Menelusuri Aranyaka Kanda dalam Ramayana

Aranyaka Kanda adalah bagian ketiga dari epos Ramayana, yang menceritakan perjalanan Rama, Sita, dan Lakshmana selama masa pengasingan mereka di hutan Dandaka. Dalam bagian ini, mereka menghadapi berbagai ujian dan tantangan, termasuk pertemuan dengan para rishi, asura, dan raksasa yang menghuni hutan.

Dec 27, 2024 - 12:27
Nov 11, 2024 - 20:02
Menelusuri Aranyaka Kanda dalam Ramayana
Rama dan Sita (Sumber: Koleksi Pribadi)

Setelah selesai menuntut ilmu di suatu petapaan, Rama, Sita dan Laksamana kembali memasuki hutan. Mereka sudah terbiasa dengan kehidupan di hutan. Kehidupan mereka tidak ada bedanya dengan kehidupan para pendeta, sedikit pun tidak ada tanda-tanda bahwa mereka adalah putra-putri raja. Pada suatu hari mereka berjalan keluar dari hutan tersebut. Mereka melihat banyak pendeta dari berbagai petapaan yang hidupnya sangat sederhana. Melihat para pendeta itu Rama kagum. Mereka meneruskan perjalanan samba bercakap-cakap sebentar dengan Laksamana tentang pendeta-pendeta tersebut. Tidak terasa perjalan mereka telah sampai di pertapaan Dandaka. Kedatangan mereka sambut meriah oleh penduduk di Gunung Dandaka. Orang-orang ingin menyaksikan dan mengelu-elukan putra-putri raja Ayodya yang telah menewaskan Raksasa Wirada. Mereka dielu-elukan sebagai pahlawan karena telah menewaskan Raksasa Wirada. Rakyat di sana hidup dengan rukun dan damai juga tekun bersemedi.

Ilustrasi Kehidupan Rama, Sita dan Laksmana di Hutan

(Sumber : Koleksi Pribadi)

Pada suatu hari di hutan Dandaka tibalah seorang putri raksasa yang bertubuh besar tinggi, matanya menyala-nyala, mulutnya terbuka dengan gigi besar dan bertaring. Pakaiannya pun gemerlapan yang menandakan ia bukan raksasa sembarangan, melainkan seorang putri raksasa. Ia adalah Sarpakenaka, putri Alengka adik Prabu Rahwana. Surpanaka sangat sakti. Pada waktu itu Surpakenaka sedang mengemban tugas dari kakaknya Prabu Rahwana untuk melakukan pengawasan perbatasan.

Pada waktu itu sarpakenaka sedang mengemban tugas dari kakaknya Prabu Rahwana untuk melakukan pengawasan perbatasan. la terbang melayang-layang di atas gunung, persawahan dan akhirnya tiba di Dandaka. Pada waktu itu Sarpakenaka sedang beristirahat duduk di sebatang pohon tumbang di tengah hutan yang tersembunyi. Tiba-tiba ia terkejut mendengar suara canda gurau seorang pria dan seorang wanita. Sarpakenaka bangkit. Jantung Sarpakenaka berdebar menyaksikan kedua insan yang sedang bergandengan tangan dengan mesra. Tak jauh dari situ Sarpakenaka melihat seorang lagi kesatria yang berdiri menyendiri. la berparas sangat elok, bagaikan Batara Asmara. Ternyata kesatria itu merupakan Laksmana. Sarpakenaka pun langsung jatuh cinta kepada Laksmana yang baru dilihatnya itu.

Ilustrasi Suparnaka yang Yakit Hati Ditolak Rama

(Sumber: Koleksi  Pribadi)

Laksmana yang semulanya melamun pun kaget dengan kedatangan putri palsu tersebut. Karena Laksmana layaknya seorang pendeta wadat tidak kawin. Laksmana menyarankan putri palsu tersebut mendekati Ramawijaya kakaknya yang tidak berada tidak jauh darinya. Putri palsu jelmaan Sarpakenaka itu pun langsung mendekati Rama, ia menggoda Rama seperti menggoda Laksmana

Namun sayangnya Rama menolaknya dengan mentah-mentah karena cinta Rama hanya untuk putri Mantili Dewi Sita isrinya yang kecantikannya tidak ada bidadari yang dapat menandinginya. Mendengar ucapan Rama, Sarpakenaka pun merasa malu sekali dan ia kembali ke tempat Laksmana, la marah bukan kepalang kepada Laksmana. Nafsu birahi putri jelmaan Sarpakenaka itu pun memuncak dan tanpa basa basi lagi ia langsung saja menggulat Laksmana. Laksmana merasakan ada sesuatu yang janggal. Laksmana langsung memusatkan pikiran dan hidungnya pun mencium bau keringat raksasa, pengelihatannya yang jernih dapat melihat wajah asli dari siapa yang sedang dihadapinya itu.

 

Ilustrasi Suparnaka yang Berubah Menjadi Wujud Aslinya

(Sumber: Koleksi Pribadi)

Laksmana tanpa ragu-ragu lagi diputirnya hidung putri palsu tersebut hingga putus. Sarpakenaka seketika berubah kembali seperti wujud aslinya. la menjerit kesakitan dan terbang melesat ke udara dan menggeram seperti singa dan berteriak menantang. Sarpakenaka menangis di udara. Setelah puas menangis, ia segera mendarat di Alengka dan menemui kedua suaminya yaitu Karadusana dan Trimurda. Sarpakanaka berbohong pada suaminya. la mengatakan kalau ia ingin diperkosa oleh Rama dan Laksmana. Sungguh licik Sarpakenaka. Mendengar cerita dari Sarpakenaka, suaminya pun marah. Tangan Karadursana dan Trimurda memukul tanah sehingga debu dan pasir beraburan ke atas.

Mereka pun langsung menyiapkan dan membawa satu laksa raksasa ke Dandaka. Raksasa-raksasa itu terbang besenjata lengkap dan pakaian yang bergemerlapan. Tiba mereka di atas daerah Dandaka, mereka terbang melayang mengitari gunung mencari Rama dan Laksmana. Ternyata Rama dan Laksmana sudah bersiap dari tadi. Keduanya muali menarik panah sakti dan akibatnya sangat menakjubkan. Bagaikan hujan, bangkai raksasa berjatuhan di tanah. Raksasa Trimurda pun geram melihat perlakuan kedua putra Ayodya tersebut terhadap pasukannya. Ia menukik ke tanah menyambar dan menyerang Rama. Namun sayangnya Rama dengan cekatan telah melepas panah dadalinya yang mengakibatkan Trimurda tewas dengan leher putus.

Supranaka yang sedang menderita lahir batin di istana menerima laporan dari raksasa pengintai pertempuran di Dandaka mengenai tewasnya kedua suaminya juga seluruh pasukan terbangnya. Sarpakenaka segera melesat terbang ke istana kakaknya raja Alengka Prabu Rahwana. Prabu Rahwana sangat sakti dan memiliki aji-aji pancasona yang membuatnya tuidak dapat mati. Banyak raja yang sudah ditaklukannya. Suparnaka menceritakan tentang 2 kesatria Ayodya yang telah menewaskan suami dan pasukannya. Satu lagi ia juga menceritakan tentang kecantikan dari istri Rama yaitu putri Mantili. Setelah Sarpakenaka bercerita panjang lebar ia meminta bantuan Prabu Rahwana. Pertamanya Prabu Rahwana tidak tertarik dengan laporan dari adiknya itu. Namun pada saat Sarpakenaka menceritakan tentang istri Rama yang katanya kecantikannya tidak ada yang bisa menandingi.

Ilustrasi Sita dan Laksmana yang Mengejar Marica

(Sumber : Koleksi Pribadi)

Setelelah Rahwana berbicara ia langsung terbang ke perbatasan dimana Marica bertempat tinggal. Sesampai di perbatasan Marica menyambut Rahwana dan melakukan sembah sungkem. Rahwana mengajak Marica ke Dandaka,akhirnya Marica pergi ke Dandaka dengan merubah diri menjadi kijang kencana berbulu keemasan untuk menarik perhatian Sita. Pada waktu itu Dewi Sinta sedang berada di hutan Dandaka bersama Rama dan Laksamana. Dewi Sinta yang pertama melihat kijang kencana itu. Ia kagum karena baru kali ini ia melihat kijang berbulu keemasan. Sinta meminta kepada Rama agar ditangkapnya kijang itu. Rama dengan sanang hati menuruti kehendak istrinya.

Rama pun mengejar kijang yang larinya sangat cepat itu. Rama semakin terpisah dengan istrinya Sita. Kijang itu seperti minta ditangkap. Tapi kalau Rama mendekat kijang itu malah lari. Namun saat Rama ketinggalan jauh kijang itu menunggu seolah ia ingin Rama menangkapnya. Akhimya betapa sabarnya Rama, namun dia bisa marah juga. Rama melepaskan panahnya menuju kijang itu. Kijang itu pun menggelepar, tubuhnya bersimbahan darah segar dan berubah wujud aslinya menjadi Raksasa Marica. Marica yang mengeluarkan suara rintihan mengaduh seperti suara Rama. Sita yang mendengar itu menugaskan Laksmana untuk menghampiri Rama namun Laksmana menolak. Sita terus memaksa dan akhirnya Laksmana setuju dan pergi meninggalkan Sita.

 

Sita yang Diculik tapi Jatayu Ingin Membantu Menyelamatkan.

(Sumber: Koleksi Pribadi)

Melihat Laksamana sudah jauh dari Dewi Sita, Rahwana segera muncul dari tempat persembunyiannya dengan merubah diri menjadi seorang kakek, seorang pendeta yang sudah lanjut usia. Rahwana menculik Sita dan Sita menangis sembari memanggil nama suaminya. Tak lama kemudian Jatayu melihatnya dan Jatayu ingin menolong Sita namun Rahwana langsung meluncur ke udara untuk menyerang Jatayu. Jatayupun tersungkur karena sayapnya patah. Sita yang sudah berada di kereta kencana ditemani dengan tentara dari kerjaaan Alengka Pura

Di sisi lain Rama dan Laksmana menyadari bahwa Sita tidak ada di gubug, mereka pun mencari Sita dengan raut wajah yang khawatir Rama dan Laksmana berusaha mencari Sita. Sita yang sudah berada di Kerajaan Alengka Pura merasa sedih karena terpisah oleh suaminya, bagaimanapun kehidupan di kerajaan Alengka Pura ini ia tetap merasa nyaman hidup di hutan bersama Rama dan Laksmana

 

Files