Gerabah, Industri Warisan Penopang Perekonomian Masyarakat Basang Tamiang, Desa Adat Kapal
Gerabah merupakan suatu kerajinan tangan yang selain memiliki nilai estetik, juga memiliki nilai fungsi di masyarakat. Desa Adat Kapal menjadi salah satu daerah pusat industri gerabah yang sada di Bali. Hal ini tidak lepas juga dengan sejarah nya di masa kekuasaan Raja Sri Aji Jaya Pangus dalam hasil ekspedisinya ke Cina. Bagaimana penjelasan rincinya, Yuk simak artikel berikut.
Gerabah merupakan suatu kerajinan tangan yang terbuat dari tanah liat dan dibentuk sedimikan rupa. Dalam kehidupan sehari hari, masyarakat sering memanfaatkan gerabah dalam menunjang kehidupan mereka.
Di Desa Kapal, terdapat daerah bernama Banjar Basang Tamiang dimana masyarakatnya menjadi pengerajin gerabah yang sudah diwarisi secara turun temurun. Kerajinan gerabah juga menjadi penopang perekonomian masyarakat yang ada di sana.
Pembuatan gerabah di Banjar Basang Tamiang sudah dilakukan turun temurun sejak sekitar 1171 sampai 1181. Hal ini juga berkaitan dengan masa pemerintahan Raja Sri Aji Jaya Pangus pada masa itu.
Pada masa itu, Sri Aji Jaya Pangus melakukan ekspedisi ke Cina. Kembalinya Sri Aji Jaya Pangus dari Cina, beliau telah mempelajari banyak hal mengenai sosial budaya masyarakat di sana. Kembalinya beliau membawa adat istiadat dan budaya salah satunya yaitu gerabah.
Berbagai produksi gerabah masyarakat Basang Tamiang (Sumber foto : koleksi pribadi)
Saat itu, perajin Cina langsung didatangkan ke daerah tersebut dan diperkenalkan ke masyarakat. Seiring perkembanganya, masyarakat sudah bisa memproduksi gerabah sendiri dan dikembangkannya kekrajinan gerabah untuk keperluan masyarakat sehari hari.
Kerajinan gerabah yang biasa dibuat oleh masyarakat ada bermacam-macam. Yang umum diproduksi oleh masyarakat biasanya kerajinan untuk upacara agama seperti jun pere, coblong, jun tandeg, carat, dulang, dan lainnya.
Selain memproduksi kerajinan untuk upacara agama, masyarakat juga memproduksi kerajinan yang lain seperti pot, celengan, gentong tanah liat, dan lain lain.
Pembuatan kerajinan gerabah di Banjar Basang Tamiang terbilang unik. Yang membuatnya unik yaitu pembuatannya masih menggunakan alat tradisional yang disebut “pemubutan”.
Walaupun masih menggunakan cara tradiisional untuk membuat kerajinan gerabah, masyarakat sudah terbiasa membuat kerajinan hingga ratusan buah kerajinan per hari.
Proses pembuatan kerajinan gerabah ini terbilang sederhana. Pertama tanah liat dijemur hingga kering, berikutnya tanah liat dicampur dengan batu padas yang sudah ditumbuk dan diayak. Setelah itu diberi air secukupnya dan dibentuk menjadi adonan yang dapat dibentuk sesuai keinginan dan kebutuhan kerajinan gerabah yang akan dibuat.
Keberadaan pengerajin gerabah di Banjar Basang Tamiang, Desa Adat Kapal ini juga memiliki kepercayaan yang diyakini oleh masyarakatnya. Kepercayaannya yaitu dimana setiap keluarga di Basang Tamiang wajib ada yang menjadi pengrajin gerabah.
Masyarakat percaya, jika tidak ada seorang pun yang menjadi pengrajin gerabah dapat merusak kerukunan keluarga hingga terkena penyakit yang tak dapat disembuhkan.
Hal unik lainnya, jika salah seorang dari Basang Tamiang menikah keluar, kemampuannya dalam membuat gerabah akan hilang sepenuhnya walaupun orang itu memiliki kemampuan yang cukup mumpuni dalam pembuatan gerabah.
Begitu sebaliknya, jika ada yang menikah ke Basang Tamiang, orang tersebut akan langsung bisa membuat gerabah hanya dengan melihat prosesnya dengan singkat.
Kerajinan gerabah di Banjar Basang Tamiang, Desa Kapal ini merupakan warisan yang perlu dilestarikan dan didukung perkembangannya sehingga tetap lestari dari masa ke masa.