Sang Penyulam Takdir Mahabharata : Wisnu dalam Wyasa

Bagaimana jika seorang manusia menjadi saksi hidup dari perang terbesar dalam sejarah lantas menuangkannya dalam salah satu epos terbesar di dunia? Maha Rsi Wyasa sebagai awatara Wisnu hidup sebagai panutan dan laksana bijak dalam membagi ilmu pengetahuan kedalam Weda. Lantas bagaimana kisa perjalanan hidupnya dalam menjalani kewajibannya sebagai tauladan penggaung Dharma?

Oct 23, 2024 - 00:27
Oct 23, 2024 - 00:37
Sang Penyulam Takdir Mahabharata : Wisnu dalam Wyasa
Rsi Wyasa sebagai awatara Wisnu (sumber : koleksi pribadi)

Seorang Rsi bernama Parasara menerima tawaran seorang wanita nelayan bernama Satyawati untuk menyeberangi sungai bersama dengan kapalnya. Ditengah kapal keduanya berbincang-bincang hingga Satyawati menceritakan mengenai penyakit yang ia alami. Penyakit yang membuat badannya menjadi berbau busuk. Karena merasakan rasa iba dan kasmara kepada Satyawati pada akhirnya Rsi Parasara menawarkan diri untuk mengobati penyakit Satyawati. Dengan kemampuannya ia dapat mengobati Satyawati. Satyawati sangat berterimakasih akan hal itu, tumbuhlah pula perasaan suka pada Rsi Parasara di hati Satyawati. Keduanya pada akhirnya menikah dan tinggal di sebuah pulau ditengah sungai Yamuna. Mereka hidup dengan penuh bahagia dan suka cita. 

Mereka dikaruniai seorang putra yang diberikan nama Krisna Dwipayana atau yang saat ini dikenal dengan nama Rsi Wyasa, seorang Rsi yang kelak akan dikenal sebagai salah satu Rsi paling terkenal di dunia sekaligus sebagai perwujudan awatara ataupun titisan dari salah satu dewa pelindung, Tri Murti, Dewa Wisnu. Dipercaya memiliki tugas untuk menyebarkan ilmu pengetahuan sekaligus menulis epos paling besar di dunia yakni wiracarita Mahabharata.

Satyawati menggendong Krisna Dwipayana kecil (sumber gambar : koleksi pribadi) 

Menginjak usia dewasa, Krisna Dwipayana mulai mengikuti langkah sang ayah untuk turut menjadi seorang Rsi. Dianugrahi pengetahuan sedari kecil, ia berhasil menjadi Rsi yang sangat dipuja oleh para muridnya. Sosok tauladan yang menjadi contoh bagi siapapun yang mengenal dirinya. Sosok baik yang tidak segan membantu siapapun tanpa memandang kasta dan gelar. 

Krisna Dwipayana menjadi Maha Rsi yang terkenal (sumber : koleksi pribadi) 

Kisah terkenal hidupnya yang pertama adalah membantu kedua menantu Ratu Satyawati yang telah menikah dengan Raja Santanu dari Hastinapura. Satyawati meminta kesediaan Rsi Wyasa untuk memberikan berkat kepada kedua menantunya Putri Ambalika dan Putri Ambika. Keduanya adalah istri Pangeran Wicitrawirya yang telah meninggal karena sakit sehingga tidak bisa meneruskan keturunan. 

Tiba saat pemberian karunia, putri Ambalika paling pertama menghadap Rsi Wyasa, karena merasa takut akan wajah sang Rsi yang hebat, ia menutup kedua matanya sehingga kelak anaknya yang bernama Drestrarastra dan merupakan ayah dari para Kurawa, terlahir buta. Putri Ambika menyusul kakaknya dan mendapati sang Rsi, karena diingatkan untuk tidak menutup matanya, Ambika datang dengan wajah pucat, sehingga kelak anaknya yang bernama Pandu juga merupakan ayah dari para Pandawa, terlahir pucat. Karena merasa ragu dan ketakutan, kedua putri itu meminta dayang mereka masuk menggantikan mereka, sang dayang masuk dan menemui Rsi Wyasa untuk menerima berkat. sang dayang tidak gentar sedikitpun saat dirinya menerima berkat, sehingga kelak anaknya yang bernama Widura terlahir sebagai orang yang baik dan bijaksana.

Setelah sekian lama, kembali datang Satyawati padanya, meminta bantuan agar Raja Drestrarasta dikaruniai keturunan. Merasakan ini adalah sebuah tugas mulia dan permintaan sang ibu, Rsi Wyasa mengiyakan permintaan itu. Ia membagi seonggok daging yang dilahirkan oleh Ratu Gandhari menjadi seratus bagian dan memasukkan masing-masing bagian tersebut kedalam seratus kendi yang, kelak dari setiap kendi tersebut akan terlahir satu orang anak yang seluruhnya dikenal dengan sebutan Kurawa.

Maha Rsi Wyasa berdoa pada Dewa untuk mengabulkan permintaannya (sumber : koleksi pribadi) 

Sebelum membuat epos Mahabharata, Rsi Wyasa terlebih dahulu membagi Weda menjadi empat kelompok utama, yakni Catur Weda dengan dibantu oleh murid-muridnya, yakni Rsi Pulaha, Rsi Jaimini, Rsi Samantu, dan Rsi Waisampayana.

Setelah itu terjadilah peristiwa perang besar Bharatayuda. Rsi Wyasa yang pada kala itu tinggal di sebuah hutan yang berseberangan langsung dengan tanah perang Kuruksetra menjadi saksi hidup dari peperangan antara keluarga itu, perang yangs dilandasi oleh tahta kerajaan Hastinapura. Sehingga ia mengetahui apa saja yang terjadi selama peperangan termasuk mengetahui wejangan dari Sri Krishna kepada Arjuna.

Rsi Wyasa mendiktekan kisah Mahabharata yang ditulis oleh Dewa Ganesha (sumber gambar : koleksi pribadi) 

Pada akhirnya atas dasar dharma dan ilmu pengetahuan, Rsi Wyasa memutuskan mebgabadikan peristiwa itu dalam tulisan tangan, sebuah cerita megah yang nantinya ia harapkan dapat di baca dan dijadikan landasan hidup generasi selanjutnya agar memiliki kehidupan yang baik. Dengan bantuan dari Dewa Ganesha, Rsi Wyasa mendiktekan setiap kejadian yang menimpa salah satu keluarga wangsa Arya tersebut, sekaligus mengabadikan wejangan-wejangan Sri Krishna sehingga kini dapat di kenal dengan nama Bhagawadgita, kitab yang berisi pengetahuan universal soal kehidupan. Hingga pada akhirnya terciptalah Kitab Mahabharata yang kini masih eksis keberadaannya

Rsi Wyasa sebagai awatara Wisnu (sumber : koleksi pribadi) 

Segala jasa Rsi Wyasa sebagai seorang guru dan tauladan hidup dikenang baik oleh generasi selanjutnya, walaupun lahir sebagai awatara Wisnu yang tidak secara langsung menupas kejahatan seperti Rama ataupun Krishna, Wyasa berhasil menjadi awatara yang dikenal karena jasanya dalam menyebarkan kebaikan dan ilmu pengetahuan. Sehingga pada saat kematiannya, ia mendapatkan Moksha dan kembali menyatu dengan wujud tertinggi Yang Maha Kuasa.

Files