Kilas Balik Petuah Sri Rama pada Kekawin Wirama Swandewi

Terkait sejarah dan pesan kehidupan yang dititipkan oleh Sri Rama untuk generasi penerus tentang pentingnya kebajikan pada Wirama Swandewi, ilmu yang dikemas dalam berbagai cara menarik pada Itihasa agar generasi penerus tetap antusias dalam mempelajari ajaran dharma.

Sep 13, 2023 - 14:00
Sep 10, 2023 - 18:07
Kilas Balik Petuah Sri Rama pada Kekawin Wirama Swandewi
Kekawin Wirama Swandewi (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)

Pulau Bali adalah pulau yang terkenal akan kentalnya budaya, adat istiadat, kesenian, dan cerita. Baik dari ujung barat hingga timur, utara hingga selatan Pulau Bali memiliki cerita tersendiri. Masyarakatnya yang dominan memeluk Agama Hindu menjadikan Kebudayaan Bali identik berlatar belakang Hindu.

Agama Hindu yang menjadi taksu dari Pulau Bali memiliki sebuah kitab suci bernama Weda. Secara etimologi, kata Weda berakar dari kata “Vid”, yang dalam bahasa Sanskerta berarti mengetahui, dalam rumpun bahasa Indo-Eropa berakar dari kata Weid, yang berarti melihat atau mengetahui. Weda ditulis berdasarkan wahyu Tuhan yang diterima oleh para Maha Rsi dan kemudian dihimpun oleh Maha Rsi Vyasa. Weda dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni Weda Sruti dan Weda Smrti. Pada kelompok Weda Smrti yang merupakan sebuah dharmasastra, terdapat salah satu pembagian yang bernama Upaweda. Upaweda berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari 2 kata yaitu “Upa” yang artinya dekat dan “Weda” yang atinya pengetahuan suci atau kitab suci. Upaweda berarti dekat dengan pengetahuan suci. Kelompok Upaweda terdiri dari dua jenis kitab, salah satunya adalah Itihasa yang membahas epos Ramayana dan Mahabharata beserta nilai-nilai yang dapat dipetik dari kisah tersebut.

Tentunya kita sudah tidak asing dengan kisah Ramayana yang menceritakan kisah kepahlawanan Sang Rama, raja terkenal dari India, yang memerintah di Kerajaan Kosala, di sebelah utara Sungai Gangga, dengan ibu kota di Ayodhya. Epos Ramayana dikarang oleh Mpu Walmiki sekitar tahun 400 sebelum Masehi. Dari perjalanan hidup beliau, banyak pelajaran hidup yang dituangkan pada berbagai karya seni baik melalui cerita, maupun tembang atau lagu kerohanian. Salah satu nasihat hidup yang diberikan oleh Sri Rama termuat dalam sebuah kekawin bernama Wirama Swandewi.

Kekawin (Kakawin) adalah kesusastraan berbahasa Kawi yang disajikan dalam lagu-lagu kerohanian Dharma Gita ataupun disajikan dalam bentuk Itihasa dengan cerita yang menarik sebagai sarana pendidikan. Berikut merupakan lirik dari Kekawin Wirama Swandewi:

Lirik Kekawin Wirama Swandewi (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)

“prihantemen dharma dumeranang sarat

saraga sang sadhu sireka tutana

tan artha tan kama pidonya tan yasa

ya sakti sang sajana dharma raksasa”

 

Yang berarti:

 

“usahakan sekali kebajikan itu untuk ketahanan negara

ketekunan orang yang mengusahakan keselamatan patut diteladani

bukan harta, bukan kama, dan bukan ketenaran yang dipentingkan

karena tujuan utama bagi orang yang mengusahakan keselamatan berpegang teguh pada kebajikan”

Begitu indahnya warisan ilmu pengetahuan yang diturunkan pada generasi terkini. Dalam kekawin tersebut Sang Rama berpesan bahwa hendaknya kita jangan hanya mementingkan kepentingan duniawi. Harus kita seimbangkan pula antara usaha untuk mencapai kesuksesan duniawi dan kesuksesan dalam mengamalkan dharma atau kebajikan.

Pemberian Penjelasan Wirama Swandewi oleh Tu Aji Mangku Sudana (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)

Petuah-petuah Sang Rama yang kini telah disebarluaskan oleh guru-guru agar generasi penerus dapat mengenal warisan ilmu tersebut. Salah satu mangku di Pura Candi Narmada pun membantu menafsirkan arti dari Wirama Swandewi. “Bagus kalau anak-anak muda masih ada yang mau mempelajari ini. Kalian di masa anak-anak hingga dewasa kejarlah ilmu pengetahuan dan bekal (dalam artian uang) agar setelah kalian tua nanti kalian bisa menikmati hasil kerja keras kalian dan bisa lebih fokus belajar agama dan kerohanian. Tapi meskipun begitu, dalam kalian berusaha mencari ilmu dan harta, tetaplah berlandaskan dharma. Kalau sudah berlandaskan dharma, jalan kalian akan lebih dituntun nantinya.” Begitu kira-kira tutur beliau dengan sabarnya menjelaskan makna dari kekawin tersebut.

Ilmu pengetahuan yang sudah dikemas dalam bentuk yang menarik pada Itihasa tersebut hendaknya tidak hanya kita ketahui saja. Namun, kita juga perlu terapkan pada kehidupan sehari-hari. Harta, kekayaan, dan ketenaran memanglah penting namun bukan segalanya. Kita harus tetap seimbangkan dengan kebajikan karena pada akhirnya, kebajikan itulah yang menuntun dan membantu kita dahulu, kini, hingga kita berpulang nanti.