Medaha Meteruna di Desa Tenganan Dauh Tukad: Upacara Kuno yang Tetap Lestari di Karangasem
Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, yang terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, adalah salah satu desa Bali Aga, atau desa asli Bali, yang terkenal karena melestarikan tradisi kuno yang masih hidup hingga saat ini. Salah satu tradisi yang tetap bertahan dan sangat dihormati di desa ini adalah upacara Medaha dan Meteruna, sebuah rangkaian prosesi dari upacara besar Usaba Sambah. Tradisi ini merupakan salah satu wujud kearifan lokal yang tidak hanya memperkuat identitas budaya masyarakat Desa Adat Tenganan, tetapi juga menjadi daya tarik budaya yang unik di Bali.
Upacara Usaba Sambah digelar setiap tahun pada bulan kelima menurut kalender adat Desa Tenganan, yang biasanya bertepatan dengan Sasih Karo dalam kalender Bali atau sekitar bulan Juli. Pelaksanaan upacara ini dipusatkan di Pura Balai Agung, yang terletak di Banjar Kaja dan Banjar Kelod, dua banjar utama di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad. Usaba Sambah memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat desa ini, dengan tujuan utama untuk memohon keselamatan, kemakmuran, dan keharmonisan bagi seluruh komunitas. Selain itu, upacara ini juga menjadi momentum penting dalam melestarikan tradisi kuno yang diwariskan turun-temurun, terutama melalui prosesi Medaha dan Meteruna.
Prosesi Meteruna (Sumber: Koleksi Pribadi)
Di antara berbagai rangkaian Usaba Sambah, Medaha dan Meteruna menjadi prosesi utama yang paling dinantikan. Upacara ini memiliki kesamaan dengan Menek Kelih yang dilakukan di daerah Bali lainnya, yaitu upacara yang menandai peralihan remaja menuju kedewasaan. Namun, tradisi di Tenganan Dauh Tukad memiliki ciri khas tersendiri yang menjadikannya berbeda dan unik.
Meteruna adalah prosesi bagi para remaja laki-laki yang disebut teruna anyar yang telah mencapai usia akil balik. Setelah melalui prosesi ini, mereka secara resmi diakui sebagai bagian dari komunitas pemuda desa dan dapat bergabung dengan kelompok-kelompok pemuda seperti sekaa teruna yang berperan penting dalam kehidupan sosial dan budaya desa. Sementara itu, bagi remaja perempuan, prosesi ini dikenal sebagai Medaha. Sama seperti Meteruna, Medaha menandai peralihan remaja perempuan menuju kedewasaan, di mana mereka diakui sebagai anggota dewasa dari komunitas dan mulai menjalani peran sosial yang lebih besar dalam adat istiadat desa.
Sebelum prosesi Medaha dan Meteruna, upacara Usaba Sambah diawali dengan ritual Nulak Damar, sebuah prosesi pembukaan yang menandai dimulainya seluruh rangkaian kegiatan Usaba Sambah. Upacara Nulak Damar dilakukan sebagai bentuk persembahan kepada leluhur dan para dewa, serta sebagai simbol pembersihan dan penyucian agar seluruh rangkaian upacara dapat berlangsung dengan lancar.
Prosesi Meteruna (Sumber: Koleksi Pribadi)
Keberlanjutan upacara Medaha dan Meteruna di Desa Tenganan Dauh Tukad menunjukkan betapa kuatnya masyarakat setempat dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka. Meski dunia modern terus berkembang, tradisi ini tetap dipegang teguh oleh masyarakat Tenganan sebagai salah satu identitas yang membedakan mereka dari masyarakat di desa lain.
Selain itu, upacara ini juga menjadi daya tarik wisata budaya yang unik. Banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, tertarik untuk menyaksikan langsung upacara ini dan mendapatkan wawasan lebih dalam tentang kekayaan budaya Bali, khususnya di wilayah Karangasem.
Upacara Medaha dan Meteruna di Desa Tenganan Dauh Tukad merupakan salah satu contoh nyata bagaimana tradisi kuno masih bisa bertahan di tengah arus modernisasi. Dengan mempertahankan nilai-nilai budaya dan spiritual yang mendalam, masyarakat Tenganan tidak hanya menjaga identitas mereka, tetapi juga mengajarkan pentingnya pelestarian warisan budaya kepada generasi muda. Tradisi ini bukan hanya sekadar upacara, melainkan juga cerminan dari kehidupan sosial dan spiritual masyarakat yang telah berlangsung selama berabad-abad di Karangasem, Bali.