Keagungan Pura Tambang Badung, Pura Leluhur Keluarga Puri Pemecutan
Pura, merupakan salah satu warisan budaya umat Hindu yang ada di Bali. Setiap pura memiliki keunikannya sendiri, salah satunya adalah Pura Tambang Badung. Pura ini merupakan salah satu pura tertua yang ada di bali, Pura Tambang Badung juga menjadi pura leluhur bagi salah satu keluarga kerajaan yang cukup besar di bali yaitu keluarga Puri Pemecutan Badung.
Terdiam di tengah hiruk pikuk pusat kota Denpasar, Pura Tambang Badung menjadi salah satu pura tertua yang ada di Bali. Keberadaan Pura Tambang Badung sudah ada sejak abad ke 14 semenjak Ida Bhatara Kyayi Jambe Pule menjadi raja di daerah Badung yang pada saat itu masih bernama daerah Gumi Badeng. kemudian beliau mempunyai keturunan yang bernama Kyayi Anglurah Ketut Pemedilan yang memiliki gelar Kyayi Macan Gading dan menjadi cikal bakal Puri Pemecutan Badung.
Kyayi Macan Gading memiliki keturunan bernama Kyayi Anglurah Pemecutan yang bergelar Kyayi Anglurah Maharaja Sakti. Beliau menjadi raja pemecutan badung yang ketiga dan pada saat beliau berkuasa itulah Pura Tambang Badung diperluas dan dipugar sedemikan rupa yang peninggalannya sampai saat ini kita saksikan lalu kemudian pura ini di empon oleh puri pemecutan. hal ini membuat pura tambang badung memiliki hubungan erat dan menjadi pura leluhur keluarga puri pemecutan.
Papan Nama Pura (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Pura tambang badung terletak di Banjar Pemedilan Kerandan, desa Pemecutan, Denpasar. Tepatnya di jalan Gunung Batukaru, sebelah barat Pura Pasah Pemedilan. pura ini dulunya bernama pura taman, kemudian berubah menjadi pura ayu panesteran panembahan badung, baru akhirnya menjadi pura tambang badung. seperti pura pada umuumnya di bali, pura yang memiliki luas dua hektar ini juga terbagi menjadi 3 mandala yang terdiri dari nista mandala, madya mandala, dan utama mandala dengan komposisi pelinggih lebih banyak berada di utama mandala.
Gora dan Gori (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Pada bagian nista mandala pura yang terletak persis di depan pasar, terdapat dua buah meriam bernama gora dan gori yang menghiasi candi bentar. Bagian nista mandala ini biasanya digunakan sebagai tempat parkir jika tidak ada upacara besar yang sedang dilakukan. Sementara saat ada upacara besar maka akan beralih sebagai tempat beristirahat atau bersiapnya para pemedek sebelum memasuki area selanjutnya dikarenakan pada bale wantilan di area madya mandala biasanya sudah digunakan sebagai tempat pementasan tarian ataupun wewayangan.
Wantilan Pura (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Memasuki area madya mandala, terdapat bale wantilan yang biasa digunakan sebagai tempat mempersiapkan sarana upacara persembahyangan. Wantilan ini biasanya digunakan sebagai tempat ditampilkannya pertunjukaan seperti tari-tarian ataupun pewayangan pada saat upacara besar dan digunakan sebagai tempat menunggu atau tempat beristirahat bagi para pemedek sebelum hendak masuk ke area madya mandala untuk melakukan persembahyangan.
Pemedalan Siwa (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Sebelum melangkah masuk ke dalam bagian utama mandala, kita akan disambut dengan dua buah pintu utama yaitu pemedalan siwa yang berisi dua patung arca yang bernama jakse dan jaksi, serta candi kurung yang biasa digunakan oleh pemedek yang datang untuk masuk ke kawasan madya mandala.
Di dalamnya terlihat bahwa Utama mandala dipenuhi dengan sejumlah pelinggih, terdapat tiga pelinggih yang menjadi pelinggih utama yang ada di pura tambang badung yaitu pelinggih pokok pura, pelinggih hyang ibu candi, dan pelinggih gedong. Pelinggih pokok pura akrab dikenal dengan sebutan pelinggih luhur kaler atau anglayang, tempat berstana ida bhatara siwa ring gunung agung, batur, dan gunung jati. Pelinggih ini memiliki bentuk layaknya padmasana dengan bedawang nala dan naga yang menghiasi sekitarannya. Selanjutnya ada pelinggih hyang ibu candi. Pelinggih ini terkenal dengan keunikann akan struktur bangunan yang dimilikinya. Sejalan dengan namanya, pelinggih ini memiliki bentuk bak sebuah candi yang dilengkapi dengan dua buah lingga di dalamnya. Lalu ada utama terakhir yang bersebelahan dengan pelinggih pokok, berdiri dengan kokoh sebuah pelinggih bernama pelinggih gedong dalem tambangan badung yang merupakan stana dari siwa dalem dan ratu ngurah ratu agung kiwa tengen.
Utama mandala juga dilengkapi dengan pesanggrahan agung yang terdiri dari beberapa pengayatan ke pura sad kahyangan seperti pengayatan ke pura sakenan, pura uluwatu,pura batukaru, pura besakih, dan pura batur. Dari ketiga pelinggih tersebut, tentunya tetap terdapat sejumlah pelinggih lainnya yang hadir dengan fungsi penggunannya masing-masing, di antaranya yaitu Pelinggih lain yang berada di areal utama adalah jajaran pelinggih hyang ibu, diantaranya adalah hyang ibu agung, ibu meranggi, ibu ngurah, ibu jembrana, ibu bongani, ibu rurung, ibu tameng, ibu pupuan, ibu bandem, ibu taruna, ibu tojan, ibu mekel bukit, ibu klating, ibu tinggi, ibu janggal, ibu prani gata , ibu pasek agung dan ibu sari. Pura tambangan badung dilengkapi juga dengan sejumlah bale pelengkap, seperti bale semanggen, bale prasanak, bale penganten genah bhatara manik galih, bale gajah, bale pemiodan peranda sinuhun, bale ban, bale pererepan ratu ayu, pewaregan dan lumbung. Di sisi utara pura, ada sebuah palebahan pura yang merupakan pelinggih ratu ayu saren taman sebagai stana ratu ayu mas meketel, ratu mas mereronce, bhatari gayatri dan bhatari gangga. Pura tambang Badung juga telah diinventarisasi oleh Balai Pelestarian cagar Budaya Bali pada tahun 2016. oleh karena itu kita sebagai generasi muda hindu hendaknya tetap selalu melestarikan tempat ini.