Pura Merajan Agung Kawitan Sira Arya Kuthawaringin
Pura Merajan Agung Kawitan Sira Arya Kuthawaringin adalah pura suci yang memiliki makna sejarah dan spiritual penting bagi Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin. Terletak di Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali. Pura ini didirikan oleh Kyayi Gusti Agung Bandesa Gelgel pada abad ke-14. Pura Mrajan Kawitan bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol identitas budaya dan warisan spiritual yang terus hidup, memperkaya kebudayaan Bali dan menginspirasi masyarakat untuk menjaga nilai-nilai luhur.

Pura Merajan Agung Kawitan Sira Arya Kuthawaringin terletak di tengah-tengah wilayah yang kaya akan sejarah dan budaya Bali. Pura ini merupakan pusat spiritual yang sangat dihormati oleh keturunan Arya Kubon Tubuh, yang memainkan peran penting dalam menjaga kelestarian tradisi dan warisan leluhur mereka. Sebagai pura yang berdiri kokoh di tengah keindahan alam Bali, Pura Merajan Kawitan menawarkan nuansa ketenangan dan kedamaian, yang memberikan kesempatan bagi umat untuk meresapi kebesaran Tuhan serta menghormati para leluhur.
Pura ini memiliki tata letak yang sangat teratur dan simetris, dengan pembagian kawasan yang menggambarkan konsep keseimbangan dan harmoni antara dunia manusia dan alam spiritual. Sebagai pusat pemujaan bagi keturunan Arya Kubon Tubuh, Pura Merajan Kawitan tidak hanya menjadi tempat untuk beribadah, tetapi juga sebagai simbol kekuatan spiritual dan kebijaksanaan yang diwariskan secara turun-temurun.
Suasana yang Tenang dan Damai Disekitar Pura (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Sejarah Berdirinya Pura Merajan Kawitan
Pura Merajan Kawitan adalah salah satu pura suci yang memiliki nilai sejarah dan spiritual mendalam bagi Pratisentana Sira Arya Kubon Tubuh. Berdasarkan Babad Sira Arya Kuthawaringin-Kubontubuh, keberadaan pura ini tidak lepas dari sejarah panjang masa pemerintahan Dinasti Dalem Ketut Semara Kepakisan di Bali. Kyayi Gusti Agung Bandesa Gelgel, seorang tokoh sentral dalam babad ini, adalah pendiri dan pengelola awal kawasan suci ini.
Pada tahun Saka 1305 (1383 M), ketika Ida I Dewa Ketut Ngulesir diangkat sebagai Raja Bali dengan gelar Dalem Sri Smara Kepakisan, istana kerajaan dipusatkan di Gelgel. Dalam proses pemindahan kekuasaan ini, Kyayi Gusti Agung Bandesa Gelgel menyerahkan purinya kepada Dalem Ketut Semara Kepakisan untuk dijadikan istana kerajaan. Sebagai gantinya, beliau membangun puri baru di kawasan Abian Kawan, wilayah yang dipenuhi oleh pohon kelapa. Karena itu, beliau dikenal sebagai Kyayi Klapodhyana atau I Gusti Kubon Tubuh, nama yang kemudian diwariskan kepada keturunannya.
Pura Merajan Agung Kawitan Sira Arya Kuthawaringin (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Fungsi dan Status Pura
Pura Merajan Kawitan memiliki peran strategis dalam melestarikan warisan spiritual Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin. Sebagai pusat pemujaan, pura ini dikenal dengan beberapa sebutan yang menggambarkan fungsi dan statusnya, yaitu:
- Pura Pesimpenan: Sebagai tempat pasimpenan "Ajipurana Anugerah Ida Dalem Ketur Semara Kepakisan, Candri Sawalan, Prasasti/babad, dan pratima - pralingga Ida Batara, serta surat kajang kawitan.
- Pura Kawitan: Sebagai stana atau linggih utama Ida Bethara Kawitan, tempat ini merupakan pusat spiritual yang menghubungkan pemujaan umat dengan leluhur mereka.
- Pura Merajan Agung: Fungsi utama sebagai panyungsungan trah arya Kuthawaringin dan seluruh pratisentana.
Pura ini juga menjadi simbol keberadaan manu wangsa, yaitu keturunan Arya utama, yang diyakini telah mendapatkan restu langsung dari Ida Hyang Widhi. Restu ini ditandai dengan penemuan tunas kelapa besar (pijer) di depan Gedong Bethara Lingsir. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa keturunan Arya Kubon Tubuh diberkahi status luhur dalam struktur sosial Bali.
Madya Mandala Pura Merajan Agung Kawitan Sira Arya Kuthawaringin (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Tata Letak dan Makna Filosofis
Tata letak Pura Merajan Kawitan dirancang dengan memperhatikan keseimbangan kosmis dan filosofi Hindu Bali. Beberapa bagian penting pura ini meliputi:
- Gedong Bethara Lingsir: Gedong ini menjadi linggih utama Ida Bethara Kawitan. Tempat ini adalah pusat spiritual, di mana pemujaan dan penghormatan kepada leluhur dilakukan.
- Gedong Tarib: Gedong ini merupakan linggih roh suci leluhur yang memberikan perlindungan dan berkah kepada keturunan mereka.
- Tugu Agung: Tugu ini menjadi simbol keagungan dan kekuatan Ida Bethara Kawitan. Sebagai elemen vertikal, Tugu Agung melambangkan hubungan antara dunia manusia, alam, dan alam dewa.
Keseluruhan tata letak pura mencerminkan konsep Tri Mandala, yaitu pembagian kawasan menjadi tiga bagian utama: Nista Mandala (area luar), Madya Mandala (area tengah), dan Utama Mandala (area inti). Pembagian ini tidak hanya memiliki fungsi praktis, tetapi juga simbolis, menggambarkan perjalanan spiritual umat dari kesadaran duniawi menuju kesucian.
Gedong Bethara Lingsir dan Gedong Tarib (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Legenda dan Konflik Sejarah
Pura Merajan Kawitan juga menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah keluarga besar Arya Kubon Tubuh. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah konflik antara Kyayi Klapodhyana dan Kyayi Nyuh Aya.
Perselisihan ini berawal dari rencana pernikahan Kyayi Klapodhyana dengan I Gusti Ayu Adi, putri Kyayi Nyuh Aya. Namun, perbedaan pandangan antara kedua pihak hampir memecah belah hubungan mereka. Dalem Ketut Semara Kepakisan kemudian turun tangan untuk menengahi konflik tersebut. Dengan kebijaksanaannya, beliau berhasil menciptakan perdamaian di antara kedua tokoh ini, yang pada akhirnya memperkuat posisi Kyayi Klapodhyana sebagai pemimpin bijaksana.
Konflik ini mencerminkan dinamika hubungan kekuasaan dan sosial pada masa itu, sekaligus menegaskan pentingnya kebijaksanaan dan harmoni dalam menjaga hubungan antar trah.
Gedong Tarib dan Amanca Agung Ida Batara Kawitan (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Ritual dan Tradisi di Pura Merajan Kawitan
Sebagai pusat spiritual, Pura Merajan Kawitan menjadi tempat berlangsungnya berbagai ritual dan upacara keagamaan yang memiliki makna mendalam. Setiap ritual yang dilakukan di pura ini tidak hanya bertujuan untuk memuja Ida Bethara Kawitan, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan alam niskala (dunia spiritual).
Pura Merajan Kawitan bukan sekadar tempat pemujaan, tetapi juga simbol identitas dan warisan budaya Pratisentana Sira Arya Kubon Tubuh. Keberadaannya mencerminkan perjalanan panjang sejarah, tradisi, dan spiritualitas yang diwariskan dari generasi ke generasi.