Mata Air Suci di Candi Tebing Jukut Paku Sebagai Tempat Melukat

Pulau Bali memiliki banyak peninggalan sejarah yang bernilai historis yang tinggi, beberapa tempat menjadi wisata sejarah dan destinasi wisata. Salah satunya yaitu Candi Tebing Jukut Paku di Singakerta, Ubud. Di Candi Tebing Jukut Paku terdapat cerukan dengan di dalamnya terdapat pahatan candi dan sumber mata air alam yang mengalir jernih sehingga banyak yang menjadikan tempat bersejarah ini untuk nunas tirta, melukat dan untuk pebayuhan.

Mar 3, 2024 - 03:22
Dec 16, 2023 - 08:59
Mata Air Suci di Candi Tebing Jukut Paku Sebagai Tempat Melukat
Mata Air Suci di Candi Tebing Jukut Paku (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)

Peninggalan Sejarah di Bali berkaitan dengan sejarah kerajaan Bali Kuno memiliki nilai yang sangat penting dalam mengungkapkan warisan budaya dan sejarah pulau ini. Salah satu peninggalan sejarah yang terkait dengan kerajaan Bali Kuno yaitu Candi Tebing Jukut Paku yang selalu dijaga kelestariannya oleh masyarakat dengan tekun dan penuh dedikasi.

Bukti – bukti sejarah di Bali seperti peninggalan ini menjadi tempat wisata sejarah dan pengenalan sejarah untuk wisatawan yang berkunjung. Seperti halnya dengan Candi Tebing Jukut Paku di wilayah Desa Singakerta, Ubud, Gianyar, Bali yang merupakan Cagar Budaya dengan memiliki banyak kisah misteri dan kesakralannya. Salah satu peninggalan purbakala yang dilindungi oleh UU No.11 tahun 2010 oleh Dinas Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali. Lebih detailnya candi ini berada di Banjar Jukut Paku maka dari itu penamaan candi ini diambil dari nama banjar tempat candi ini berada.

Plang Nama Candi Tebing Jukut Paku (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)

Letak candi ini berada dilereng tebing yang curam, jadi saat mengunjungi Candi ini harus menuruni anak tangga terlebih dahulu yang berjumlah 68 anak tangga. Candi Tebing Jukut Paku Selain candi yang memiliki kisah sejarah yang dalam, di Candi ini juga terdapat mata air suci yang bersumber dari percikan (dalam bahasa bali disebut “klebutan”). Adanya mata air suci ini banyak masyarakat yang berdatangan untuk nunas tirta, melukat dan juga untuk pebayuhan.

Selendang Tersedia di Candi Tebing Juku Paku (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)

Tempat bersejarah ini juga dikenal dengan kesakralannya, oleh karena itu krama/warga yang mengunjungi tempat tersebut wajib atau disarankan menggunakan kamen dan selendang. Dikutip dari TribunBaliTravel bahwa Candi Tebing Jukut Paku dahulunya merupakan tempat singgahnya yang berkaitan dengan kedatangan Rsi Markandeya pertama kali ke Bali, Ketika sang rsi akan menanam panca datu ke Pura Besakih. Jadi Candi Tebing Jukut Paku merupakan tempat singgah sekaligus pertapaan dan pesayuban Rsi Markandeya. Sebelum melanjutkan perjalanannya ke Campuhan Ubud.

Candi Tebing Jukut Paku juga terkenal dengan keheningannya dan hawa yang cocok untuk melakukan yoga, banyak juga yang datang dari luar pulau Bali untuk melakukan yoga di Candi bersejarah ini. Namun terdapat beberapa kejadian yang mistis yang dialami para wisatawan yang berkunjung ke Candi Tebing Jukut Paku ini, itu menandakan sisi mistis dari Cagar Budaya bersejarah ini. Kejadian – kejadian mistis yang dirasakan oleh pengunjung membuktikan aura dari lokasi ini sangat kuat dan hebat.

Untuk mengunjungi Candi Tebing Jukut Paku, masuk ke dalam areal candi diharuskan dalam kondisi bersih. Tidak sedang datang bulan, atau bersih dari kesebelan baik keluarga yang meninggal atau kesebelan lainnya. Dengan cara inilah pengunjung dapat menjaga kesakralan dari Candi Tebing Jukut Paku dan menghindari hal – hal yang tidak diinginkan.

Candi Tebing Jukut Paku juga terhitung memiliki usia yang sangat lama, bisa dilihat dari model atau relief bangunan yang kuno dan dipercaya sudah didirikan sejak abad ke 8 Masehi. Candi ini dikenal dengan penganut ajaran Siwa saaat mereka berkunjung ke Bali. Keunikan candi ini yaitu bisa bertahan dalam rentang waktu yang cukup lama terhitung sudah ribuan tahun. Tidak hanya pahatan di dalam candinya beberapa ruangan di dalam candi ini juga digunakan sebagai tempat bermeditasi bagi yang ingin melakukan meditasi di tempat yang sunyi, rileks dan terdapat suara aliran sungai.

Candi Tebing Jukut Paku terletak di dinding tebing yang curam di sisi barat Sungai Wos. Pahatan candi diukir langsung pada dinding tebing yang sudah diratakan, sehingga candi tampak menjorok ke dalam. Candi yang terdapat di dalamnya yaitu berupa tepi dinding tebing terdapat dua buah ceruk yang di pahat rapi sebagai tempat pertapaan. Pada bagian tengah terdapat pahatan menyerupai bentuk candi. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa Candi ini juga digunakan sebagai tempat melukat karena ada dua pancoran yang mengapit candi di sana. Terdapat juga sumber mata air yang mengalir jernih tidak habis-habisnyam, airnya sesuai yang “klebutan” dibicarakan sebelumnya yang berarti langsung dari dalam tanah dan bisa langsung diminum. Dalam candi terdapat air terjun yang dibuat oleh pemuda – pemudi disana.

Candi Tebing Jukut Paku memiliki empat struktur utama, yaitu candi tebing, dua ceruk pertapaan, ceruk pemujaan, dan jaladwara. Candi tebing diapit oleh dua ceruk pertapaan yang kemungkinan digunakan untuk pertapaan. Ceruk pemujaan berukuran kecil dan kemungkinan digunakan untuk meletakkan arca atau sarana pemujaan lainnya. Jaladwara berbentuk Makara yang sudah rusak tetapi masih mengalirkan air.

Arsitektur Candi Tebing Jukut Paku (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)

Dibawah dari Candi terdapat sungai yang bernama Sungai Wos yang bermuara di Pantai Ketewel, maka dari itu masyarakat menggunakannya sebagai lokasi nganyut dalam rentetan upacara ngaben. Aliran Sungai ini merupakan aliran dari Sungai Campuhan yang terkenal dengan kesucian dan kejernihannya. Selain itu terdapat juga Pura yaitu Pura Penataran Agung Jukut Pakut, didalamnya terdapat lingga yoni kembar di dalam pura. Masyarakat berdatangan untuk meminta perlindungan, keselamatan, rezeki, dan lain sebagainya.

Sungai Wos (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)

Pada masa lampau, tempat suci, seperti candi dan pertapaan, biasanya dibangun di dekat sumber mata air. Hal ini dilakukan untuk memudahkan umat dalam mendapatkan air untuk keperluan upacara keagamaan. Candi Tebing Jukut Paku memenuhi kriteria tersebut, karena terletak di lereng sungai yang memiliki sumber mata air. Candi Tebing Jukut Paku juga dilengkapi dengan petirtaan. Petirtaan adalah kolam yang digunakan untuk keperluan upacara keagamaan. Jaladwara, yaitu pancuran berbentuk Makara, masih dapat ditemukan di petirtaan tersebut. Kolam petirtaan hanya terlihat di depan candi dan pertapaan, karena sisanya telah tertutup tanah lempung yang subur ditumbuhi rumput.

Arsitektur dari candi ini juga bisa dilihat desainnya memiliki ikatan yang begitu erat dengan Pura Gunung Kawi. Dimana kedua pura ini sama-sama dibangun dengan memanfaatkan tebing yang ada di lokasinya. Untuk fasilitas di sekitar candi terdapat beberapa warung yang menjual makanan dan minuman di areal parkir.

Dalam konteks wisata untuk wisata religi digunakan untuk tempat berfoto, banyak wisatawan yang melakukan prewedding dikarenakan bangunan candi ini berada di tepat sisi tebing bebatuan yang terkesan unik dengan latar belakang foto yaitu dinding candi yang tertutupi lumut hijau yang memberikan kesan eksotis dan alami. Selain nama populernya Candi Tebing Jukut Paku Ubud, banyak masyarakat menyebut sebagai Stana Siwa Guru sebagai tempat pemujaan Ista Dewata.

Lokasi yang strategis dimana tidak jauh dari central Ubud yang tempat banyak destinasi – destinasi populer tak jauh dari Candi Tebing Jukut Paku seperti Pura Gunung Kawi, Goa Gajah, serta Arjuna Metapa. Ketika mengunjungi tempat ini, penting untuk menjaga perilaku yang sopan dan menghindari tindakan yang dapat merusak. Selain itu, kita juga harus bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan selama berada di lokasi ini. Kita perlu memastikan bahwa keindahan alam yang ada di situs warisan ini tetap dapat dinikmati oleh generasi-generasi mendatang.

 

nandasanjaya Love travel and Tech enthusiast : )