Kisah Terbentuknya Pulau Lembongan
Kisah terbentuknya Nusa Lembongan dimulai dengan kisah I Renggan, seorang pemuda keturunan Dukuh Jumpungan, seorang pandita dan ahli kemaritiman yang memiliki kesaktian luar biasa. Dengan restu kakeknya, I Renggan menggunakan perahu ajaib untuk menabrak pulau Nusa, membelahnya menjadi Nusa Gede dan Nusa Cenik. Namun, saat mencoba menabrak Gunung Agung di Bali, ia terkena kutukan oleh Ida Hyang Toh Langkir yang menyebabkan perahunya terdampar di Nusa Ceningan dan menyebabkan Nusa Cenik terbelah menjadi dua pulau yaitu Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. I Renggan menetap di Nusa Ceningan, bertapa, dan mencapai moksa, meninggalkan jejaknya yang dihormati dalam Pura Bakung.
Bali dikenal dengan begitu banyaknya tempat wisata eksotik yang dimiliki. Salah satunya Nusa Lembongan, Nusa Lembongan memiliki Pantai yang indah dan juga unik. Dibalik pulau yang indah dan unik ini terdapat suatu kisah tentang bagaimana terbentuknya pulau ini. Kisah terbentuknya Nusa Lembongan, kisah ini berpusat pada seorang pemuda yang bernama I Renggan. Beliau merupakan anak dari Aji Dalem Sawangan dan cucu dari seorang pandita bernama Dukuh Jumpungan. Dukuh Jumpungan adalah seorang ahli dibidang kemaritiman, aristek dan ia juga terkenal dengan kesaktiannya. Dukuh Jumpungan merupakan penjelmaan dari Dewa Siwa, beliau turun ke bumi bersama sakti-Nya yaitu Dewi Uma.
Dukuh Jumpungan (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Dewa Siwa turun ke bumi di sebuah dataran tinggi di nusa penida. Tempat tersebut bernama Puncak Mundi beliau menjelma menjadi seorang laki-laki yang merupakan seorang pandita yang bernama Dukuh Jumpungan, sedangkan saktinya yaitu Dewi Uma menjadi seorang perempuan bernama Ni Puri yang akhirnya menjadi istrinya. Dukuh Jumpungan yang seorang pandita dengan kesaktiannya yang mandragunadan dengan kekuatan adnyana atau rohaninya, beliau menciptakan sebuah perahu besar.
Dukuh Jumpungan berpikir pulau Nusa Penida dikelilingi oleh lautan yang luas sehingga memerlukan armada seperti sebuah kapal untuk mengarungi lautan. Maka terciptalah sebuah kapal besar yang sangat indah. Kapal tersebut diturunkan dari Puncak Mundi di bawa ke arah utara menuju lautan, melalui Tukad Bodong. Perahu tersebut digunakan berlayar menikmati keindahan alam bersama istrinya.
Beliau pun memiliki seorang anak bernama Dalem Sawang. Dalem Sawang memiliki dua orang putra yaitu I Renggan dan I Renggin, yang juga merupakan cucu dari Dukuh Jumpungan. Semua kesaktian Dukuh Jumpungan diwariskan kepada salah satu cucunya yaitu I Renggan, yang memang juga sangat gemar bertapa. I Renggan juga suka berlayar, mengarungi samudera sama seperti kakeknya. Dengan kesaktiannya I Renggan mampu menciptakan senjata seperti tombak, keris dan senjata lainnya, yang kemampuannya menyamai kakeknya yang sakti dan tak tertandingi. I Renggan juga merupakan nakhoda dari perahu yang dibuat oleh Dalem Jumpungan.
Dengan kesaktiannya I Renggan mampu mengubah daratan menjadi lautan dengan menggunakan perahu yang dinakhodainya. Kesaktian perahu buatan kakeknya beserta kesaktian yang dimilikinya, I Renggan pun membuat I Renggan memiliki keinginan untuk memamerkan kesaktian miliknya, semua yang dilewati dengan perahu yang dinakhodainya akan hancur dan hilang tanpa bekas. Maka muncullah sebuah niatan dari I Renggan untuk menabrak pulau Nusa.Sebelum ia melaksanakan rencananya I Renggan melakukan yoga Samadhi,untuk memohon doa restu kepada kakeknya I Dukuh Jumpungan, dan akhirnya niatnya tersebut diberikan ijin restu oleh Dukuh Jumpungan. tempat turunnya beliau memberi restu kepada cucunya, sekarang berdiri sebuah pura bernama Pura Penida.
Setelah mendapatkan restu, maka I Renggan bersama anak buahnya, menabrakkan perahunya ke pulau Nusa dan membelah pulau Nusa menjadi dua bagian. Karena terbelahnya pulau Nusa terbentuklah aliran air laut atau loloan yang memisahkan kedua bagian dari pulau nusa dan loloan tersebut akhirnya diberi nama Loloan Nusa Penida dan pulau yang terbelah tersebut bernama pulau Nusa Gede dan Nusa Cenik. Dengan keberhasilan tersebut I Renggan pun menjadi bangga dan merayakan keberhasilannya dengan pesta pora dalam perahu dan mengarungi lautan bersama anak buahnya.
I Renggan terus berlayar mengarungi lautan, dan pada akhirnya sampai di perairan Padangbai, di sinilah muncul keinginan I Renggan untuk menabrakkan perahunya ke pulau Bali menuju Utara untuk membelah Gunung Agung. Mengawali keinginannya I Renggan mulai membuat geger rakyat pulau Dewata Bali, dari Padang Bai membuat grubug (wabah penyakit) yang menyerang rakyat bali dan membuat rakyat di pulau Bali ketakutan, apalagi I Renggan mulai bersamadhi menunjukkan kekuatan rohaninya dengan mengerahkan kutu terbang sejenis serangga atau hama yang dapat menyerang tanaman yang ada di pulau Bali.
Rakyat Bali pun merasa panik dan ketakutan. Mengetahui hal tersebut, penguasa Bali yang berstana di Gunung Agung yaitu Ida Hyang Toh Langkir yang merupakan penjelmaan Dewa Wisnu, membalas serangan yang dilakukan I Renggan dengan menciptakan api dan membakar kutu terbang (hama tanaman) yang dikerahkan I Renggan. Semua kutu tersebut terbakar menjadi abu, saking banyaknya serangga yang terbakar menjadi abu dan membentuk sebuah bukit.
Kapal I Renggan Terkena Badai (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
I Renggan tak menyerah begitu saja, dengan kesaktiannya ia pun membuat gempa besar dan bersiap untuk menabrak Gunung Agung dari Padang Bai, Karangasem. Ida Hyang Toh Langkir menjadi marah besar kemudian mengutuk I Renggan agar perahunya hanyut dan tenggelam, maka terciptalah angin ribut membuat perahu yang dikendalikan I Renggan terombang-ambing di tengah laut dan tidak terkendali. Sehingga sampai akhirnya terdamparlah perahu tersebut di Nusa Cenik, bagian belakang perahu tersebut tenggelam, sedangkan layarnya terseret angin ke arah Barat, dan kemudian rebahan kapal atau perahu tersebut menimpa Nusa Cenik sehingga terbelah dua.
Pura Bakung (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Belahan tersebut dipisahkan oleh laut, maka dari pecahan Nusa Cenik terbentuklah dua buah pulau yaitu Nusa Ceningan terletak bagian Selatan dan Nusa Lembongan sebelah utaranya. Setelah perahunya terdampar dan rusak, I Renggan sendiri menetap dan bertapa di Nusa Ceningan yang berlokasi di Bakung, sehingga sekarang di kawasan ini terdapat sebuah pura yang Bernama pura bakung. Karena ketekunannya, I Renggan pun moksa di sini, dan pura Bakung sampai saat ini dijadikan tempat sthana dari I Renggan dengan gelar Ratu Gede Ngerurah.