Dewa Surya dan 7 Kuda: Sang Pengatur Waktu, Pengendali Energi, dan Penjaga Keseimbangan Kosmis
Kisah Dewa Surya sebagai penguasa matahari yang bertanggung jawab memastikan matahari tetap bersinar, memberikan cahaya dan energi yang esensial bagi kehidupan semua makhluk di bumi. Ia mengendarai kereta megah yang ditarik tujuh kuda, melambangkan waktu dan spiritualitas, serta berperan penting dalam epos Mahabharata dan Ramayana, memperlihatkan kebijaksanaan, tanggung jawab, dan kekuatan ilahi yang menjaga keseimbangan alam semesta.
Nama "Surya" berasal dari bahasa Sanskerta "Svar" (swah), yang berarti "cahaya". Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Surya adalah dewa yang berperan sebagai kekuatan dalam mengatur, menguasai, dan menjaga kestabilan serta keseimbangan matahari. Melalui pancaran sinar-Nya, Surya memastikan bahwa matahari tetap bersinar dan memberikan kehidupan bagi semua makhluk hidup di bumi.
Sebagai Dewa Matahari, Dewa Surya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa matahari tetap bersinar dengan konsisten dan memberikan cahaya serta energi yang esensial bagi kehidupan di bumi. Dalam ajaran Hindu, pancaran sinar Surya tidak hanya menyuplai kebutuhan fisik seperti cahaya dan panas, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Sinar-Nya melambangkan pencerahan dan pengetahuan, serta merupakan simbol dari kekuatan ilahi yang menjaga kehidupan dan kesejahteraan semua makhluk hidup.
Dewa Surya dalam tradisi Hindu sering digambarkan dengan kulit berwarna emas atau kuning, yang mencerminkan kemilau sinar matahari yang memancar. Ia biasanya digambarkan sebagai seorang pria tegap dan berwibawa dengan empat tangan. Dalam satu tangan, Dewa Surya sering memegang bunga teratai, yang melambangkan kemurnian dan keindahan spiritual. Di tangan lainnya, ia memegang cakra, gada maupun senjata lainnya. Selain itu, seringkali ia juga digambarkan membawa daun lontar kundi, yang melambangkan pengetahuan dan kebijaksanaan.
Kendaraan Dewa Surya yang Ditarik Tujuh Kuda (Sumber: Koleksi Pribadi)
Dewa Surya mengendarai sebuah kereta megah yang ditarik oleh tujuh kuda, yang masing-masing kuda melambangkan tujuh hari dalam seminggu atau tujuh warna pelangi. Tujuh kuda tersebut bernama Gayatri, Brihati, Ushnih, Jagati, Trishtubha, Anushtubha, dan Pankti, yang mencerminkan harmoni antara waktu, kehidupan, dan spiritualitas dalam ajaran Hindu.
Kereta tersebut dikendalikan oleh kusir bernama Aruna. Aruna adalah saudara dari Garuda, makhluk mitos yang dikenal sebagai kendaraan Dewa Wisnu, dan merupakan putra Dewi Winata. Sebagai kusir, Aruna bertugas memastikan bahwa kereta Dewa Surya bergerak dengan lancar melintasi langit, membawa sinar matahari yang vital bagi kehidupan di bumi.
Dewa Surya memiliki tiga istri, yaitu Saranyu, Ragyl, dan Prabha. Saranyu adalah ibu dari Waiwaswata Manu, pemimpin Manwantara ketujuh atau zaman sekarang, serta si kembar Yama (dewa kematian) dan Yami.
Diceritakan karena tidak dapat menahan cahaya terang Surya, Saranyu menciptakan tiruan dirinya bernama Chaya dan memerintahkan Chaya untuk bertindak sebagai istri Surya selama Saranyu tidak ada. Dari Chaya, Surya memiliki dua putra, yaitu Sawarni Manu, pemimpin Manwantara kedelapan, dan Sani, dewa planet Saturnus, serta dua anak perempuan, yaitu Tapti dan Vishti. Selain itu, Dewa Surya juga memiliki seorang putra bernama Rewanta dari Ragyl.
Kunti Memanggil Dewa Surya Untuk Meminta Berkat (Sumber: Koleksi Pribadi)
Dewa Surya memiliki peran penting dalam epos Mahabharata dan Ramayana. Dalam epos Mahabharata, Dewa Surya dengan ajaib membuat Dewi Kunti melahirkan anak. Cerita ini bermula dengan Dewi Kunti yang masih muda dan belum menikah. Suatu hari, saat Kunti berada di bawah pengaruh sebuah mantra yang diberikan oleh seorang resi (yogi) bernama Durvasa, dia secara tidak sengaja mendapat kemampuan untuk memanggil dewa-dewa dan meminta anak dari mereka. Kunti berdoa kepada Dewa Surya dan meminta agar ia diberi seorang anak, dengan harapan agar ia dapat memperoleh keturunan yang agung.
Dewa Surya, sebagai manifestasi dari kekuatan ilahi dan sifat kebajikan, muncul dan mengabulkan permintaan Kunti. Namun, ia memperingatkan Kunti bahwa anak yang akan dilahirkannya akan memiliki sifat-sifat luar biasa dan kekuatan yang luar biasa, tetapi ia juga akan menjadi hasil dari hubungan yang tidak sah, karena Kunti belum menikah pada saat itu.
Kunti, dalam kebodohannya dan tanpa sepenuhnya memahami dampak dari keputusannya, menerima berkat tersebut dan melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat kuat dan bersinar, yang kemudian dikenal sebagai Karna. Karna diberkahi dengan armor dan anting-anting yang tidak dapat dihancurkan, yang memberinya kekuatan dan perlindungan yang sangat besar. Namun, karena Kunti tidak bisa menjelaskan situasinya kepada orang-orang di sekelilingnya dan karena dia merasa tertekan dengan kondisinya, dia terpaksa menelantarkan Karna dan melepaskannya ke sungai, di mana dia ditemukan dan diadopsi oleh seorang pengendara kereta bernama Adhiratha dan istrinya, Radha dan tumbuh menjadi salah satu karakter sentral dalam perperangan besar dari Kurukshetra.
Sedangkan dalam Ramayana, Dewa Surya disebut sebagai ayah dari Raja Sugriwa, yang turut membantu Rama dan Lakshmana dalam mengalahkan Raja Rahwana. Selain itu, Surya juga berperan sebagai guru Hanoman.
Dewa Surya juga merupakan murid dari Dewa Siwa yang sangat pintar dan memiliki kepintaran serta kesaktian yang setara dengan gurunya. Dalam Lontar Siwagama, Batara Surya diberi gelar Siwaraditya oleh Bhatara Guru sebagai penghargaan atas ketekunan dan kepatuhannya, serta perannya sebagai saksi alam ini.
Secara keseluruhan, Dewa Surya memainkan peran yang sangat penting dalam kosmologi Hindu dan cerita epik, baik sebagai kekuatan alam semesta yang vital maupun sebagai tokoh yang memberikan pelajaran spiritual dan moral. Penggambaran dan cerita mengenai Dewa Surya tidak hanya mencerminkan kekuatan dan energi matahari, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai seperti kebijaksanaan, keadilan, dan tanggung jawab, yang tetap relevan hingga saat ini.