merupakan momen penuh makna, mengingat setiap harapan yang disampaikan adalah simbol cinta dan perhatian yang tulus dari keluarga.

Di akhir rangkaian acara, semua yang hadir berkumpul untuk menikmati hidangan yang telah dipersembahkan sebagai bagian dari upacara. Ini adalah saat-saat berharga di mana keluarga dan kerabat berkumpul, berbagi cerita, dan merayakan kebahagiaan bersama. Suasana penuh kehangatan dan keceriaan menjadi paduan yang sempurna setelah menjalani prosesi sakral yang mendalam. Momen ini menjadi pengingat akan pentingnya ikatan keluarga dan dukungan sosial dalam perjalanan hidup setiap individu.

Upacara Matelung Otonan di Puri Agung Pahang adalah sebuah refleksi dari kepercayaan masyarakat Bali akan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan. Ritual ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga merupakan ungkapan harapan, perlindungan, dan penyucian. Melalui setiap tahapan, mulai dari mesakap ke pasib hingga tigang oton, keluarga mengekspresikan doa dan harapan agar sang bayi dapat tumbuh dengan penuh berkah dan kebahagiaan. Dengan demikian, Matelung Otonan menjadi momen yang tak terlupakan, menguatkan ikatan antara keluarga, masyarakat, dan alam semesta dalam merayakan kehidupan baru yang suci.

Upacara ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap budaya terdapat nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan kita, dan Matelung Otonan adalah salah satu contoh bagaimana masyarakat Bali menjaga tradisi dan spiritualitas dalam setiap langkah kehidupan mereka. Ritual ini tidak hanya memberikan makna bagi keluarga yang merayakan, tetapi juga bagi seluruh komunitas yang saling mendukung dan berdoa untuk kesejahteraan satu sama lain.