Pura Tirta Sudamala: Penglukatan Sembilan Dewa Penjuru Mata Angin

Bukan hanya sekedar melihat puranya saja, Pura Tirta Sudamala juga akan menyuguhkan keindahan alam yang berada di lereng pura dengan aliran air sungai yang jernih. Tebing yang menjulang tinggi akan menambah pesona keindahannya yang asri. Ditambah dengan pepohonan yang rindang tumbuh di sepanjang bantaran aliran sungai yang mampu memberikan pengalaman bernuansa mistis yang indah dan mempesona.

Sep 21, 2023 - 14:00
Sep 21, 2023 - 04:32
Pura Tirta Sudamala: Penglukatan Sembilan Dewa Penjuru Mata Angin
Pura Tirta Sudamala (sumber: koleksi redaksi)

Pura Tirta Sudamala (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

Pura Tirta Sudamala merupakan salah satu objek wisata religi yang berlokasi di Banjar Sedit, Desa Bebalang, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Mengambil nuansa sekala dan niskala, menjadikan tempat ini sebagai tempat pemandian suci yang banyak dikunjungi oleh masyarakat Bali ataupun wisatawan mancannegara yang ingin melihat keindahan alam di Pura Tirta Sudamala ataupun mengabadikan moment upacara keagamaan disana. Namun biasanya, masyarakat yang berkunjung ke tempat ini akan melakukan prosesi melukat sebagai permohonan untuk meminta keselamatan dan kesembuhan dari penyakit yang disebabkan karena energi negatif serta membersihkan mala atau kotoran dalam tubuh manusia.

Selain sebagai tempat melukat, Pura Tirta Sudamala ini juga dijadikan sebagai tempat pemelastian dewa dan dewi dalam wujud Pratima. Pratima ini biasanya berbentuk barong, rangda, atau tetopengan Bali lainnya yang berstana disebuah pura di Bali sebagai bentuk fisik dari energi yang berada di pura tersebut. Pemelastian atau pembersihan pratima ini biasanya dilakukan jika pura tempat berstananya akan melakukan pujawali piodalan atau karya gedé dengan tujuan memohon sebuah Tirta Amerta untuk membersihkan alam semesta beserta isinya “Angayutaken Mala, Angamet Tirta Amerta”.

Pratima dalam Bentuk Barong dan Celuluk (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

Pura Tirta Sudamala sebagai tempat melukat dan pemelastian, memiliki beberapa air pancuran yang mengalir dari mata air alam di sekitaran pohon besar yang sudah berumur ratusan tahun. Pancuran ini berada di jaba atau di luar Pura Tirta Sudamala atau lebih tepatnya di lereng Pura Tirta Sudamala sebelah timur. Menuju tempat pancuran ini cukup dengan berjalan kaki menuruni anak tangga yang berada di sebelah kiri Pura Tirta Sudamala. Sesampainya disana, Anda akan disambut dengan suara gemuruh air pancuran dan hembusan angin dari pepohonan yang memberikan suasana sejuk, tenang dan damai.

Pancuran yang paling tinggi berjumlah 9 pancuran yang dikenal dengan nama Pancuran Dewata Nawa Sanga dengan 9 patung dewa yang berada di puncak masing – masing pancuran. Pancuran ini terletak di sebelah paling selatan dengan tinggi sekitar 3,5 meter. Pancuran Dewata Nama Sanga ini merupakan pancuran utama yang ada di Pura Tirta Sudamala dengan debit air yang cukup besar sehingga akan terasa sekali guyurannya saat menimpa tubuh.

Selain Pancuran Dewata Nawa Sanga, Pura Tirta Sudamala juga memiliki 3 pancuran yang letaknya lebih rendah dari Pancuran Dewata Nawa Sanga. Pancuran ini berada tepat di sebelah utara Pancuran Dewata Nawa Sanga yang dimana masyarakat sekitar meyakini ketiga pancuran ini sebagai penglukatan Widyadara, Widyadari, dan Tirta Sudamala. Kemudian, Pura Tirta Sudamala juga memiliki beberapa Toya Kelebutan. Toya Kelebutan ini merupakan mata air alam yang keluar dari akar pohon besar yang berada di dalam tanah. Toya Kelebutan di Pura Tirta Sudamala ini berjumlah 3 kelebutan dengan masing – masing bernama Toya Langse yang diyakini sebagai tempat berstanannya Sang Hyang Taksu. Lalu, ada Toya Bulan yang diyakini menjadi tempat berstana Jalak Putih. Dan yang terakhir ada Toya Penyeseh yang disebut sebagai penglukatan Madu Kama.

Pancuran Dewata Nawa Sanga (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

Melukat di Pura Tirta Sudamala bukan hanya sekedar mengguyur diri ke semua pancuran yang ada disana, melainkan ada urutan atau tata cara melukat di Pura Tirta Sudamala ini. Tata cara melukat di Pura Tirta Sudamala ini dimulai dari mengganti pakaian yang dikenakan menjadi pakaian adat madya atau pakaian adat ke pura. Selanjutnya, melakukan prosesi melukat yang dimulai dari Toya Kelebutan di pinggiran Sungai Tukad Sangsang. Kemudian, berlanjut ke Pancuran Dewata Nawa Sanga dan terakhir ke 3 pancuran yang berada lebih rendah dari Pancuran Dewata Nawa Sanga.

Perlu diperhatikan bagi masyarakat yang membawa anak kecil agar tetap dalam pengawasan orang dewasa saat melakukan penglukatan di Pancuran Dewata Nawa Sanga. Setelah melakukan prosesi melukat, barulah dilanjutkan dengan persembahyangan di pelinggih yang letaknya di dekat pohon besar disana. Namun sebelum itu, masyarakat diharapkan mengganti pakaiannya menjadi pakaian adat ke pura. Keindahan alam disana dan sejuknya hembusan angin membawa ketenangan tersendiri dalam diri saat melakukan prosesi melukat. Ditambah lagi dengan suasana religius yang sangat kental membuat siapa saja akan merasakan sensasi menyatu dengan alam dan lebih mefokuskan diri kepada Tuhan.