Pura Kawitan Bendesa Gerih: Warisan Berharga dari Leluhur untuk Keturunannya
Pura Agung Dalem Bagendra Sari, yang terletak di tengah Desa Adat Gerih, merupakan pusat kegiatan keagamaan dan budaya yang sangat penting bagi masyarakat setempat di Kabupaten Badung, Bali. Pura ini telah menjadi simbol kekuatan spiritual dan kedalaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat, serta menjadi tempat di mana tradisi dan kepercayaan yang turun-temurun dijaga dengan penuh rasa hormat dan kesucian.
Pura Agung Dalem Bagendra Sari (Sumber: Koleksi Pribadi)
Sebagai pusat kawitan Bendesa Gerih, Pura Agung Dalem Bagendra Sari menjadi tempat utama pelaksanaan berbagai ritual dan upacara agama yang diadakan secara berkala. Setiap perayaan ritual, mulai dari piodalan hingga perayaan hari-hari suci, diadakan dengan penuh khidmat, menunjukkan betapa kuatnya akar tradisi dan spiritualitas yang terjaga di tempat ini.
Pura Agung Dalem Bagendra Sari, atau dikenal juga dengan Pura Sari, merupakan Pura Pusat Kawitan Bendesa Gerih. Piodalan di Pura Agung Dalem Bagendra Sari jatuh pada Purnama Kedasa, dan Saniscara Umanis, wuku watu gunung, sebagai piodalan prasasti. Di kompleks Pura Agung Dalem Bagendra Sari terdapat 15 pelinggih utama, yaitu:
- Padmasana dengan dewa yang diwakili adalah Sang Hyang Sada Siwa.
- Pelinggih Meru Tumpang 9 dengan dewa yang diwakili adalah Ida Batara Manik Geni.
- Gedong dengan dewa yang diwakili adalah Ida Batara Kawitan.
- Catu Meres dengan dewa yang diwakili adalah Ida Batara Dewi Danu.
- Pelinggih Catu Mujung dengan dewa yang diwakili adalah Ida Batara Putranjaya.
- Pelinggih Taksu dengan dewa yang diwakili adalah Sanghyang Kedep Watsu.
- Piasan, pelinggih pepelik dengan dewa yang diwakili adalah Parumaning Dewata.
- Apit lawang kiwa dan Tengen dengan dewa yang diwakili adalah Sanghyang Mahakala dan Nandi Suara.
- Kori Agung dengan dewa yang diwakili adalah Sanghyang Parwata.
- Candi bentar, apit surang, dan paletasan dengan dewa yang diwakili adalah Sanghyang Kaliasa.
- Aling-aling dengan dewa yang diwakili adalah Sang Hyang Wisesa.
Kori Agung (Sumber: Koleksi Pribadi)
Piodalan yang diselenggarakan di Pura Agung Dalem Bagendra Sari sangatlah istimewa. Piodalan Purnama Kedasa, yang diperingati dengan kesakralan yang mendalam, merupakan momen di mana prati sentana Bendesa Gerih mengungkapkan rasa syukur dan penghormatan mereka kepada leluhurnya. Sementara itu, perayaan Hari Raya Saraswati memberi penekanan khusus pada pentingnya pendidikan, seni, dan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sejarahnya yang kaya, Pura Agung Dalem Bagendra Sari memainkan peran penting dalam melestarikan nilai-nilai tradisional dan budaya Bali. Legenda lokal tentang Ki Jagul Tua dan Ki Bendesa Gerih memberikan wawasan tentang kebijaksanaan dan keberanian yang dihormati dalam masyarakat setempat, sementara prasasti yang terdapat di Pura Agung Dalem Bagendra Sari menjadi saksi bisu dari warisan budaya yang kuat dan melekat.
Gedong (Sumber: Koleksi Pribadi)
Salah satu isi prasasti yang sangat dipercaya oleh prati sentana Bendesa Gerih adalah “tidak boleh membunuh dan memakan ikan julit yang besar”. Hal ini berkaitan dengan cerita Ki Jagul Tua dan Ki Bendesa Gerih. Dalam ceritanya Ki Jagul Tua pernah menolong Ki Bendesa Gerih dengan memberikan petunjuk atau jalan untuk menemui Ki Jagul Tua yang akhirnya memberikan tenggek jeleg (kepala ikan gabus) yang dijadikan sebagai jimat. Berkat tenggek jeleg ini, Ki Bendesa Gerih menjadi ornag yang memiliki kekuatan mana. Mana artinya kekuatan yang luar biasa yang dapat membawa keberuntungan bagi pemiliknya.
Tenggek jeleg, atau kepala ikan gabus, yang diberikan oleh Ki Jagul Tua kepada Ki Bendesa Gerih sebagai jimat, menceritakan tentang kekuatan spiritual yang diyakini masyarakat setempat. Keberadaan jimat ini dianggap sebagai lambang keberuntungan dan perlindungan bagi Ki Bendesa Gerih, dan legenda ini telah memberikan pengajaran penting tentang rasa saling percaya, kerjasama, dan penghormatan terhadap alam bagi generasi-generasi mendatang. Melalui kisah-kisah ini, Pura Agung Dalem Bagendra Sari terus menjadi simbol kebijaksanaan dan kekuatan spiritual yang mendalam bagi prati sentana Bendesa Gerih.
Selain praktik keagamaan yang kental, kejadian mistis yang terkait dengan Ida Padanda yang terbangun karena suara genta dari langit, memperkuat keyakinan akan kuasa spiritual dan interaksi antara dunia manusia dan alam gaib. Keyakinan semacam ini tidak hanya menambah kedalaman spiritualitas tetapi juga memperkaya warisan budaya Bali yang kaya dan bervariasi.
Kisah dari masa lalu yang memberikan gelar "Sinuhun Sri Empu Dwi Sari" kepada trah Bendesa Gerih menunjukkan betapa tingginya penghargaan dan hormat yang diberikan kepada leluhur mereka. Gelar tersebut menandakan peran penting trah tersebut dalam menjaga kearifan lokal dan nilai-nilai keagamaan yang melekat dalam masyarakat.
Pura Agung Dalem Bagendra Sari, dengan segala kekayaan sejarah, legenda, dan tradisi yang terpelihara di dalamnya, bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol keberlanjutan dan keberlangsungan budaya dan spiritual yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan setia, prati sentana Bendesa Gerih terus menjaga dan melestarikan warisan berharga ini sebagai bagian penting dari identitas mereka.