Upacara Bhatara Tedun Kabeh: Upacara Pertemuan Tapakan Ratu Gede dari 5 Kabupaten di Bali ke Desa Pakraman Apuan

Upacara Bhatara Tedun Kabeh adalah ritual sakral di Pura Luhur Natar Sari yang dilaksanakan setiap Sabtu Kliwon wuku Krulut. Dalam upacara ini, para Bhatara yang dimanifestasikan dalam bentuk Tapakan turun ke bumi untuk memberikan berkat dan keselamatan. Prosesi diawali dengan penyucian Tapakan di Pura Beji Desa Pakraman Apuan, dilanjutkan dengan upakara Panyegjeg Bhuwana di Pura Luhur Natar Sari.

Jan 30, 2025 - 12:00
Jan 30, 2025 - 14:29
Upacara Bhatara Tedun Kabeh: Upacara Pertemuan Tapakan Ratu Gede dari 5 Kabupaten di Bali ke Desa Pakraman Apuan
Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Upacara Bhatara Tedun Kabeh adalah salah satu ritual sakral di Pura Luhur Natar Sari, yang dilaksanakan setiap Sabtu Kliwon (Tumpek) wuku Krulut. Upacara ini menjadi momentum penting bagi umat Hindu, di mana para Bhatara yang dimanifestasikan dalam bentuk Tapakan turun ke dunia (Tedun) untuk memberikan berkat dan keselamatan. Prosesi ini berlangsung dengan penuh kekhidmatan, dimulai pada pukul 22.30 WITA dan mencapai puncaknya pada pukul 01.30 WITA. Ritual ini merupakan bagian dari wujud harmoni dan penghormatan kepada kekuatan spiritual yang diyakini menjaga keseimbangan dunia.

Rangkaian kegiatan dimulai dengan upacara mapekeling, sebuah prosesi permohonan kepada Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga dan seluruh Tapakan Bhatara yang hadir di Pura, agar berkenan turun ke bumi. Mapekeling menjadi simbol komunikasi spiritual antara umat manusia dengan dimensi ketuhanan. Dalam suasana hening dan khusyuk, umat memanjatkan doa dan harapan, memohon perlindungan serta keseimbangan semesta. Setelah mapekeling, Tapakan Ida Bhatara secara bergantian turun ke halaman pura. Prosesi ini diawali oleh Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga, kemudian diikuti oleh Tapakan lainnya dalam formasi melingkar yang mengitari upakara Panyegjeg Bhuwana. Formasi melingkar ini melambangkan harmoni dan keseimbangan kosmis yang menjadi inti filosofi Hindu Bali.

Upacara ini bertepatan dengan Tumpek Krulut, hari suci yang memiliki makna mendalam sebagai momen untuk memohon kekuatan taksu atau aura spiritual. Taksu ini adalah elemen penting dalam berbagai bentuk kesenian tradisional Bali, seperti topeng, barong, rangda, dan bentuk kesenian lainnya. Dalam konteks yang lebih luas, upacara ini juga bertujuan untuk memohon keselamatan dunia atau yang dikenal sebagai Panyegjeg Bhuwan (penyeimbang semesta).

Tapakan Ida Bhatar Menuju Pura Beji Desa Pakraman Apuan (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Persiapan untuk upacara ini dimulai dengan prosesi mesucian yang dilakukan di Pura Beji Desa Pakraman Apuan. Pada tahap ini, Tapakan Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga beserta Tapakan Ratu Gede lainnya, yang diwakili oleh dua daksina pelinggih, dibawa ke Pura Beji untuk disucikan. Tradisi ini dilakukan karena halaman Pura Beji memiliki kapasitas yang terbatas untuk menampung seluruh Tapakan. Setelah mesucian selesai, halaman Pura Luhur Natar Sari dibersihkan, dan banten upacara disusun dengan rapi sesuai tata cara adat.

Prosesi Upakara Panyegjeg Bhuwana (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Tahap berikutnya adalah upacara Panyegjeg Bhuwana, yang menjadi inti dari rangkaian ritual ini. Para pemangku membentuk formasi melingkar di halaman pura, mengelilingi upakara yang telah disiapkan. Pada tahap ini, berbagai banten khusus dipersembahkan kepada Tapakan Ida Bhatara yang hadir. Upacara ini juga menjadi simbol permohonan umat agar Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga berkenan turun ke bumi, memberikan kekuatan spiritual, dan menjaga keharmonisan alam semesta.

Setelah Tapakan kembali melinggih di tempat masing-masing, persiapan untuk persembahyangan bersama dilanjutkan. Para pemangku dengan penuh dedikasi menyiapkan seluruh banten, tirta, dan keperluan upacara lainnya. Setelah semua selesai, masyarakat diperkenankan untuk melakukan persembahyangan bersama. Dalam suasana yang penuh dengan rasa syukur, umat memohon berkat, perlindungan, dan kesejahteraan dari Ida Bhatara.

Persembahyangan Bersama (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Ritual Bhatara Tedun Kabeh memiliki makna spiritual yang sangat mendalam. Selain menjadi momen pasupati untuk memohon kekuatan taksu yang akan mendukung kehidupan masyarakat, baik dalam aspek seni maupun keseimbangan semesta, ritual ini juga merupakan wujud rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala berkah-Nya. Kekuatan taksu yang dipohonkan dalam upacara ini dianggap penting tidak hanya dalam bidang kesenian tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, karena menjadi sumber inspirasi, kreativitas, dan kekuatan spiritual bagi umat Hindu.

Selain itu, upacara ini juga mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan (Tri Hita Karana). Keterlibatan seluruh elemen masyarakat, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan ritual, menunjukkan kuatnya rasa kebersamaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai tradisional. Dalam konteks yang lebih luas, upacara ini juga menjadi doa dan harapan untuk keselamatan dunia, sehingga tradisi ini tidak hanya relevan secara spiritual tetapi juga secara sosial dan ekologis.